Menjaga Sang Bengawan, Menjaga Peradaban : Pemprov Jambi Gandeng Pihak Terkait Lestarikan Sungai Batanghari
--
Oleh: Desy Azwir
SESUNGGUHNYA nenek moyang kita tak hanya seorang pelaut. Mereka bukan hanya gemar mengarungi luas samudera. Nenek moyang kita menghuni tepian sungai dan menggantungkan kehidupannya pada sungai. Selain lautan, sejak dahulu, bengawan-bengawan yang ada di Nusantara ini pun tak henti melimpahkan berkahnya, menjadi urat nadi kehidupan manusia di sepanjang alirannya. sungai Batanghari adalah salah satu bengawan Nusantara yang turut merekam jejak sejarah peradaban nenek moyang Indonesia.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari merupakan DAS terbesar kedua di bumi Nusantara dengan cakupan luas areal tangkapan ± 4,5 juta Ha. Secara administrasi pemerintahan, sebagian DAS Batanghari berada di wilayah Provinsi Jambi (bagian hulu, tengah, dan hilir DAS), sisanya berada di wilayah Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan. Panjang Sungai Batanghari ± 775 km yang berhulu di Pegunungan Bukit Barisan dan bermuara di Selat Berhala. Sungai-sungai besar yang merupakan anak Sungai Batanghari adalah Batang Asai, Batang Tembesi, Batang Merangin, Batang Tabir, Batang Tebo, Batang Bungo, dan Batang Suliti.
Menemukan Sungai Batanghari saat bertandang ke Provinsi Jambi sangatlah mudah. Bengawan terpanjang di Pulau Sumatera ini mengular mengaliri hampir setiap kabupaten yang ada di Provinsi Jambi. Sebagian besar wilayah DAS Batanghari, sekitar 76%, adalah Provinsi Jambi, meliputi 8 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Batanghari, Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sementara sebesar 19% wilayah DAS Batanghari merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Barat, meliputi Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung, dan Kabupaten Dharmasraya. Serta sisanya, sekitar 4% termasuk wilayah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan, dan 1%-nya merupakan bagian dari Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.
Sungai Batanghari adalah lumbung harta karun yang menyimpan peninggalan sejarah kejayaan kerajaan Melayu. Kerajaan Dharmasraya dan Kerajaan Sriwijaya menjadikan sungai ini sebagai jalur perdagangan penting. Sungai Batanghari adalah salah satu Jalur Rempah Nusantara yang menjadi pintu masuk para saudagar dunia, menghubungkan saudagar dari berbagai bangsa, berniaga, berinteraksi dengan masyarakat lokal, menciptakan beragam budaya baru hingga menyebarkan agama. Situs Kompleks Percandian Muaro Jambi dan Situs Solok Sipin merupakan beberapa bukti peninggalan peran penting Jambi dalam perdagangan internasional.
Sungai Batanghari adalah pustaka keilmuan yang menyimpan banyak pengetahuan tentang peradaban manusia nusantara. Keberadaan emas yang melimpah di sepanjang DAS Batanghari, yang semakin mengukuhkan Pulau Sumatera sebagai Swarnadwipa (Pulau Emas), juga mengisyaratkan bahwa pengetahuan kebudayaan yang tersimpan di sepanjang DAS Batanghari adalah logam mulia yang sangat berharga bagi kemajuan dan kelestarian peradaban manusia.
Namun, pembangunan jalan sebagai jalur transportasi sepertinya membuat kita lupa bahwa bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah dahulu kala menjadikan Sungai Batanghari sebagai jalur transportasi yang membawa persaudaraan beragam budaya tertaut. Perkembangan kehidupan manusia dengan berbagai kebutuhan dan juga keserakahannya akan ambisi-ambisi duniawi membuat kita lalai menghargai salah satu harta berharga bumi yang telah Tuhan beri.
Kenduri Swarnabhumi yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia bersama 14 Pemerintahan Daerah membawa pesan dari masa lalu tentang bagaimana bengawan kebanggaan Provinsi Jambi ini menjadi saksi kejayaan peradaban Melayu sekaligus keharmonisan masyarakat akuatik Melayu dengan sang bengawannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: