>

Bagian 12: “Jee-Wan Dan Randomnya Jadi Manusia”

Bagian 12: “Jee-Wan Dan Randomnya Jadi Manusia”

Ari Hardianah Harahap--

Aku merasa benar – benar sesak. Dimana semua udara saat ini, aku tak dapat merasakannya. Oh tuhan, ini benar benar menyakitkan, aku merasa benar – benar terkecik dengan keadaanku saat ini, belum lagi aku merasa sangat haus, tenggorakanku benar – benar terasa sangat kering, tolong, tolong aku.

Mengapa tidak satupun dari mereka mendengar rintihanku, aku benar benar tidak tahan, sangat menyakitkan. Kurasakan genggaman tangan Kak Hana yang terus menggenggam tanganku erat, membisikkan kata – kata untuk bertahan berkali – kali di telingaku. Ku lihat papa yang memeluk mama tengah menangis sesenggukan dengan pilu, ada apa dengan mereka. Tolong aku, ku mohon, lepaskan aku dari rasa sakit ini.

Di sudut ruangan ku lihat dia yang berjubah hitam sedari tadi diam mengamatiku, hanya dia yang sepertinya sadar akan kesakitanku. Dengan tatapan memohon ku pandang dirinya meminta pertolongan.

Aura yang dikeluarkannya benar – benar membuatku ragu akankah ia menolongku, namun tanpa kuduga dirinya berjalan mendekatiku hanya beberapa langkah lagi dariku. Semakin mendekat dirinya kepadaku dan saai itu aku tahu siapa yang telah datang, ku mohon jangan sekarang, aku belum siap. Dengan pelan ia ayunkan tangannya tanpa menyentuhku.

Hanya beberap detik ku rasa sesuatu yang amat menyakitkan dari rasa sakit apapun yang pernah kurasakan, seakan sesuatu dari tubuhku dipaksa lepas, hanya beberapa detik dan semua rasa sakit awal yang menyiksa tadi hilang. Seharusnya aku bahagia, karena tak perlu lagi merasakan hal menyakitkan tadi, namun itu sebuah hal yang kusesali setelah tahu apa yang akan terjadi nantinya.

Bolehkah aku berharap, hanya beberapa saat untuk sebuah perpisahan, tidak lebih. Hanya untuk mengakatakan bahwa aku akan baik – baik saja kepada mama agar beliau tidak khawatir, hanya untuk mengatakan bahwa aku teramat mencintai papa dan untuk mengatakan betapa aku menyayangi kak Hana, hanya untuk beberapa saat sebelum semua ini menjadi gelap.

Udara dingin di pegunungan terus saja menusuk kulit sekumpulan pemuda yang tengah berkemah. Mantel dan selimut tebal yang mereka gunakan pun tidak dapat menghalau udara dingin. Kobaran api unggun yang tengah gagah menyalapun tak memberi rasa hangat yang cukup untuk mereka semua. Tidak ingin mati konyol karena kedinginan, satu persatu dari sekumpulan pemuda tersebutpun beranjak pergi memasuki tenda dan tidur di kantung tidur yang saat ini menjadi pilihan terbaik untuk tetap merasa hangat.

Hingga tersisa satu pemuda yang sepertinya tidak niat beranjak sama sekali dari tempatnya saat ini. Dengan berbekal jaket tebal yang digunakannya dan secangkir kopi hangat membuatnya merasa betah untuk terus berlama – lama di sekitar api unggun belum lagi dirinya tak merasa mengantuk sama sekali.

Sesekali di gosok – gosokannya tangannya dan ia dekatkan kepada api unggun jikalau ia merasa jaket tebalnya tidak dapat menghalau udara dingin yang berhembus.

Tak jauh dari pohon beberapa meter di depannya, dua pasang mata terus menatap dan mengamati dirinya. Merasa di perhatikan, pemuda tersebut pun mulai terasa was – was dengan keadaan sekitarnya. Suara semak – semak yang bergesekan satu sama lain dan suara ranting patah yang diinjak membuatnya lebih waspada. Tanpa sengaja ia melihat sosok yang bersembunyi di balik pohon tersebut, “ Siapa disana ?” tanya pemuda tersebut. Dengan sigap pemuda tersebut memasang kuda – kuda guna jika dibalik pohon tersebut orang yang ingin menyakitinya. 

Sejujurnya pemuda tersebut tidak merasa takut jika itu hanya oknum –oknum yang tak bertanggung jawab yang sering mencuri dan memalaki pendaki namun yang ditakutinya adalah….

DORRRR

“Astagfirullah,” Ucap Jingan kaget, pasalnya ia yang tengah serius membaca buku dikagetkan dengan tepukan keras di bahunya.

Sandi bersorak kaget, “Woi, Jingan ngucap, capet tobat entar lagi kiamat!” Seru Sandi heboh, dan dengan sukarela Jinan lemparkan buku saku rumus miliknya ke kepala Sandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: