Jika Ditemukan ‘Harta Karun’ di Terowongan Tol Sumbar, Akan Jadi Milik Siapa? Ini Pernyataan Hutama Karya

Jika Ditemukan ‘Harta Karun’ di Terowongan Tol Sumbar, Akan Jadi Milik Siapa? Ini Pernyataan Hutama Karya

Kawasan Bukit Barisan di Pulau Sumatera-Foto: Tangkap Layar Youtube M. Arjuna I. Z. Sinaga-

SUMBAR, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Tol Sumbar akan menjadi tol fenomenal di Sumatera karena akan dibangun tiga terowongan yang menembus kawasan Bukit Barisan.

Pertanyaan pun muncul, jika ditemukan harta karun di terowongan itu, maupun di sepanjang jalur tol yang melewati Bukit Barisan, maka harta karun itu akan jadi milik siapa?

Wilayah Bukit Barisan sendiri merupakan jajaran gunung yang terkenal memiliki potensi kandungan harta karun, mulai dari emas dan mineral lainnya.

Terlebih lagi, dari utara hingga selatan, dari Aceh hingga Lampung, semua merupakan jalur emas dan mineral di Pulau Sumatera.

Memang belum ada penelitian lebih dalam, apakah nanti jalur proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang ada di Sumbar menyimpan potensi harta karun atau tidak.

Hanya saja, terkait hal ini pernah disinggung oleh Lukman Edy, Wakil Komisaris Utama PT. Hutama Karya saat kunjungannya ke Sumbar beberapa waktu lalu.

Kata Edy, pembebasan lahan di 5 Nagari Kabupaten Limapuluh Kota memang belum tuntas, meski demikian Hutama Karya selaku pengembang telah siap mengerjakannya, baik secara teknis dan dana.

“Namun kalau dalam penggalian terowongan itu nanti ditemukan kandungan mineral, tentu menjadi milik HK (Hutama Karya),” seloroh Lukman Edy seperti dikutip Jambi Ekspres pada padeks.co

Terowongan Tol Sumbar ini nanti akan berada di Seksi Pangkalan-Sicincin tepatnya di wilayah Lima Nagari Kabupaten Limapuluh Kota yang berada di perbukitan Bukit Barisan.

Pembangunan Tol Padang-Pekanbaru belakangan memang mulai menemukan titik terang pasca masyarakat Lima Nagari di Kabupaten Limapuluh Kota memberikan dukungan.

Sebelumnya, beberapa masyarakat di wilayah ini menolak pembangunan Tol karena berbagai alasan, salah satunya adalah karena berdampak pada situs adat.

Satu yang menarik, pada ruas Tol ini nanti akan digali terowongan yang akan menembus Bukit Barisan di wilayah Sumatera Barat.

Terowongan ini akan dikerjakan oleh kontraktor Jepang melalui JICA (Japan International Cooperation Agency).

BACA JUGA:Digali Pakai Bor Raksasa, Terowongan Tol Sumbar Adopsi Teknologi Canggih Mirip MRT Jakarta

BACA JUGA:Bukan di Sumbar, Ternyata Ada Terowongan Lebih Bikin Merinding di Proyek JTTS

BACA JUGA:Jembatan 'Korban' Racun Datuk Maringgih Ini Dibangun di Sumbar Saat 1 Dolar Amerika Masih Rp 2.201

JICA adalah Badan Kerja Sama Internasional Jepan, dimana JICA merupakan sebuah lembaga yang didirikan oleh pemerintah Jepang khusus untuk membantu pembangunan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Untuk pembangunan terowongan di ruas ini membutuhkan biaya kurang lebih Rp 9 Triliun.

Ruas jalan tol Padang-Pekanbaru sepanjang 254,8 km membutuhkan nilai investasi yang tidak kecil yaitu Rp 80,41 Triliun, salah satu sebabnya, selain karena panjang juga karena menempuh topografi tanah yang tidak mudah karena melewati perbukitan.

Kementerian PUPR dalam keterangannya mengatakan, proses pembangunan terowongan di ruas tol Padang-Pekanbaru ini akan menggunakan  dua metode.

BACA JUGA:100 Tahun Lalu Jepang Diam-diam Gali Lobang di Gunung Pangilun, Sekarang Bersiap Gali Terowongan Tol Sumbar

BACA JUGA:Jembatan Sungai Pertama Tol Sumbar Mulai Dibangun, Ngeri Banyak Buaya

BACA JUGA:Siap-siap! Tol Riau 15 Km Lagi Menyentuh Tanah Sumbar, Progresnya Sangat Wow

Pertama metode  New Austrian Tunneling Methods (NATM) dan  Metode Tunneling Boring Machine (TBM) yang juga diterapkan dalam pembangunan ruas Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta.

Menurut Badan Pengelola Jalan Tol, NATM merupakan metode modern terowongan, dimana desain dan konstruksi menerapkan pemantauan canggih guna mengoptimalkan berbagai teknik penguatan dinding berbasis pada jenis batuan yang ada  daerah pegunungan yang ditemui saat penerowongan berlangsung.

NATM menggunakan prinsip-prinsip perilaku massa batuan di bawah beban dan memantau kinerja konstruksi bawah tanah selama konstruksi.

NATM diterapkan juga saat penggalian tanah lunak dan pembuatan terowongan di sedimen berpori dan prinsip kerjanya sangat detail konstruksi.

BACA JUGA:Air Mata Manusia Rantai Menggali Terowongan Tambang Batu Bara Ombilin

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, sebenarnya infrastruktur terowongan tidaklah pekerjaan dan teknologi baru di Indonesia.

Terowongan lanjut Basuki, merupakan inovasi konstruksi modern yang menjadi alternatif pemanfaatan underground space yang efektif dalam proyek Jalan Tol Trans Sumatera.

“Indonesia cukup berpengalaman untuk urusan terowongan dan sudah diterapkan pada pembangunan bendungan berupa saluran pengelak,” jelasnya saat saat acara Seminar To Introduce Tunnel Planning and Technology yang diselenggarakan PUPR dan JICA, dikutip dari keterangan resmi PUPR.  (dpc)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: