Unggah di Facebook, Langsung Terima 900 Komentar

  Unggah di Facebook, Langsung Terima 900 Komentar

 Berkat tulisan panjangnya tersebut, Taty jadi laris manis. Dia diwawancarai banyak wartawan. Bahkan, kemarin dia terbang ke Jakarta untuk menghadiri undangan stasiun TV swasta yang akan memprofilkan dirinya. Dia juga akan dipertemukan dengan M. Nuh.

 \"Kata Abah, kalau ketemu (Mendikbud), saya harus salim untuk menunjukkan rasa hormat saya. Setelah itu, saya harus bicara apa adanya,\" papar remaja kelahiran Surabaya, 5 September 1995, tersebut.

 \"Saya nggak nyangka responsnya banyak sekali. Terakhir saya lihat komennya ada sekitar 900 komentar,\" tambah dia.

 Saking banyaknya komentar, Taty menyatakan tidak sanggup menanggapi satu per satu. Dia hanya membalas komentar orang di inbox Facebook-nya.

 Taty memang tidak bisa jauh-jauh dari laptop. Sebab, dia hobi menulis, membaca, dan mendengarkan musik. Hampir setiap hari dia mengetik di laptop. Jenis tulisannya bermacam-macam. Ada artikel lepas seperti tulisan soal unas yang ditujukan untuk Mendikbud, cerpen, serta tulisan ala curahan hati remaja.

 Uniknya, di laptop itu, dia juga menyimpan surat-surat perjanjian \"kontrak politik\" dan kerja sama dengan bahasa diplomatis. Surat tersebut, rupanya, dibuat untuk bermain game online bernama eRepublik, sebuah permainan yang merupakan bentuk simulasi kehidupan nyata. Dalam game itu, Taty berprofesi sebagai pengamat politik.

 \"Dalam game tersebut, saya mengalir begitu saja. Saya tidak tahu kenapa jadi pengamat politik di situ,\" paparnya.

 Menurut Taty, dari game itulah dirinya banyak belajar menggunakan bahasa-bahasa diplomatis dalam menulis. Apalagi dia memainkan game tersebut sejak kelas VIII SMP. Dia hanya berhenti saat ada momen serius seperti unas. Pada hari-hari biasa, jangan ditanya, Taty akan kuat berjam-jam di depan komputer untuk bermain game kesayangannya itu.

 Ditanya seputar pelaksanaan unas, dia menceritakan, sejak hari pertama, banyak temannya yang menangis karena tidak bisa mengerjakan soal. Khususnya teman-temannya yang terbiasa jujur. Tapi, ada juga seorang teman Taty yang mengaku terus terang bahwa dirinya terpaksa menjawab soal dengan menggunakan bocoran jawaban. Teman dekat Taty itu meminta maaf karena tidak bisa mengerjakan soal yang diujikan.

 \"Saya jawab, kalau mau minta maaf, sama guru saja, bukan sama saya,\" tutur putri dosen jurusan Politik Islam, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) itu.

 Taty tidak setuju atas penilaian bahwa soal unas lebih mudah daripada soal tryout. Sebab, setelah menjalani unas, dia menemukan banyak fakta yang kontradiktif. Taty mengaku paham bila unas kali ini akan lebih sulit. Sebab, Kemendikbud telah menetapkan mulai tahun ini nilai unas juga menjadi pertimbangan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN).

 Menurut dia, unas adalah evaluasi belajar selama tiga tahun terakhir. Karena itu, bobot soalnya jelas berbeda dengan bobot soal yang biasa digunakan perguruan tinggi negeri (PTN) untuk menyeleksi calon mahasiswanya. \"Jelas lebih sulit soal-soal masuk perguruan tinggi, dong.\"

 Sementara itu, ibunda Taty, Ida Rohmah Susiani, mengaku tidak menyangka tulisan yang menggegerkan dunia pendidikan Indonesia tersebut adalah karya putrinya. Dia pun menyatakan kagum.

 \"Terus terang, saya tidak tahu perkembangan pendidikan anak saya sedetail itu. Saya hanya diberi tahu suami bahwa Taty mempunyai bakat menulis yang besar. Saya tidak menyangka tulisannya sebagus itu,\" ujarnya.

 Menurut Ida, anaknya tersebut tidak pernah neko-neko sejak kecil. Dia tidak banyak menuntut. Kalau toh meminta sesuatu, yang dipilih adalah buku. Untuk kebutuhan itu, sang ayah memang memberikan jatah untuk Taty dan empat saudaranya membeli dua buku setiap bulan. \"Pokoknya, yang diminta Taty itu selalu yang fungsional.\"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: