>

BOKS Ke \"Kota Suci\" Muslim Tunisia, Mengunjungi Masjid Tertua di Afrika

BOKS Ke \

 Mimbar tersebut bahkan sejak awal hingga kini tetap berada di sebelah kanan mihrab dan selama lebih dari seribu tahun tidak pernah dipindahkan. Saat ini mimbar tersebut ditempatkan di dalam atau diproteksi panel kaca.

 Di dekat mimbar, terdapat maqsura. Ruang khusus itu memiliki panjang 8 meter dan lebar 6 meter. Para pejabat dan tokoh penting tidak perlu berdesakan atau bercampur dengan jamaah lain untuk menunaikan salat. Dibuat pada paro pertama abad ke-11, maqsura dilengkapi dinding pemisah dari kayu berukir setinggi 2,8 meter.

 Saya juga melihat, di dekat pilar-pilar masjid, terdapat tempat air cukup besar. Sejumlah cawan dan cangkir ditempatkan dalam wadah di sampingnya. Itu sengaja disediakan untuk jamaah. \"Silakan minum. Lebih enak dan segar pakai cawan,\" tutur seorang penjaga masjid sambil mengambilkan salah satu bejana dari tanah liat tersebut dan menyerahkannya kepada saya.

 Setelah melihat seluruh bagian masjid, saya keluar. Jarum jam telah menunjuk pukul 10.30. Meski saat itu hari Jumat, belum ada jamaah salat yang datang. Salat Jumat berlangsung pukul 13.00 hingga pukul 14.00. Karena itu, masjid masih dibuka untuk wisatawan atau peziarah.

 Khaled mengungkapkan, Masjid Sidi-Uqba menjadi salah satu tujuan utama wisatawan dan peziarah saat berkunjung ke Kairouan. \"Setiap tahun sekitar 260 ribu turis dan peziarah datang ke Kairouan. Mereka pun selalu datang ke sini,\" katanya. Jumlah wisatawan itu jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk Kairouan yang saat ini berkisar 160 ribu jiwa.

 Kabarnya, ada sebagian kalangan di Tunisia yang beranggapan bahwa berziarah ke Masjid Sidi-Uqba memiliki nilai spiritual yang sama penting dengan ziarah ke Tanah Suci. Konon, ada keyakinan bahwa tujuh kali berziarah ke masjid itu (akan mendapat pahala?) setara dengan sekali ziarah atau umrah ke Masjidilharam di Makkah. Wallahu \"alam.

 Di kalangan muslim Tunisia, Kairouan dianggap sebagai kota suci keempat setelah Makkah, Madinah, dan Al-Quds (Jerusalem). Ada banyak tempat religius dan spiritual yang biasa dikunjungi peziarah dan wisatawan. Kairouan juga pernah digunakan sebagai lokasi syuting film Indiana Jones: Raiders of the Lost Ark saat setting adegan yang menggambarkan suasana jalan di Kota Kairo, Mesir.

 Dari Masjid Sidi-Uqba, setelah singgah sebentar di sebuah objek wisata lain, minibus yang membawa saya dan rombongan menuju \"Masjid Tukang Cukur\". Bangunan di dalam kota tua itu sesungguhnya merupakan makam Sidi Sahab yang dibangun pada abad ke-7. Tokoh yang punya nama asli Abu Zama al-Balaui tersebut merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Al-Balaui disebut-sebut pernah menjadi tukang cukur Nabi.

 Saat datang dan menetap di Kairouan, konon, dia menyimpan tiga helai rambut janggut Nabi. Setelah wafat, al-Balaui dimakamkan di kompleks tersebut. Pada abad ke-17, dibangun masjid dan sejumlah fasilitas lain di dalam kompleks itu. Dari situlah nama \"Masjid Tukang Cukur\" bermula dan diabadikan hingga kini. \"Di kompleks tersebut saat ini juga terdapat madrasah atau pesantren maupun tempat pengajaran Alquran,\" kata Oussama.

 Setelah makan siang dengan agak bergegas di restoran La Kasbah Hotel, hotel berbintang lima di sisi lain kota tua, saya dan seorang rekan meminta izin untuk berpisah. Dengan diantar sopir minibus, kami kembali ke Masjid Tukang Cukur untuk mengikuti salat Jumat. Kami beruntung karena belum banyak jamaah yang datang. Azan baru berkumandang pukul 13.00 dan dilanjutkan dengan khotbah. Salat Jumat berakhir pukul 14.00.

 Kairouan juga punya julukan \"kota dengan tiga ratus masjid\". Saya tidak tahu apakah masjid di Kairouan mencapai 300 buah. Tetapi, dari puncak salah satu bangunan bertingkat, saya dapat melihat pemandangan banyak (ratusan?) kubah putih di seantero kota tua tersebut. Selain di atap masjid, kubah dibangun di bagian atas makam sidi (sebutan untuk tokoh suci atau yang dianggap suci) maupun zaouia (madrasah dan pesantren).

 Selain Masjid Sidi-Uqba dan Masjid Tukang Cukur, di Kairouan terdapat Masjid Tiga Pintu yang dibangun pada 866. Sesuai dengan namanya, masjid itu memiliki tiga pintu masuk dengan prasasti ukir kaligrafi. Bangunan bersejarah lain di sana, antara lain, Masjid Ansar (dibangun pada 667, tetapi dirombak total pada 1650) dan Masjid Al Bey (dibangun pada akhir abad ke-17).

 Oussama menceritakan, sebagai kota suci, Kairouan memegang teguh tradisi maupun ajaran Islam. Kebanyakan perempuan yang tinggal di kota tersebut mengenakan hijab. Pada masa lampau, komunitas Yahudi juga tinggal di kota itu. Setelah pemeluk Yahudi \"yang berjumlah sekitar 5 persen bersama penganut kristiani dan agama lain di seluruh Tunisia\" pindah dan bermukim di Jerba, pulau kecil di tenggara negeri itu, saat ini Kairouan merupakan kota muslim Suni.

 Warga kota penghasil karpet itu, kata Oussama, dikenal konservatif. Hotel-hotel memang berdiri dan beroperasi di Kairouan.\"Tetapi, jangan harap bisa menyaksikan atraksi tari perut seperti yang biasa disuguhkan banyak hotel berbintang di kota-kota lain,\" tutur pria yang sudah 10 tahun menggeluti profesi pemandu wisata itu. \"Saat malam mulai tiba, kaum perempuan di sini tidak keluar rumah,\" lanjutnya.

(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: