Ketika Bencana Melanda:Merenungkan Kembali Peradaban Melalui Lensa Transintegratif Melampaui Kesenjangan Agama
Prof. Dr. Suaidi Asyari, MA., PhD (Guru Besar Pemikiran Politik Islam UIN STS Jambi) --
Namun, transintegrasi menegaskan bahwa pengetahuan ilmiah harus dibingkai secara etis, tidak terlepas dari tanggung jawab manusia.
3. Integrasi Kebijakan Etika (Aksiologi)
Pendekatan kebijakan transintegratif mengakui:
- Bencana memiliki penyebab alami, tetapi keputusan manusia memperkuat atau mengurangi dampaknya.
- Perilaku moral—pengelolaan lingkungan, kejujuran dalam standar konstruksi, keadilan sosial—membentuk kerentanan.
- Data ilmiah memberikan informasi tetapi tidak mengarahkan masyarakat secara moral; nilai-nilai harus memandu interpretasi dan tindakan.
Pendekatan ini melarutkan biner "agama versus sekularisme" dengan mengakui bahwa wahyu memberikan tujuan, akal memberikan struktur, dan pengalaman memberikan validasi.
Seperti Apa Respons Transintegratif dalam Praktik?
a. Tingkat Komunitas:
Mengintegrasikan Makna dan Kesiapsiagaan
- Lembaga keagamaan mendakwahkan pengelolaan lingkungan dan kesadaran ilmiah.
- Masjid, gereja, dan kuil menjadi pusat pendidikan bencana, latihan evakuasi, dan penyebaran peringatan dini.
- Ajaran spiritual menekankan kerendahan hati di hadapan Tuhan dan tanggung jawab terhadap bumi.
b. Tingkat Ilmiah dan Pendidikan:
Menjembatani Tradisi Pengetahuan
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



