OneShoot Zona Tanpa Batas: “Coba Aja Kita Nggak Gini”

OneShoot Zona Tanpa Batas: “Coba Aja Kita Nggak Gini”

Ari Hardianah Harahap--

“Ya, ini yang nulis kita ini seenaknya aja nggak sih, mentang – mentang kita cuma tokoh, jadi bahan percobaan mulu, coba aja gini, coba aja gitu, coba ini, coba itu. Kagak ada konsisten – konsistennya.” Gerutu Zona sepanjang hari, Ancol panas dan Zona tengah spaning tinggi, Arya yang disebelahnya harus apa? Lebih baik diam, dibanding turut diamuk.


yamaha--

“Lah sama aja kayak aktris sama aktor ya suka suka scriptlah,” komentar Arya, menikmati keripik pedasanya, hanya Arya yang sangat menikmati kripik pedas disaat panas tengah terik – teriknya, dan hanya Zona yang memesan coklat hangat di tengah cuaca yang gerah – gerahnya. Klop sekali memang dua makhluk tuhan ini, dari dalam hingga luar terlalu sama, pantas tuhan tidak menyatukan, alih – alih lahir rumah tangga yang baik nan asri, yang ada diambang waras tak waras.

“Ya kamu nggak mau nuntut gitu biar kita bisa sama – sama, tinggal melesetin satu kalimat elah, atau buat satu paragraph baru gitu. Biar kita bisa sama – sama, remake ceritaah kalo udah nggak tertolong,” Saran Zona yang dibalas senyuman manis dan usapan lembut dikepalanya oleh Arya.

“Kamu tau nggak kepala dia sekeras apa, sekeras batu, baja aja nggak bisa ngalahin.” Jawab Arya tak nyambung.

“Korelasinya apa?” Bingung Zona.

“Disambungin aja, soalnya yang nulis udah mati kutu mau buat dialog, biasa newbie.” Sindir Arya yang dibalas kekehan oleh Zona.

“Jlebnya sampai ke tulang.” Sontak Zona tertawa setelahnya.

“Kalo kita masih sama – sama, kira kira kita bakal gimana ya?” Tanya Zona iseng, untuk sebuah akhir cerita yang tak sedikit tak bahagia, dibeberapa kesempatan kadang kala ia masih menaruh harapan, alih – alih pasrah, ia ingin mencoba berjuang sekali lagi, walau lebih dari lima puluh persen nanti hasilnya akan tetap sama.

“Kamu maunya yang kita dengan ekspetasi kita, atau kita dengan realita kita?” Tanya Arya balik.

“Dua – Duanya aja.” Jawab Zona tersenyum tipis.

“Harapan aku, kita bakal jadi keluarga kecil yang bahagia, punya dua anak kembar cewe cowo yang nakalnya mirip kamu banget, kita pasangan yang kalo nggak cek cek sehari bukan rumah tangga Zona Arya Namanya, kita yang bakal tengkar kecil Cuma karena mau makan roti pake selai apa hari ini, aku yang tiap hari bakal rindu rumah, pulang dengan tiga manusia berisik, atau…kamu tahu Zona, harapan aku banyak, bahkan sampai kini tapi kita nggak didukung semesta.” Pandangan Arya, menatap jauh kedepan sana dengan netra kosong.

“Kalo realitanya, kita bakal bahagia di awal, setelahnya kita mungkin bisa bahagia, tapi saat kita udah punya tanggung jawab nantinya, apa kamu nggak kasihan melihat anak kamu, anak kita nanti harus milih satu diantara kita? Hari itu cekcoknya bukan lagi karena selai roti….” Arya terkekeh kecil mengakhiri kalimatnya.

“Akhirnya kita benar – benar tanpa ending yang sama ya?”

“Iya,” Balas Arya.

“Tapi aku bahagia, liat kita begini aja, semoga lebih bahagia nanti ya Zona.”

“Ya, kamu juga harus bahagia Arya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: