“The Memorable”
ilustrasi--
“I wish a rich boy fall in love with me and his father offer me 10 million to get out of his life”
Gue pikir hari itu adalah hari terkonyol sepanjang hidup gue, diantara 1000 orang lebih dilapangan yang menudukkan kepala dengan lagu ala – ala vibes pengingat dosa, katanya.
Doa itu yang sampai dengan jelas di telinga gue, acara yang tadinya nikmat dan khidmat di hati gue, jadi hancur berantakan. Bayangan banyaknya dosa gue sama mama dan papa jadi amburadul, buat remaja 17 tahun waktu itu, hari itu akan selalu gue kenang sebagai hari yang gue namai dengan judul “The Memorable”
“Nggak baik, ngetawain doa orang!” Gue menoleh ke samping, penampilan rambut yang dikepang dua dengan amburadul dengan pipi penuh coret coret jadi informasi kalo perempuan yang kini menatapnya dengan galak itu jelas mandi dan kelompek terbelakang setelah menyelesaikan acara outbond tadi sore.
Gue bergidik, “Memangnya gue ngetawain doa siapa?” Gue tahu, cekikan gue jelas kedengaran, tapi belum tentu itu doa si perempuankan?
“Itu doa gue, his father offer me 10 million to get out of his life!” Mungkin perempuan itu akan jadi satu – satunya orang yang bangga atas doa – doa konyolnya yang kalo ditelisik dari manapun kemungkinan jadi kenyataan itu satu banding satu triyilun, kekuasaan tuhan memang nggak tahu, tapi kan ya? Dipikir gimanapun sama gue, tetap itu doa cewek nggak masuk akal.
“Capek ngab, gue pengennya disayang – sayang, istilahnya cari duit instan, kalo ngepet haram. Ogah juga gue jadi binatang, udah dibuat tuhan jadi secakep – cakepnya manusia!”
Perempuan itu definisi gila sesungguhnya, malam itu satu – satunya doa yang harusnya diaminkan oleh seribu orang yang duduk di lapangan itu tentang orantua, tapi doa gue malam itu berubah, untuk nggak dipertemukan lagi dengan perempuan aneh bin absurd itu.
“Rangga, lo mah liat – liat dulu dong kalo mau nenggol Parfum gue, masa yang harganya lima puluh ribu lo senggol, ini juga handuk, nggak punya tangan lo buat narok handuk ke tempat awal?!”
Tapi…kayanya yang diatas punya rencana lain, soal gue dan perempuan itu. Entah kapan datangnya, entah kapan terjadinya, gue nggak pernah sadar sejak kapan perempuan absurd yang punya nama Regina itu jadi sering muncul di otak gue, satu kali kemah pramuka, dua kali diperempatan jalan, berebuat donat matcha yang hari itu cuma sisa satu. Tiga kali, lapangan basket, kala gue yang nggak sengaja ngerobek celana yang untugnya sendirian, tanpa tahu kalo ada Regina di sudut lapangan.
“Akh…sial!” Umpat Gue, menutup celana gue yang robeknya lumayan besar.
“Alah, gambar dora juga. Nih jaket, cupu! Dasar dora!” lemparan jaket dan tawa mengejek itu jadi awal dari pertemuan kami di hari – hari selanjutnya sampai tiba hari dimana untuk pertama kalinya, gue dan regina pake baju couple, serba putih di dalam Gedung yang dihias selayak mungkin untuk doa orang yang bersanding meniti hidup bersama kedepannya.
Regina just being Regina, “Rangga, kok bapak lo nggak ngasih duit 10 M ya buat gue, kan gue udah bersiap buat nggak jantungan padahal sedari dulu kalo tiba – tiba dapat duit 10 M!”
“Iya, Na. 10 Milyarnya, biar gue yang nyicil sama lo, biar gue yang kasih dan kerja keras buat pastiin 10 M itu diterima dengan selamat sehat wal afiat sama lo!” Acara yang tadinya tegang itu kini sedikit mencair berkat regina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: