>

Mahfud MD : 2000 Penonton Kejar Pemain Membuat Petugas Gunakan Gas Air Mata

Mahfud MD : 2000 Penonton Kejar Pemain Membuat Petugas Gunakan Gas Air Mata

Situasi di Stadion Kanjuruhan Malang saat penonton turun ke lapangan protes kekalahan Arema FC.--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Menkopolhukam Mahfud MD menjelaskan kenapa petugas menembakkan gas air mata dalam trategi Stadion Kanjuruhan Sabtu (1/10), padahal telah dilarang dalam aturan FIFA.

Kata Mahfud, penggunaan gas air mata karena sekitar 2000 penonton turun ke lapangan mengejar pemain. 

Kondisi yang tidak kondusif dan pihak keamanan yang kewalahan mengatasi kebrutalan penonton membuat petugas akhirnya harus menembakkan gas air mata.

Kata Mahfud sekitar 2000 penonton turun ke lapangan tak hanya mengejar pemain Persebaya namun juga pemain FC Arema karena kesal mengapa kalah. 

Meski para pemain berhasil di evakuasi, jumlah penonton yang turun ke lapangan tak terbendung, itu membuat petugas akhirnya menyemprotkan gas air mata.

Mahfud pun berjanji akan melakukan evaluasi dan mencari tahu apa yang terjadi di balik tragedi ini. 

Mahfud MD juga  menegaskan tragedi di Stadion Kanjuruhan bukanlah keributan antar pendukung Arema FC dan pendukung Persebaya. 

Penonton Persebaya dikatakan Mahfud tidak boleh menonton di stadion Kanjuruhan jadi stadion hanya diisi oleh pendukung Arema FC. 

“Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan ini bukan bentrok antar supporter,” tegas Mahfud. 

Kejadian di stadion Kanjuruhan diduga juga karena panitia ngeyel tidak mendengarkan usulan pihak keamanan terkait teknis pertandingan sebelum event digelar.

Beberapa usulan pihak keamanan yang tak diterima panitia diantaranya terkait waktu pelaksanaan laga. Kata Mahfud pihak keamanan minta pertandingan dilakukan sore hari demi keamanan namun panitia tetap pada pendirian dilaksanakan pada malam hari. 

Kemudian panitia juga mencetak tiket melebihi kapasitas stadion. Tiket dicetak 43 ribu sementara kapasitas stadion hanya 38 ribu.  

Laga Arema lawan Persebaya yang dilaksanakan di Stadion Kanjuruhan Malang, semula berjalan lancar. Tak ada yang mengira pertandingan ini akhirnya akan memakan 127 korban termasuk personil polisi. 

Laga dimulai pukul 20:00 Sabtu (1/10) dan permainan keduanya berjalan sangat sengit. Namun sayang tuan rumah Arema tak bisa memberikan hasil terbaik dan kalah 2-3 lawan Persebaya.  

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan, setelah pertandingan ternyata pendukung Arema ada yang merasa kecewa lalu turun ke lapangan mencari pemain dan official. 

Kondisi ini sempat dicegah oleh pihak keamanan dan mencoba mengalihkan penonton yang kecewa agar tak mempengaruhi penonton yang lain untuk rusuh dan turun ke lapangan. 

Namun kondisi semakin tak terkendali ketika ada penonton lain ikut marah dan kecewa lalu mulai melakukan lemparan-lemparan benda  dari arah tribun ke lapangan.

Polisi lalu melemparkan gas air mata untuk mengendalikan gejolak massa. Gas dilempar ke arah penonton.

Menghindari gas air mata, gelombang massa untuk menyelamatkan diri semakin besar sehingga ada yang menginjak-nginjak penonton lain untuk menyelamatkan diri.  

Cuitan netizen menyebutkan saat kondisi gas air mata yang menyebar, banyak penonton yang mengalami sesak nafas dan bahkan banyak orangtua yang kehilangan anak mereka saat kejadian yang kacau itu. 

Kondisi dalam lapangan yang rusuh juga merembet hingga luar lapangan. Delapan kendaraan polisi ikut dibakar oleh massa. Kemudian pemain Persebaya sempat bersembunyi selama satu jam di mobil taktis polisi guna menghindari kemarahan pendukung Arema.

Hingga Minggu sore (2/10) korban tragedi di Stadion Kanjuruhan terus bertambah. TData korban telah mencapai 182 orang meninggal dunia.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, jumlah korban meninggal dunia akibat insiden di Stadion Kanjuruhan sebanyak 182 orang.

Dari ratusan jumlah korban meninggal dunia akibat insiden di Stadion Kanjuruhan, juga terdapat 2 orang balita dan sejumlah anak-anak usia belasan tahun

Para korban tersebut belum termasuk yang mengalami luka berat dan ringan. Mereka menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Malang. (dpc)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: