Bagian 4: “Urusan Hati Manusia Beranjak Dewasa”

Bagian 4: “Urusan Hati Manusia Beranjak Dewasa”

Ari Hardianah Harahap--

Sadap masih diam. Dan Arisa selalu punya cara yang unik untuk menyadarkan orang – orang sekitarnya. Ada beberapa hal yang menjadi persamaan Arisa dan Sundra sehingga keduanya tampak cocok disandingkan bersama, salah satunya sabuk hitam dan mendali yang pernah dikenakan keduanya. Teknik pitingan dan bantingan, Arisa praktekkan dengan mudah kepada Sadap.

“Sialan!” Maki Sadap. Arisa tersenyum puas, kedua tangannya ia tumpu pada pingganya, wajahnya tampak ceria.

“Itu perhitungan dari gue, kalo dipikir – pikir, lo jadi temen juga edan bener, datang ke gua pas butuh sama susahnya doang, mana kagak ada basa – basi lagi, martabak kek, gorengan kek, minimal kacang rebus lah woi! Gocap doang itu dipinggir jalan!” Misuh Arisa, “Dah, balik sono lo sama si Sandra, loml gue terbaikan gara – gara lo!” Lanjut Arisa menggerutu.

“Argh!!” Sadap meringis, memegangi pinggang dan punggungnya yang berbenturan dengan lantai, menatap penuh dendam pada Arisa, yang dibalas Arisa dengan tatapan lebih galak.

“Pantas cocok, sama – sama preman pasar soalnya!” Batin Sadap, mengingat ia yang juga ditendang Sadap sebelum bertemu Arisa. Sadap menatap nyalang Arisa, ia tak mungkin membalas perbuatan Arisa. Namun, ia tidak pernah gagal membalas perkataan Arisa. Bakatnya untuk berkata – kata nyelekit tidak boleh disia – siakan begitu saja.

“Lo juga kapan sadar, denial mulu perasaan?! Itu loml lo belum tentu juga nyata. Noh, si Sundra, nyata, jelas ada, cinta setengah mampus sampe bulol gitu, peka! Nggak usah sok – sok pea’ lo maemunah!” Sundra tersenyum smrik, puas dengan wajah pias Arisa.

“Sadap sialan!” Maki Arisa, bukannya tidak ingin menerima kenyataan dan menghindar dari fakta. Tapi, lain kali berisa Arisa aba – aba, agar ia tak goyah dengan mudah. Arisa tetap saja perempuan, hatinya juga perasa. Ia cinta hanya takut untuk berkata, sebab siapa tau rasa yang disana sudah tidak seutuhnya untuknya. 

Tidak salah bukan? Arisa hanya berhati – hati, sebab hatinya cuma satu, sekali jatuh jangan lagi hancur. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: