Bagian 10: “Ayo Pulang”

Bagian 10: “Ayo Pulang”

Ari Hardianah Harahap--

“Sadap!” Arisa dan Sundra kompak memanggil, “Divisi acara gimana bisa?!” Kedunya bertanya serentak dengan nada bicara tinggi, membuat Sadap harus menutup telinganya karena diserbu kiri dan kanan.

Sadap tersenyum masam, dibelakangnya ada Sandra yang mati – matian menahan tawa, “Gue. Tadi. Nanya. Dan. Kalian. Jawab. Apa?! Ya.” Sundra menekan setiap katanya, mendorong Arisa dan Sundra menjauh dari hadapannya, mengamit lengan Sandra untuk digenggamnya. “Dah, gue mau pacaran dulu sama ayang, rese lo pada.” Kata Sadap. Namun, sebelum benar – benar meninggalkan Arisa dan Sundra, Sadap menyempatkan dirinya untuk berpesan sesaat, “Kalian jadi manusia jangan bego – bego banget ya, jangan lama – lama, entar keburu jompang sama hati masing – masing,”

***

Arisa membeli satu lusin Coca – Cola yang kini ia jejerkan di meja kantin, awalnya satu botol hingga ia kini tengah meminum botol keenamanya, padahal Soda tidak memabukkan. Tapi, kondisi Arisa terlihat lebih parah dari orang yang tengah Sakau. Dideretan botol Coca – Cola ada susu kotak rasa coklat dan donat kacang yang masih utuh kemasannya. Sandra tampak tenang di hadapan Arisa tengah mencat kukunya sambil menonton drama korea di handphonenya. Dua meja dari meja Arisa dan Sandra, ada meja Sadap dan Sundra yang tengah memperhatikan dengan seksama setiap tingkah pasangan mereka. Ah, kata pasangan mungkin hanya berlaku pada Sadap dan Sandra.

“Kalo khawatir mah disamperin, bukan diliatin aja.” Sungguh Sadap gemas dengan Arisa dan Sundra, dua – duanya peduli, sama – sama tak ingin jauh, tapi bertahan dengan ego masing – masing apa susahnya sih untuk mengalah, toh, sama – sama ingin berbaikan juga.

“Entar makin ribet,” Sundra mengulum bibirnya dan mengepal tangannya kuat. Menatap Arisa khawatir. Tidak lama perempuan itu pasti akan muntah, mengingat biasanya hanya susu coklat yang mereka berdua konsumsi setiap hari, bahkan minuman seperti teh pucuk saja jarang mengecapi lidah mereka.

“Drama banget anjir lo berdua, yang satu gengsi, yang satu peduli, kawin aja noh lo berdua, biar cepat damai!” Ujar Sadap yang mulutnya segera disumpal dengan bakwan oleh Sundra.

“Cocotmu itu loh Dap, dikontrol sebelum aku slepet sama swallow!” Kesal Sundra.

“Ya, lagian.” Balas Sadap mencebik, mengambil satu bakwan lagi dan memakannya dengan kesal, bahkan tak sadar menaruh terlalu banyak cabe. “Pedas njir!” Sadap melepah yang direspon dengan gidikan jijik oleh Sundra.

“Bener ya kata orang, cinta itu merubah segalanya.” Ujar Sundra tiba – tiba menatap sadap.

“Hah?” Bingung Sandra, ia segera menatap Sadap was – was, memeluk dirinya dan berusah menjauh beberap meter dari duduknya.

“Gue tau ditolak Arisa itu sakit buat lo, tapi tolong jangan belok, separuh nafas gue di Sandra woi!” Ujar Sadap yang direspon wajah cengo oleh Sundra, diam beberapa saat hingga ia sadar maksud dari kalimat Sadap.

“Manusia sialan!” Umpat Sundra, bersiap melepas sepatunya guna melempar Sadap. Namun, belum terjadi niatnya sebuah suara menginstrupsinya.

“Sundra, ayo pulang.” (bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: