Internet di Gaza Mati Total, Staf WHO dan UNICEF Hilang Kontak, Jurnalis Sulit Kirim Berita
Kondisi Jalur Gaza sekarang semakin runyam menyusul dengan matinya internet dan pemboman yang tiada henti oleh militer Israel-Tangkap Layar TikTpk @famous.live1-
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Jalur Gaza telah kehilangan satu-satunya akses untuk bisa berkomunikasi dengan dunia luar yaitu internet.
Akses internet di Jalur Gaza mati sejak Jumat (27/10/2023) dan masih berlangsung hingga hari Sabtu ini.
Salah satu perusahaan internet terbesar Palestina, NetBlocks mengumumkan koneksi internet padam total di jalur Gaza di tengah pemboman besar-besaran yang dilakukan Israel di Gaza.
Melalui X (dulu Twitter), NetBlocks mengumumkan bahwa mereka adalah perusahaan terakhir yang masih bisa memasok internet di Gaza dan kini sudah kehilangan segalanya.
Salah satu penyebabnya karena mereka telah kehabisan bahan bakar di tengah akses listrik yang raib di Gaza. Sejak saat itu mereka masih bergantung pada generator namun kini semua telah berakhir.
Sebelumnya, pada hari Kamis, perusahaan telekomunikasi lainnya, Paltel juga sudah duluan mati total karena serangan udara Israel. Begitu juga dengan perusahaan NetStream juga mengalami nasib yang sama.
Serangan udara militer Israel yang tiada akhir juga telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur pendukung internet di jalur Gaza.
Staf WHO dan UNICEF Hilang Kontak
Sekjen WHO, Tedros Ghebreyesus melalui akun X membuat cuitan, bahwa mereka telah hilang kontak dengan staf WHO yang kini sedang berada di Gaza. WHO juga tak bisa lagi berkomunikasi dengan mitra Kesehatan WHO di Gaza.
"Kami telah kehilangan kontak dengan staf kami di Gaza, dengan fasilitas kesehatan, pekerja kesehatan, serta mitra kemanusiaan kami lainnya di lapangan," katanya dikutip Jambi Ekspres Sabtu (28/10/2023).
Ia juga mendesak agar akses kemanusiaan dan perlindungan terhadap warga sipil di Gaza segera diberikan.
Sementara itu, UNICEF juga telah kehilangan kontak staf dan mitra mereka di Gaza. Ketua UNICEF Catherine Russel mengatakan mereka sangat prihatin dengan keselamatan mereka.
“Malam horor yang tak bisa disampaikan dengan kata-kata yang dialami 1 juta anak di Gaza," tulis Russel di akun X.
"Semua aktivis kemanusiaan dan anak-anak serta keluarga yang mereka layani HARUS dilindungi," tegasnya lagi.
Tak hanya WHO dan UNICEF, beberapa kelompok lain juga melaporkan telah hilang kontak dengan tim mereka.
Organisasi lain itu diantaranya Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, Doctors Without Borders (MSF), Komite Layanan Sahabat Quaker Amerika, Medical Aid for Palestinians (MAP) yang berbasis di Inggris dan Lebanon, serta ActionAid Inggris.
Kerja Jurnalis dan Media Terganggu
Dikutip dari media internasional Al Jazeera, ditulis bahwa berita yang datang dari Gaza sangat-sangat minim.
Komite Perlindungan Jurnalis membuat pernyataan, pemadaman komunikasi adalah pemadaman berita yang dapat menimbulkan konsekuensi serius.
Apalagi dengan kondisi saat ini, media menjadi salah satu sumber berita yang bisa menghalangi penyebaran informasi yang salah.
“Pada saat-saat sulit ini, kita berdiri bersama para jurnalis, dengan para pencari kebenaran yang pekerjaannya sehari-hari memberikan kita informasi tentang fakta-fakta yang menjelaskan kondisi manusia dan membantu kita untuk bertanggung jawab,” lanjutnya.
Hingga hari ini, beberapa media internasional dan lembaga bantuan menyatakan bahwa mereka telah hilang kontak dengan tim mereka.
BACA JUGA:120 Negara di PBB Setuju Gencatan Senjata di Gaza. Reaksi Israel: Tong Sampah Sejarah!
Warga Palestina Ketakutan
Tidak ada telepon, tidak ada koneksi internet, masyarakat dunia kini juga kesulitan mengetahui apa yang sedang terjadi di Gaza.
“Mereka tidak dapat memeriksa teman-teman mereka, orang-orang yang mereka cintai dan anggota keluarga mereka untuk mengetahui apakah mereka masih hidup atau tidak,” tulis Al Jazeera.
Putusnya jaringan internet juga telah membuat warga Palestina kesulitan untuk menghubungi ambulans dan meminta bantuan.
Safwat Kahlout dari Al Jazeera melaporkan orang-orang di Palestina sangat ketakutan karena pemboman oleh Israel di kawasan itu juga semakin sering.
"Masyarakat sangat ketakutan, dan mereka semua panik tidak dapat berkomunikasi dengan pengungsi lainnya," ucapnya.
"Mereka biasa saling menelepon setiap ada serangan udara Israel. Mereka sangat mengkhawatirkan orang-orang yang mereka sayangi. Mereka tidak bisa menerima panggilan telepon dari orang-orang yang memberi tahu mereka tentang kecelakaan atau ledakan," lanjutnya.
BACA JUGA:Asal Mula Kaum Yahudi Hingga Terbentuk Negara Israel dan Menguasai Wilayah Palestina
Setelah Gaza berada dalam kegelapan tanpa komunikasi, tidak ada telepon, tidak ada koneksi internet, warga Palestina di luar Gaza dan di tempat lain… merasa bahwa mereka juga tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.
Mereka tidak dapat memeriksa teman-teman mereka, orang-orang yang mereka cintai [dan] anggota keluarga mereka untuk mengetahui apakah mereka masih hidup atau tidak.
Masyarakat masih berada di Gaza untuk mencoba menyebarkan gambaran tersebut ke seluruh dunia, namun sejauh ini kita hanya mempunyai sedikit informasi tentang apa yang terjadi setelah pasukan Israel mengumumkan bahwa mereka memperluas invasi darat mereka.
Ini adalah malam pemboman terberat di Gaza dan warga Palestina juga kesulitan untuk menghubungi ambulans dan meminta bantuan, jadi pada dasarnya kita sedang melihat situasi yang sulit. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: