>

BOKS Ke \"Kota Suci\" Muslim Tunisia, Mengunjungi Masjid Tertua di Afrika

BOKS Ke \

 \"Kairouan adalah kota suci muslim Tunisia,\" tutur Oussama Ben Yedder, tour guide yang mendampingi kami. Turis dari Eropa dan Asia biasanya juga singgah ke kota itu saat berkunjung ke negara di timur Aljazair dan barat laut Libya tersebut.

 Bangunan dengan tembok mirip benteng setinggi 1,9 meter yang kami kunjungi saat itu merupakan salah satu warisan terpenting dan merupakan bagian dari Kota Kairouan. Itulah Masjid Agung Kairouan atau Masjid Jami\" al-Qairawan al-Kabir. Penduduk setempat dan warga Tunisia sering menyebutnya Masjid Sidi-Uqba atau Masjid Uqba. Penyebutan itu disesuaikan dengan nama pendirinya, yakni Uqba Ibn Nafi.

 Masjid yang dibangun pada 670 M atau 50 Hijriah tersebut merupakan salah satu warisan paling kuno dan prestisius di Maghribi. Sebagai masjid pertama di Afrika Utara, Masjid Sidi-Uqba dianggap masterpiece arsitektur dan seni Islam. \"Saat ini Masjid Sidi-Uqba tercatat sebagai masjid tertua di Afrika,\" jelas Oussama.

 Masjid Sidi-Uqba, sebagaimana masjid-masjid lain di beberapa kota di Tunisia, menjadi bagian penting medina (kota tua warisan sejarah Arab Islam). Berlokasi di timur laut medina Kairouan, Masjid Sidi-Uqba terletak di Distrik Houmat al-Jami. Dinding salah satu bagian atau sisi masjid menyatu dengan tembok medina.

Area Masjid Sidi-Uqba memiliki empat sisi yang ukurannya tidak sama. Bagian timur memiliki panjang 127,6 meter atau lebih panjang ketimbang sisi barat (125,2 meter). Bagian selatan area masjid (78 meter) juga lebih panjang daripada sisi utara (72,7 meter). Masjid itu memiliki total luas area sekitar 9 ribu meter persegi.

 Di sisi utara area masjid itu, terdapat sebuah menara yang berdiri di tengah-tengah tembok. Menara setinggi 31,5 meter tersebut tak memiliki akses masuk dari luar. Akses masuk hanya bisa dicapai dari dalam. \"Menara itu dibangun di era Aghlabid. Saat ini menara tersebut merupakan (menara masjid) yang tertua yang masih berdiri di dunia,\" terang Oussama.

 Menara tersebut terdiri atas tiga tingkat. Di bagian paling atas, terdapat sebuah kubah kecil. Seperti sebagian bangunan lain di dalam kompleks masjid, menara itu dibangun dari batu susun yang berasal dari puing-puing peninggalan Romawi yang terdapat di sekitar atau di dekat lokasi tersebut. Selain tempat menyerukan azan, menara itu menjadi tempat pemantau. Dari kejauhan, menara tunggal tersebut terlihat seperti mercusuar di pantai atau di laut.

 Setelah memasuki salah satu gerbang masjid yang terbuat dari kayu tebal berukir, perhatian saya tertuju ke halaman masjid yang cukup lapang. Bahkan, lebih luas jika dibandingkan dengan bagian dalam masjid yang digunakan untuk salat.

 Berukuran sekitar 65 x 50 meter, halaman masjid itu memiliki empat sisi. Di setiap sisi, terdapat satu serambi yang beratap lengkung dan memiliki dua baris tiang. Lantainya menggunakan batu-batu granit yang ditata sedemikian rupa, sedangkan tiang-tiang dan pilar di halaman maupun bagian utama masjid terbuat dari marmer.

 Ada sembilan gerbang atau pintu masuk di seluruh area masjid. Enam buah di antaranya secara langsung terhubung dengan halaman masjid. Dua buah berada di sisi timur dan barat ruangan yang digunakan untuk salat. Satu lainnya merupakan pintu menuju ruang salat khusus (maqsura) bagi para pejabat dan tokoh penting yang berada di bagian terdepan.

 Pada saat-saat tertentu, halaman masjid juga dipakai untuk salat. \"Terutama saat Ramadan. Saat itu, jamaah membeludak hingga mencapai 7 ribu orang. Jadi, halaman masjid dipenuhi jamaah untuk berbuka puasa dan menunaikan salat (wajib maupun tarawih),\" ungkap Glouia Khaled, komisioner regional tourism of Kairouan, yang menyambut di halaman masjid beberapa saat setelah kami tiba.

 Banyak bagian di dalam masjid yang sangat menarik diperhatikan. Setelah menunaikan salat sunah, saya mencoba mengamati seluruh bagian dalam masjid tersebut. Sangat banyak pilar yang menopang. Pilar-pilar itu membentuk lorong yang sekaligus juga berfungsi sebagai pembatas atau saf salat. Seluruh lantai tertutup karpet. Ruang salat bagi perempuan dibuat terpisah agak ke belakang di bagian barat.

 Di tengah-tengah bagian selatan tembok masjid, terdapat mihrab yang terbuat dari marmer. Mihrab itu memiliki panjang sekitar 2 meter; lebar 1,6 meter; dan tinggi 4,5 meter. Sejumlah pustaka menulis, dekorasi dan ornamen di mihrab masjid tersebut berasal dari awal era perkembangan Islam. Dibuat pada 862\"863, tempat imam itu disebut-sebut sebagai contoh mihrab tertua di dunia.

 Di sebelah kanan mihrab, terdapat sebuah mimbar dari teak wood yang, konon, diimpor dari India. Dilengkapi 11 anak tangga, mimbar tersebut memiliki panjang 3,93 meter dan tinggi 3,31 meter. Banyak ukiran, pahatan, serta ornamen yang menghiasi mimbar yang digunakan setiap salat Jumat maupun salat Id (Idul Fitri dan Idul Adha) itu. Sebagian pihak menyebut mimbar tersebut dibuat para perajin di Kairouan, tetapi beberapa peneliti menyatakan didatangkan dari Baghdad.

 Tidak ada yang tahu pasti mana yang benar di antara cerita tersebut. \"Yang jelas, itu adalah mimbar tertua di dunia Islam. Dibuat pada abad ke-9, mimbar tersebut dibuat dan dipasang pada era Aghlabid,\" jelas Oussama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: