Air Mata Manusia Rantai Menggali Terowongan Tambang Batu Bara Ombilin

Air Mata Manusia Rantai Menggali Terowongan Tambang Batu Bara Ombilin

Manusia Rantai Ombilin saat kerja paksa menggali terowongan Tambang Batu Bara Ombilin-Foto Ulang Dokumen Museum Ombilin / Dona JE-

SAWAHLUNTO, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Manusia Rantai, karena derita dan air mata merekalah kemudian Belanda berhasil mengangkut batu bara dari terowongan tambang Ombilin yang ada di bumi Sawahlunto Sumatera Barat.

 

Manusia Rantai dijadikan budak-budak untuk menggali terowongan tambang, pengangkut alat-alat tambang dan juga membawa hasil tambang emas hitam. Tenaga mereka mulai diperas Belanda untuk pertambangan Ombilin sejak tahun 1892 atau sekitar 131 tahun lalu.

 

Proses pembangunan infrastruktur untuk mendukung tambang Ombilin sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1883 hingga 1894. Sawahlunto yang ketika itu adalah sebuah cekungan hutan lebat kemudian disulap menjadi sebuah kota tambang yang lengkap, ada perkantoran, rumah tinggal hingga rumah sakit.

 


Terowongan tambang batu bara Ombilin yang digali Manusia Rantai zaman penjajahan Belanda-Foto: Dona/Jambi Ekspres-

 

Berdasarkan informasi yang dihimpun Jambi Ekspres dari pemandu Museum Tambang Mbah Soero Sawahlunto, disebut bahwa sebagai budak, Manusia Rantai itu bekerja dengan cara paksa, masuk ke terowongan saat matahari terbit dan keluar saat matahari akan tenggelam, hanya beristirahat saat jam makan dan malam hari kembali masuk tahanan.

 

Manusia Rantai, sesuai namanya, mereka bekerja dalam posisi terkekang, beriringan masuk dan keluar terowongan dengan posisi kedua kaki terikat rantai besi. Saat siang hari kaki yang dirantai, saat malam hari kaki dan tangan ikut dirantai.

 

Kenapa di rantai? Karena di mata Belanda, Manusia Rantai ini adalah narapidana. Mereka didatangkan dari berbagai penjara yang ada di beberapa wilayah di Indonesia, dari Pulau Jawa, Sumatera Utara dan juga ada yang dari Pulau Sulawesi.

 


Bangunan peninggalan Belanda yang masih dijaga di Sawahlunto Sumbar-Foto: Dona/Jambi Ekspres-

 

Kebanyakan dari mereka merupakan tahanan politik, para pribumi yang telah melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda, ditangkap, ditetapkan sebagai narapidana kemudian dibawa ke beberapa lokasi proyek Belanda, termasuk pertambangan Ombilin.

 

Manusia Rantai ini masuk ke Sumatera melalui Pelabuhan Tanjung Perak, kemudian diangkut dengan kapal menuju Pelabuhan Emmahaven yang kini bernama Pelabuhan Teluk Bayur Padang. Dari Teluk Bayur kemudian mereka diangkut naik kereta api hingga sampai ke kawasan Ombilin.

 

Tak main-main, jumlah Manusia Rantai yang didatangkan bukan 100 atau 200, tapi secara bertahap kemudian akhirnya mencapai 2.000 orang.

 


Penulis di depan terowongan tambang batu bara Ombilin yang kini telah menjadi Museum-Foto: Dona/Jambi Ekspres-

 

Tugas utama mereka adalah menggali terowongan tambang batu bara, kemudian mengangkut hasil tambang dari dalam terowongan hingga naik ke permukaan. Bisa dibayangkan bagaimana derita yang harus mereka tanggung, berapa air mata yang telah mereka keluarkan.

 

Kurang beristirahat, makan terbatas, belum lagi siksaan para mandor berupa cambukan selama bekerja di terowongan Ombilin, tak sedikit pula di antara para Manusia Rantai ini yang meninggal dunia saat tengah bekerja.

 

Terbukti, ketika bekas tambang dibongkar oleh pemerintah pada tahun 2007, ditemukan banyak tulang belulang manusia yang diyakini merupakan tulang para pekerja yang meninggal dunia saat bekerja menggali batu bara di terowongan Ombilin.

 


Manusia Rantai saat bekerja di terowongan tambang Ombilin- Dok: Foto ulang dokumen Museum: Dona/Jambi Ekspres-

 

Setelah Indonesia Merdeka, para keluarga korban juga tak bisa lagi mencari mereka. Identitas mereka sengaja dihilangkan oleh Belanda sejak awal masuk ke kawasan Ombilin.

 

Mereka tak lagi dipanggil dengan sebutan nama, saat mulai bekerja mereka langsung dilabelkan nomor di tangan. Mandor hanya akan memanggil mereka dengan sebutan nomor.

 

Jumlah batu bara yang berhasil digali Manusia Rantai ini juga tak sedikit, sejak tahun 1892 Belanda berhasil memproduksi batu barahingga 48.000 ton berkat tenaga dan tangan-tangan manusia rantai ini. Hasilnya dibawa melalui kereta api ke pelabuhan lalu dibawa Belanda untuk memenuhi kebutuhan batu bara Hindia Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: