UAH: Setiap Manusia Punya Ajal, Karenanya Buat Kenangan Terbaik di Dunia

Selasa 13-06-2023,18:24 WIB
Editor : Setya Novanto

 BEKASI, JAMBIEKSPRES.CO.ID—Ajal atau kematian adalah batas kehidupan setiap makhluk hidup di dunia ini. Setiap orang memiliki takdir dan waktu yang ditentukan oleh Allah untuk mengakhiri kehidupannya di dunia ini. Ajal adalah suatu kejadian yang pasti terjadi pada setiap individu, dan tidak ada yang dapat menghindarinya. Hal ini berdasarkan QS. Al A’raf ayat 34: “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.”

“Setiap kita itu ada ajalnya, ada batas usianya. Kenapa di dalam surat ketujuh (Al-A’raf) ayat tiga puluh empat kata ajal begitu ditekankan? Ini untuk memberi kesan kehidupan di dunia ini tidak abadi, akan ditinggalkan,” terang Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustaz Adi Hidayat pada Senin (12/06).

Ketika ajal telah datang, lalu dipindahkan ke tempat lain yang lebih abadi, maka umat manusia dituntut untuk meninggalkan kenangan-kenangan yang baik. Menurut UAH, cara mengisi ajal supaya baik itu disebut dengan umur. Umur bukan sekadar usia, melainkan memiliki juga memiliki makna: mengisi dengan segala yang bermanfaat.

“Selama hidup, kalau ingin dikenang, punya nilai kebaikan bahkan sampai masuk ke alam kubur, tapi nama dan kisahnya tetap harum, maka buatlah dan rencanakan semua aktivitas yang punya nilai manfaat,” terang UAH seperti dikutip Jambi Ekspres dari Muhammadiyah.or.id

Salah satu amalan yang bisa dilakukan ialah berbicara yang mengandung manfaat. Berbicara yang bermanfaat berarti mengungkapkan perkataan yang positif, membangun, dan mendorong. Menggunakan kata-kata yang memberikan inspirasi, dukungan, dan motivasi kepada orang lain adalah lebih baik.

Penting untuk menghindari penggunaan kata-kata kasar, celaan, atau menyakiti perasaan orang lain. Hindari pula fitnah atau penyebaran informasi yang tidak benar. Jika ada perkataan yang punya potensi menyakiti orang lain, sebaiknya dibaikan.

“Berbicara yang mengandung manfaat. Bila yang akan disampaikan sekiranya tidak bermanfaat bahkan cenderung menyakiti, lebih baik abaikan. Sayyidah Khadijah, istri Nabi Saw, tidak pernah bicara kecuali yang bermanfaat,” ucap UAH.

Kategori :