Bagian 23: “Kamu Nggak Akan Pernah Jadi Dia”

Bagian 23: “Kamu Nggak Akan Pernah Jadi Dia”

Ari Hardianah Harahap--

“Ada masa dimana, bersyukur dan berterimakasih pada diri sendiri itu jauh lebih dibutuhkan sebab yang kita ingin belum tentu butuh, yang ada juga belum tentu selamanya.”

>>>***<<<

Demi kacang dan Bikini Bottom, Bian benar – benar akan membunuh Sandi saat bertemu dengan sahabatnya itu, ditengah banyaknya tugasnya yang menumpuk dan remedial dimana – mana, Sandi malah meninggalkan Bian dengan segudang pekerjaan rumah yang harusnya mereka kerjakan berdua di hari Minggu Bian. “Awas lo Sandi habis ini,” misuh Bian, dengan dalih acara keluarga, Sandi kabur dari Bian, dan bodohnya lagi bisa – bisanya Bian percaya pada ucapan Sandi, padahal Bian tahu Sandi hanya tinggal dengan mamanya di depan rumahnya lagi, dua langkah, lalu urusan keluarga yang mana Sandi maksud jika saat ini Bian yakin Sandi tengah mengobrol ria dengan teman – temannya di kafe.

“Gue pengen  jadi Sandi yang rasanya tu hidup dia nyantai banget, just let it flow aja, nggak terlalu mikiran hidup yang gimana – gimana, dia ya dia, nggak ada ekspetasi juga yang harus ia penuhi,” Ujar Bian, sendirian di tengah rumah yang kini bahkan beleum terberes barang seinci pun.

“Gue kalo jadi lo nggak bakal mau jadi siapa – siapa, selain diri gue,” Bian Sontak berbalik mendenger sebuah suara yang menyahutinya, Bian memandang bingung Sandi yang kini ada di hadapannya, “Acara kelurga cih!” Sinis Bian yang dibalas Sandi dengan kekehan, “Lo mah gitu, yang penting gua balik ya, ini gue pergi aja rumah belum ada sedikitpun beres, ini bunda balik bisa habis kena pecat kita.” Balas Sandi tak ingin kalah.

“Gue kan anak bunda, anak kandung. Emang lo anak jejadian!” Sewot Bian yang dibalas Sandi dengan dengusan, “Sip si paling anak bunda,” Ejek Sandi, yang segera Bian berikan tatapan death glearenya.

“Soal yang tadi gue serius, kenapa sih harus jadi orang lain? Lo tahu setidaknya kalo nggak ada orang lain yang mau, lo yang harus bertahan untuk diri lo, jangan berharap. Memangnya lo tahu apa yang dirasakan orang lain sampe lo juga mau jadi kayak dia, sebab kita bisa beriming iming tapi yang disana bisa jadi tengah menimang – nimang, hidupnya pantas lanjut atau sudah sampai batasnya ia lelah?”

Bian menggelangkan kepala, “Lo kalo ngomong waras dikit napa,” Seru Bian yang dibalas Sandi dengan tatapan bingung, “Karena semakin kesini kita, semakin gue takut kalo nyatanya dewasa bisa merubah segalanya,”

“Hah?” Bingung Sandi lagi.

“Kapan ya terakhir kali kita bisa bahas avatar dan teorinya tanpa harus ada embel – embel jadi manusia yang dewasa itu bagaimana baiknya?” (Bersambung)

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: