>

Bagian 25: “Selalu Jadi yang Biasanya”

Bagian 25: “Selalu Jadi yang Biasanya”

Ari Hardianah Harahap--

 

“Tidak ada yang perlu terlalu disesali dari setiap langkah, sebab manusia itu gudangnya salah”

-Kita Jadi Manusia, 2022

>>>***<<<

Ada masa dimana rasanya setiap bangun pagi itu sulit, jika bisa ingin terpejam lebih lama, padahal bisa jadi hari itu banyak hal menyenangkan menanti. Atau semata mata karena hari kemarin tidak terlalu baik, kemudian esoknya mereke semata mata mengatakan akan sama saja, seolah tahu apa yang akan terus terjadi.

Memang, sebagian dari mereka selalu punya rencana yang terperinci, dari A hingga Z mereka persiapkan dengan sematang dan sebaik mungkin, tapi kita tidak pernah tahu hidup, yang sepanjang jalan akan tersemat kata misteri. Dan tentu saja tipe tipe manusia seperti itu tidak jauh dari manusia seperti Bian. Padahal kita merencanakan sebaik mungkin, memikirkan juga resiko paling buruk yang ada, tapi hasilnya selalu saja tidak terduga, alih alih mendapat yang dia mau, hari akan terus berkahir sial tanpa penjelasan.

Namun, bukan berarti Bian sepanjang waktu menyesali hidupnya, bahkan Bian jauh lebih bersyukur, setidaknya ia selalu siap untuk menerima resiko paling buruk. Tidak seperti Sandi yang katanya paling dewasa diantara empat sekawan, namun yang paling sering malamnya kelabu, yang paling sering biru diantara lainnya. Sandi itu yang paling santai diantara mereka, setidaknya Sandi tidak akan pernah terbenani dengan apa yang akan terjadi esok, ia akan melawati semuanya tanpa hambatan, tanpa harus berekspetasi apapun, tapi ia juga yang tak akan pernah berhenti mengeluh dari kata "seandainya" bahkan Bian sendiri yang waktunya 24/7 bersama Sandi, muak mendengarnya.

Kalo Sandi tahu penyesalan, tentu Sandi tahu apa itu namanya intropekasi, dan yang Bian tahu, Sandi tidak menyesal, mengeluh hanya menjadikan Sandi agar tidak terlihat

lebih gila, sebab lukanya selalu datang tanpa mau berhenti, tentu, seperti biasanya, manusia yang tawanya paling kencang adalah lukanya yang paling dalam. Kemudian, Jinan dan Jingan, duo aneh yang katanya saling melengkapi, jika Sandi dan Bian menjadi salah satunya, maka Jinan dan Jingan adalah diantaranya, pelengkap tatanan dunia yang terlalu melucu setiap harinya. Diamnya penuh rencanannya, geraknya yang tak pernah ada dalam tatanan dari hidupnya tak pernah ia merasa sia - sia, katanya dibanding menghabiskan tenaga untuk menyesalinya, mengapa tidak coba untuk menikmatinya. Tawanya bukan berarti ia selalu bahagia, ah, kalo dipikir pikir ia juga terluka, hanya saja berdamai menerima lukanya jauh lebih baik kini dibanding terus menangisi setiap waktu yang dilaluinya, semua manusia bisa dewasa, tapi menjamin semuanya bijaksana, selalu ada kemungkinan bukan? (bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: