Some of Me Part of You
ilustrasi--
Introduce: “Kranial”
“Padahal manusia punya sistem jaringan saraf yang kompleks, fungsinya menerima, mengolah dan menyampaikan ransangan. Tapi kenapa cuma karena satu kata manusia masih banyak salah telaah, yang ujung – ujungnya cuma ngasih masalah”
>>>***<<<
Katanya kota yang paling romantis di Indonesia itu cuma Jogja, yang asmaranya bisa dikenang sejauh apapun menyusuri kotanya, yang tiap sudutnya punya cerita, punya kisah abadi yang tak lekang oleh masa.
Tugu Jogja dan Parangritis jadi saksi bisu ribuan kisah asmara yang dituai hingga ke altar atau yang harus kandas di tengah jalan. Ada banyak pantai, bandara, stasiun, bahkan tempat lain yang lebih layak diantara banyaknya tempat, diantara hujan rinai dan selaksa angin dingin yang berhembus, Lorong gelap dan sempit jadi satu – satunya pulang yang tak ingin dikenang.
“Kalo lo mau cosplay jadi penjahat yang habis bunuh orang dengan brutal di gang sempit ini, lain kali liat kondisi dan situasi ya maemunah, gue jual ke amazon juga lo! Ini bukan hallowen kalo lo lupa!”
Laki – laki dengan tinggi 172 cm itu menggulir matanya malas, kantung matanya terlihat jelas, wajahnya kusut, jas putih yang ia gunakan acak – acakan dengan pinggiran yang masih ada darah segar membekas. Ia memberi totebag di tangannya dengan kasar dan sedikit paksaan, sebab wanita yang lebih pendek 10 cm darinya itu tampak senang menggodanya.
Tampilan sang wanita tak ayal sama, bahkan lebih parah. Bajunya seperti tertumpah darah, sanggulnya sudah tak lagi rapi, beberapa anak rambut menghiasi dahi dan pipinya, menempel bersamaan dengan keringatnya. Padahal, sisa hujan masih terasa rintik – rintik walau tak deras, malam terasa semakin dingin dan semakin mencekam saat larut.
“Gue tau lo emang yang paling pengertian, Ka!” Arsena meninju lengan Raka sedikit kuat walau maksdunya hanya bercanda yang langsung dipelototi oleh Raka. Arsena tertawa senang sebab Raka itu orang yang sangat mudah dijahili olehnya, Arsena bersiap dengan posisi ingin memeluk Raka, memajukan bibirnya beberapa senti kedepan, “Ayo sahabatku Raka, akan Arsena Putri berikan kecupan dan pelukan hangat!”
Raka bergidik ngeri, dan menampar jidat Arsena kuat, “LO!” Raka menggelang – gelengkan kepalanya kuat tak habis pikir dengan tingkah laku Arsena, “Dasar Dokter gila!” Kesal Raka, meninggalkan Arsena dengan hentakan kaki, sesekali tubuhnya bergidik sembari berjalan sebab bayangan Arsena yang ingin memeluk dan menciumnya tampak seperti kuman paling berbahaya yang sangat harus ia hindari dalam hidupnya.
“Huuu…Raka Cupu!” Ejek Arsena berteriak, sebab Raka yang mulai menjauh, memasuki area rumah sakit sembari melingkarkan stetoskop di lehernya. Raka berbalik dan menatap Arsena dengan senyum mengejek, memberi jempol terbalik dengan wajah paling songong yang ia miliki.
“Iya, gue emang cupu, kalo yang pura pura suhu itu kan elo!” Teriak Raka kembali, “Gue lupa siapa kemarin yang jalan sama orang baru tapi hatinya masih tinggal sama penunggu yang lama. Nyesel ya Na, soalnya ditinggalnya selamanya! Gws buat jiwa dan raga lo yang udah lemah, dihantam habis sama realita pula!” Tawa Raka terdengar meluncur bebas, mengisi gendang telinga Arsena yang kini terasa pengang.
Raka itu tau betul hatinya remuk redam, kenapa malah diberi realita yang menyakitkan. Arsena berdecak, berjalan pelan, meninggalkan Lorong gelap yang ia tatapi sejak setengah jam yang lalu. Ia melangkah ringan, dulu rasanya sangat berat bahkan hanya untuk selangkah yang tak sempurna selangkah. Sepanjang jalan ia tersenyum ramah, menyapa setiap pasien yang ada di sekitarnya, semuanya tampak begitu sempurna dalam sesaat, cinta keluarga, perjuangan dan harapan.
Ari Hardianah Harahap--
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: