Bagian 1: “Kita di Pagi Penuh Warna”
Ari Hardianah Harahap--
“Yang bilang lo budek juga siapa?!”
Sara hanya berdecak, “Terserah deh, mandi sono!” Suruh Sara lagi, Sadam bergumam.
“DASAR SARA!” Kesal Sadam.
“Maksud lu apa bocah?!”
“Iyalah SARA. Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan.” Jawab Sadam tak kalah kesal.
“Ya apa bocah?!” Kedua manusia sedarah itu bahkan sudah bertensi tinggi disaat jam masih belum genap menunjukkan pukul enam pagi.
“Sensitif!” Balas Sadam tertawa, kemudian melipir pergi kekamar mandi, meninggalkan Sara dengan kerutan dahi bingung, berusaha memproses maksud Sadam.
“Oasu!” Balas Sara setelah paham, meninggalkan kamar mereka dengan langkah yang terhentak kesal menuju dapur untuk membuat sarapan. Diam – diam, senyum terukir tipis di wajah Sara, sangat tipis. Lucunya Sadam itu semangatnya.
***
Keduanya kini duduk berdampingan di lantai, Sara yang sibuk dengan tas dan barang bawaanya ke kantor, sedang Sadam yang tengah bernikmat ria memakan sarapannya telor mata sapinya sembari menonton kartun kotak – kotak kuning yang tinggal di laut. Sara benar bukan, sekali bocah tetap bocah, bahkan disaat adik laki – lakinya itu ada di tingkat akhir masa sekolah menengah atasnya.
“jangan lama – lama sarapannya, nanti telat, senin upacara kan?” Ingat Sara yang hanya diangguki oleh Sadam yang masih sibuk dengan tontonannya di telivisi.
“Udah sarapan?” tanya Sadam, Sara mengangguk, “makanya jangan kotak – kotak kuning aja yang diurusin, kakak secantik gua lo anggurin.” Balas Sara mencibik sembari mengepak ranselnya.
“Idih idih idih si najis.” Balas Sadam bergidik. Sara menatapnya sinis, kemudian berjalan kearah teras rumahnya, memanaskan Gudetama—nama motor scoopy merah cabenya—yang jika sudah dipanaskan, berisiknya mengalahkan pamor tetangga rumahnya.
Sadam segera bergegas dari dalam rumah, sarapannya sudah ia habiskan, tas sekolahnya ia sampirkan sebelah bahu. Dengan cepat memakai sepatunya, kemudian mengunci rumah kecil milik mereka, dan meloncat ke boncengan Sara sembari tersenyum lebar. Aktivitas pagi yang paling ia suka sebelum berangkat ke sekolah dan berpusing ria dengan matematika adalah mempromosikan kakaknya di lampu merah, membayangkannya saja sudah sangat membuat Sadam gembira ria.
Sara yang sudah mengendus niat buruk Sadam, segera mengancamnya, “Nggak usah banyak tingkah lo, gue tinggalin di tengah jalan entar!”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: