Bagian 10: “Ayo Pulang”

Bagian 10: “Ayo Pulang”

Ari Hardianah Harahap--

“Bulol boleh, tapi logika harus tetap jalan, lo nggak hidup cuma karena cinta, akal rasionalnya dipake dikit tolong”


yamaha--

>>>***<<<

Tidak ada yang pernah tau jika pertengkaran Sundra dan Arisa akan sangat berdampak terhadap lingkungan sekitar mereka, bahkan kelas dan acara kumpul HIMA meraka terasa sangat mencekam, mengingat dua orang paling berisik kini seolah berlomba – lomba menjadi yang paling diam diantara yang terdiam. Dua orang yang biasanya duduk bersisian dan seringkali bertukar pikiran satu sama lain, kini tampak duduk dari ujung ke ujung bahkan sepatah kata pun belum ada yang keluar dari satu sama lain.

“Oke, evaluasi kita sampai sini aja. Sekarang sharing – sharing aja, kooperatif buat semuanya, nggak ada batasan selama pendapat kalian nggak menjatuhkan satu sama lain.” Sesi terakhir dalam berkumpul seluruh anggota HIMA pun dibukan oleh Sadap, Sundra tampak diam di ujung kanan dan Arisa yang sibuk dengan catatan akhir hasil pertemuan mereka.

Salah satu anggota HIMA perempuan mengangangkat tangannya, “Gue pengen saran, berhubung ini udah akhir, dan bakal ada minggu tenang minggu depan, gimana kalo kita punya acara akhir gitu yang kita – kita aja, acara pendekatan gituloh kan mana tau selama kita disini banyak selisihnya jadi semua salah paham bisa clear.” Mendengar saran perempuan tersebut, sebagian anggota HIMA mulai berisik, rata – rata dari mereka menyetujui ide tersebut, mengingat healing sebelum sinting di ujian akhir nanti. 

“Kita kumpulin dulu, yang lain?” Tanya Sadap kembali memimpin rapat dan mengkondusifkan keadaan. Semuanya mulai antusias dengan pembahasan kali ini, banyak saran dan pendapat yang muncul, setiap orang berusah berperan aktif dan turut berkonstribusi kecuali dua orang yang kini tampak dengan lamunan masing – masing, bahkan rapat sudah ditutup pun keduanya konsisten dengan runyamnya pikiran masing – masing yang mengundang suara cekikan dari seluruh anggota.

“Yang berasa dunia milik berdua harus segera disadarin Dap, bisanya – bisanya pejabat penting nggak nyimak.” Sandra melontorkan candaan, walau terdengar sarkas, seluruh orang yang disana paham Sandra tidak bermaksud menyakiti. Namun, ini organisasi, siapapun yang disini, apapun masalah mereka, keprofesionalitasan mereka harus dipertanggung jawabkan, terutama Sundra dan Arisa yang memiliki peran penting.

“Jadi gimana Sundra, Arisa?” Tanya Sadap, “Sepakat?” Lanjut Sadap yang dibalas dua raut bingung sekaligus.

“Hah?” Kompak mereka linglung, menatap sekitar mereka yang tampak menaruh atensi pada keduanya, spontan mengangguk dan setuju tanpa paham apa yang dibicarakan. “ya, iya setuju kok.” Balas Arisa yang diikuti anggukan Sundra. Seluruh orang mengulum senyum, tidak salahnya untuk membantu dua orang yang tengah dilandau bibit gegana itu, gunda galau merana.

Sadap yang paham akan isi pikiran anggotanya, terkekeh pelan, “Oke masukin Sadap sama Arisa ke divisi acara ya.” Perintah Sadap.

“APA?!” Keduanya kompak terkejut, sungguh apapun dapat mereka terima selain divisi acara yang sangat melelahkan dengan segudang pekerjaannya. Sandra menyenggol lengan Arisa, memberi kumpulan nama – nama yang tercatat, kemudian mengerling jahil.

“Lo harus traktir gue mie ayam udah ngegantiin tugas lo.” Bisik Sandra pelan.

Sadap langsung menutup rapat mereka, “Makasih semuanya, dan take a rest sampai minggu depan.” Pesan Sadap, dan satu persatu dari mereka mulai meninggalkan ruangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: