Orasi Ilmiah Penerimaan Gelar Doktor Honoris Causa Bidang Ilmu Komunikasi dan Dakwah
Semua intelektual mengakui bahwa untuk zaman ini dakwah bil lisan saja tidak cukup. Tidak memadai. Kata-kata Prof Dr Komaruddin Hidayat, rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam penjelasannya melalui SMS kepada saya: dakwah bil hal menunjukkan bahwa Islam adalah agama amal, agama kerja, bukan sekadar agama kontemplasi dan pertapa.
Dari kalangan pondok pesantren juga sama. \"Untuk zaman sekarang dakwah dengan sunnah fi\"liyah lebih baik daripada sunnah qauliyah,\" tulis KH Abdul Muiz Aziz dari Denanyar.
Dakwah Tekstual dan Kontekstual
Ketika tantangan untuk meningkatkan mutu pendidikan lebih tinggi lagi, muncul gerakan baru dari individu-individu muslim nonlembaga keagamaan. Mereka mendirikan lembaga-lembaga pendidikan tanpa mengikatkan diri pada lembaga keagamaan yang sudah ada. Mereka lebih mengutamakan mutu daripada formalitas dan fanatisme keorganisasian. Muncullah sekolah-sekolah bermutu internasional dari individu-individu muslim. Tanpa membawa bendera organisasi agama, yang mereka anggap akan menambah birokrasi yang bisa menghambat usaha menjaga mutu yang harus selalu dinamis.
Mengapa dakwah bil hal pada masa kini lebih banyak bergerak di bidang pendidikan, tentu sesuai dengan tantangan yang dominan di kalangan ummat Islam saat itu: kebodohan, kejumudan, dan ketertinggalan dalam dunia pemikiran. Di samping, sudah tentu, pendidikan sendiri adalah aktivitas yang tidak dipisahkan dari doktrin keagamaan dalam Islam.
Berkembangannya dakwah bil hal di bidang pendidikan sekaligus menandai terjadinya transformasi peradaban. Dari peradaban lisan ke peradaban tulis. Perkembangan peradaban itu membawa konsekuensi pada kehidupan umat. Peradaban lisan di Indonesia bisa diidentikkan dengan peradaban pertanian. Peradaban tulis identik dengan zaman industri.
Belakangan muncul peradaban yang lebih baru lagi: video dan audio. Yang melambangkan peradaban informasi. Perubahan peradaban itu tidak hanya mengakibatkan berubahnya perilaku sosial umat, tapi lebih-lebih juga perilaku ekonomi. Kemajuan perekonomian pertanian terbukti dikalahkan oleh ekonomi industri. Dan, ekonomi industri dikalahkan oleh ekonomi informasi. Teknologi informasi berkembang luar biasa pesat, dan menjadi tulang punggung perekonomian modern.
Jika umat masih terus tertinggal di peradaban lisan dengan ciri ekonomi pertanian, mereka akan menjadi umat yang paling tertinggal. Kemajuan-kemajuan ekonomi yang digerakkan oleh peradaban industri dan informasi telah membawa perubahan besar, namun porsi manfaat yang lebih besar diambil oleh masyarakat industri dan masyarakat informasi.
Dari pengalaman selama ini, saya membagi dua tingkatan dakwah:
Dakwah Tekstual. Dakwah yang diberikan begitu saja oleh pendakwah. Tanpa tahu apakah materi itu yang sebenarnya dibutuhkan oleh sasaran dakwahnya. Tanpa tahu bahwa sasaran dakwahnya sebenarnya sudah tahu dan sudah berkali-kali mendengarkan hal yang sama. Dakwah yang tidak menyentuh realitas yang tengah dihadapi sasaran dakwah;
Dakwah Kontekstual. Dakwah untuk menjawab kebutuhan sasaran dakwah. Kebutuhan untuk keluar dari kebodohan melalui pendidikan. Kebutuhan keluar dari kemiskinan dengan ekonomi. Dan seterusnya. Dakwah bil hal ada di kategori ini.
Untuk lebih memberikan relevansi, dengan tuntutan zaman, dakwah kontekstual harus diperluas maknanya. Bukan hanya yang bisa menjawab kebutuhan saat ini, tapi sudah harus bisa menjawab masa depan. Masa depan tentu erat kaitannya dengan desain. Desain seperti apa yang diinginkan untuk diwujudkan dalam masyarakat Islam Indonesia masa depan.
Desain itu haruslah desain yang bisa mewujudkan cita-cita semua orang. Cita-cita yang sejak kecil diperdengarkan, namun tidak pernah dijelaskan dan tidak pernah ada penjelasan bagaimana road map untuk mencapainya. Yang pertama dalam konteks personal, adalah doa yang kita kumandangkan setiap hari, yang tertera di Surat Al Baqarah ayat 15: Rabbana aatina fi ad-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah wa qina \"adzabannar. Ya, Tuhan kami, karuniakanlah untuk kami kebaikan hidup di dunia dan akhirat, dan selamatkanlah kami dari api neraka.
Dalam bermasyarakat dan berbangsa, cita-cita itu tertera di Surat Saba\" ayat 15: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Negeri yang makmur yang penuh dengan pengampunan Tuhan. Indonesia yang adil makmur dengan roh ketuhanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: