>

Guru SD yang Baru Diangkat Jadi PNS Rekam Tubuh Jenazah Brigadir J. Ini yang Ia Lakukan

Guru SD yang Baru Diangkat Jadi PNS  Rekam Tubuh Jenazah Brigadir J. Ini yang Ia Lakukan

Keluarga Brigadir J yang berjumlah 11 orang meninggalkan Mapolda Jambi setelah menjalani pemeriksaan selama 10 jam. (Foto : Rio/Jambi Ekspres)--

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Kamaruddin Simanjuntak, kuasa hukum keluarga Brigadir Yosua Nopryansah Hutabarat alias Brigadir J mengatakan ada sosok penting yang mengumpulkan bukti-bukti kondisi jenazah Alm Brigadir J.

Kata Kamaruddin, ia adalah seorang perempuan pemberani, bentuk bukti yang dikumpulkan berupa rekaman tubuh alm saat dibuka dari peti jenazah pada Minggu (10/7) dua hari setelah kematian alm Brigdir J.


yamaha--

Ketika itu, pihak keluarga di Sungai Bahar Muaro Jambi coba memohon kepada aparat kepolisian yang berjaga di rumah duka untuk menambah formalin di tubuh Brigadir J.

Ketika diizinkan lalu petugas keluar, saat itulah perempuan pemberani ini merekam seluruh tubuh jenazah yang terlihat. Bersama anggota keluarga lain, mereka mengecek alm dengan cara membuka baju hingga celana.

Karena takut ketahuan, rekaman dilakukan cukup tergesa-gesa sehingga ada bagian-bagian yang tidak sempat didokumentasikan, salah satunya alat vital brigadir J. 

Lalu perempuan pemberani itu langsung mengirim foto dan video yang berhasil ia rekam ke pihak Kamaruddin. Setelah memastikan semua terkirim, kemudian ia menghapus semua file yang tersimpan di ponsel agar tak ketahuan oleh petugas.

Rekaman video tersebut kata Kamaruddin akan menjadi bukti untuk menguatkan kasus dugaan percobaan pembunuhan berencana. "Jadi, bukti-bukti yang saya ajukan itu, baik video maupun foto termasuk surat itu sangat autentik sehingga tidak bisa dibantah," katanya di Mabes Polri Kamis (21/7).

Siapakah perempuan pemberani ini? Kata Kamaruddin ia adalah seorang guru SD yang baru saja diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Kamaruddin tidak menjelaskan secara detail nama dan sekolah tempat ia bertugas, namun perempuan pemberani ini kata Kamaruddin akan menjadi saksi pihaknya guna memperkuat dugaan penyiksaan yang dialami alm Brigadir J sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

 

Sekedar mengingatkan, Brigadir J adalah anggota brimob Jambi yang menjadi ajudan Kadiv Propam Irjen Fredy Sambo.

Mulanya versi polisi, Brigadir J tewas setelah ada aksi tembak menembak dengan rekan sesama anggota brimob yaitu Bharada E pada Jumat (9/7).

Masih kata polisi, aksi bermula ketika Brigadir J ketahuan melakukan pelecehan seksual terhadap Nyonya Fredy Sambo yang bernama Putri, di kamar pribadi Putri di lantai 2 rumah dinas Kadiv Propam.

Bharada E diakui polisi menembak Brigadir J karena membela diri dari serangan peluru yang dimuntahkan Brigadir J. Bharada E selamat, Brigadir J tamat.

Keesokan harinya jenazah Brigadir J dibawa pulang oleh adik kandungnya yang juga polisi melalui bandara Sultan Thaha Jambi, tanpa pengawalan yang ketat, kata keluarganya.

Atas kejadian ini keluarga tak mau menerima begitu saja keterangan polisi. Pada Minggu (11/7) mereka membuka peti jenazah Brigadir J dan mendapati banyak fakta lain, kata kuasa hukum Kamaruddin ditemui luka sayatan, jari yang hampir putus bahkan terakhir menurut Kamaruddin, diduga ada bekas jeratan di leher dan kuku yang copot.

Semua kondisi jenazah kemudian didokumentasikan lalu dijadikan alat bukti. Oleh keluarga kemudian dilaporkan sebagai pembunuhan berencana.

Kabar baiknya, Kini Mabes Polri  telah menaikkan status perkara pembunuhan berencana terhadap Brigadir J dari penyelidikan menjadi penyidikan.

Kadiv Propam Fredy Sambo juga telah di non aktifkan oleh Kapolri dari jabatannya. Menyusul Karo Paminal Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Bridgen Hendra Kurniawan dan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto, yang kehilangan jabatan karena di non aktifkan.

Pihak keluarga juga minta dilakukan autopsi ulang agar kasus ini semakin terang benderang.

Kematian Brigadir J menarik perhatian publik, beritanya viral di berbagai sosial media. Tak hanya itu, presiden RI, Joko Widodo bahkan telah dua kali membuat statement terkait hal ini, terakhir ia minta agar Polri menyelesaikan kasus ini secara terbuka agar publik tahu kejadian sebenarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: