>

Rumus Kebanyakan Gaya

Rumus Kebanyakan Gaya

--

If it's too good to be true, then it is not true...

Kalau sepertinya terlalu gampang, terlalu bagus, terlalu indah, terlalu wah, terlalu baik, maka itu pasti tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Saya bukan orang paling bijak. Saya bukan orang paling pintar. Dan saya selalu percaya dengan ungkapan tersebut. Kalau sesuatu yang saya lakukan terkesan terlalu mudah, saya pasti langsung waspada, karena itu pasti ada yang tidak benar...

Berita-berita heboh yang beredar dalam beberapa waktu belakangan ini terus mengkonfirmasi ungkapan di atas itu.

Banyak orang mungkin tercengang. Anak seorang kiai terkenal bisa disebut melakukan pencabulan. Tapi urusan ini, saya jadi ingat film Stigmata yang pernah saya tonton pada 1999. Salah satu kutipan di film itu berbunyi: Semakin dekat kita dengan Tuhan, semakin dekat pula kita dengan setan-setannya (semakin besar godaannya).

Lalu ada lagi berita serupa yang justru membuat saya tercengang, walau seharusnya saya tidak perlu tercengang. Yaitu penangkapan seorang motivator terkenal. Kenapa tercengang, karena saya --dan keluarga saya-- termasuk mengenalnya.

Ketika kali pertama bertemu dia, bertahun-tahun-tahun yang lalu, saya membawa seluruh karyawan di perusahaan untuk belajar di tempatnya. Dan sambutan perdananya sangat saya kagumi.

Dia menceritakan kisah masa lalunya. Bagaimana dia itu dulu nakal dan berani. Masih usia awal belasan sudah berani "bermain" dengan prostitusi. Bagaimana hidupnya berubah. Bagaimana dia membangun segala fasilitas untuk anak-anak yang kurang beruntung itu.

Beberapa kali pula istri dan anak-anak saya berkunjung ke sana. Karena memang menawarkan aktivitas-aktivitas yang seru sekaligus mendidik.

Bagaimana pun, kami kagum. Butuh komitmen luar biasa untuk bisa seperti itu. Bukan hanya secara finansial, tapi khususnya secara pribadi.

Ketika berita tentang kekerasan seksual mulai muncul, terus terang saya tidak terlalu memperhatikan. Ketika kata "motivator" muncul sebagai pelaku, saya juga tidak terlalu memperhatikan. Ketika beritanya jadi makin ramai, dan foto orangnya mulai muncul. Baru saya tercengang.

Walau mungkin seharusnya juga tidak tercengang, kalau saya terus berpegang teguh pada ungkapan kalimat pertama tulisan ini di atas.

Belum lagi soal berita-berita yang ramai sebelum ini. Soal orang-orang yang tampil wah tapi kemudian berurusan dengan hukum.

Dan sebenarnya, ungkapan itu tidak harus berlaku untuk hal-hal yang spektakuler dan muncul di berita-berita level nasional (atau bahkan internasional). Kita semua harus selalu melihat diri sendiri, lalu melihat lingkungan terdekat di sekeliling kita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: