Bagian 16: “Sama Sundra Aja, Biar Tawanya Selalu Ada”

Bagian 16: “Sama Sundra Aja, Biar Tawanya Selalu Ada”

Ari Hardianah Harahap--

“Pengen klepek – klepek, tapi manusia sejenis Sundra kalo dibilang takutnya melayang nggak balik lagi nginjak bumi, gua masih mau punya tawa juga cerita, sama dia, sama Sundra dengan Arisa”

-Arisa, jomblo minggir dulu, takutnya nggak kuat sama mesranya kita.

>>>***<<<

Tau apa yang lebih menyebalkan menurut Arisa selain bertemu dengan manusia yang selalu bertingkah setiap saatnya? Hal itu adalah saat dimana ia merasa menjadi manusia paling bego, bodoh, tolol, dari manusia yang ada disekelilingnya. Insecure yang berlebih, kesenjangan yang selalu menyedarkan dirinya betapa tidak adilnya dunia dan perintilan lainnya tentang kehidupan yang terasa begitu memuakkan. Fuck off tentang berbagai catatan kehidupan, quotes yang bertebaran di seluruh sosial medianya dan podcast yang terus berkoar tentang langkah pelan dalam menjalani kehidupan, nyatanya melakukan kenyataan tak semudah membaca naskah dan bicara. Alih – alih ia menikmati hidup dengan semua saran yang ia dapatkan, Arisa malah lebih disadarkan, bahwa realita tidak seindah itu, dan tidak akan pernah. Jika ingin bahagai, maka sakitnya berdampingan dengan luka tak boleh lupa, sejatinya manusia itu hidup diantara keduanya, dan Arisa tidak bisa memilih selain menikmatinya, walau kadang ia merasa, luka yang datang jauh lebih banyak dibanding bahagia yang hanya mampir sesekali.

“Dor!” Sundra datang dari arah belakang, menepuk pundak Arisa kencang yang membuat Arisa terjingkat dari duduknya, jantungnya berdebar cepat. Jika saja Sundra lengah, kaleng Soda ditangan Arisa sudah mendarat dengan mulus di kepalanya, meninggalkan jejak lebam biru yang membuat wajah kebanggaan Sundra lecet.

“Gila! Main lempar – lempar aja, wajah tampan gue ini aset negara, Sa!” Ujar Sundra dengan raut terkejut yang didramatisi. Arisa menggulirkan bola matanya malas, alay dan Sundra memang dua hal yang tak dapat dipisahkan. Kepalang kesal, Arisa menginjak kaki Sundra kuat, ingat selalu prinsip Arisa, ‘tidak ada yang boleh lepas dari dendamnya, bahkan jika itu Sundra’.

“Arisa Medusa!” Umpat Sundra kesal, menggenggam kakinya yang terbungkus sepatu Converse buluknya. Arisa mendengus, menatapnya tajam, “Siapa yang cari masalah duluan?! Hah?!” Kesal Arisa, ia segera meninju lengan Sundra berkali – kali, “Lo tu! Nyebelin banget tau gak jadi manusia!!!”

Sundra menahan lengan Arisa, berusaha menghentikan aksi brutal gadis itu, “Iyalah sebagai manusia, yakali malaikat, yang ada baik hati mulu gua!” Balas Sundra dengan senyuman Petuman-nya, alias pemuda tampan nan mempesonya miliknya.

“Tuh kan! Emak lo ngidam apa sih sampai bentukan anaknya senyebelin loh?!” Kesal Arisa, ia mengipasi kedua wajahnya, tak habis pikir mengapa ia bisa tahan bersahabat dengan manusia semcam Sundra yang kadang tampak seperti makhuk tak kasat mata itu, benar, sebut saja Setan, Satan, Iblis, atau apapun itu.

Sundra tersenyum menyebalkan, ia kurung Arisa dalam kedua lengannya, memojokkan perempuan itu pada dinding di kiri mereka, wajahnya menampilkan ekspresi nakal, khas laki – laki mesum yang kerapkali melemparakan siulan murah di pinggir jalan, ia kedipkan sebelah matanya dengan senyuman miring yang Arisa diam – diam terpesona tampa Sundra sadari.

“Lo mau tau?” Suara Sundra berat, begitu attractive, membuat jantung Arisa berdebar berlebihan. Diam – diam Arisa berharap agar Sundra tak mendengar detak jantungnya yang kelewat ribut, wajahnya memerah, rasa gugup yang tiba – tiba mendera itu Arisa tahan mati – matian.

Sundra semakin dekat, berbisik seduktif pada telingan Arisa, “Mama gue denger lagu….” Sundra menggantungkan kalimatnya, menjauh dari Arisa kemudian bergoyang dengan heboh, “Abang banting dedek bang…..” Nyanyi Sundra kemudia tertawa puas melihat ekspresi Arisa yang pias.

Arisa kesal juga malu, Sundra itu….sungguh Arisa tak lagi mampu menggambarkan seperti apa yang ia rasakan kini, terlalu banyak emosi dan rasa yang tercampur pada hati dan logiknya. “SUNDRA HABIS LO SEKARANG JUGA!” Teriak Arisa kesal, sedang Sundra masih asyik bergoyang dengan nyanyian viral di tiktok yang trending akhir – akhir ini, tertawa puas melihat reaksi Arisa yang begitu adiktif untuknnya. Arisa marah, juga dongkol, tapi tak urung itu menggelitik hati juga perutnya, memberi rasa geli juga candu untuk diulangi. Ah, Arisa lupa, pesona Sundra itu, dimanapun ia, tawanya selalu membahana, artinya selama ada Sundra, Arisa bahagia bahkan hanya dengan hal sederhana seperti sekarang, Sundra itu pabrik tawa dan bahagia untuknnya. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: