Bagian 13: “Dumb and Dumber”
ilustrasi--
“Juna!! Ada bakso di dapur, gue pulang ya, ngantar itu doang?”
“Arjunaa…gue beli jajan dua nih? Mau nyicip nggak?”
“Arjuna, makan kuy! Brownies nyokap lo dah mateng!”
“Arjuna, sini join, gue beli rujak depan gang!”
“Arju—”
“Iya gue datang, nggak usah teriak – teriak. Rumah gue bukan hutan!” Potong Arjuna, pada panggilan Aresa yang dihafalnya luar kepala. Aresa mendengus, mengambil tempat di samping Arjuna yang sudah lebih dulu duduk di meja makan. Keduanya tengah menuang, kali ini tahu bulat yang baru saja digoreng, uap panas tersisa di sisi plastik yang kini sedikit basah dengan titik – titik air.
“Gue juga nggak akan teriak, kalo lo nggak lupa waktu buat makan. Berambisi boleh tapi ya ngotak juga, nggak sesemrawut lo gini, tidur kurang, makan nggak, ntar kalo tumbang tau rasa, bukannya jadi ter the best malah jadi the beast!” Pedas Aresa kelewat malas pada tingah Arjuna yang tidak pernah berubah.
“Yang nggak berkepentingan dilarang sewot!” Keduanya keras kepala, soal argument tidak ada yang pernah mau mengalah, merasa paling benar dan merasa tidak pantas untuk disalahkan padahal jika ditelisik keduanya sama seperti dumb and dumber. Arjuna dengan ambisinya yang kerap kali tak pedulikan diri, Aresa yang kelewat sayangi dirinya malah terjerumus terlalu extrem. Olahraga yang berlebihan dan makanan yang kelewat banyak masuk tanpa dipikir dua kali, entah itu sehat atau tidak, tercemat atau tidak, Aresa tidak akan peduli apa saja yang masuk ke dalam perutnya.
“Badan dikasih tuhan ya harus dijaga!”
“Perlu gue ambilin kaca nggak?”
“Tau kok gue cantik!”
“Keluar sebelum gue tendang lo manusia nggak tau diri!”
“Rumah punya nyokap aja sok berkuasa, anak mami!”
“Lah nyokap gue, mau apa lo?!”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: