Xio Pandai Nyanyi Rek Ayo Rek, Jilly Jadi Miss Indonesisch
Lebih Jauh dengan Dua Penerima Beasiswa Seni Budaya Kemenlu yang Berdarah Indonesia
Tahun ini beasiswa seni dan budaya Indonesia (BSBI) memilih 60 seniman dari 12 negara asing. Di antara mereka, terdapat dua peserta berdarah Indonesia. Cita-cita keduanya mengunjungi tanah leluhur pun tercapai.
DINDA LISNA AMILIA, Surabaya
DUA perempuan itu menari dengan luwes. Dengan arahan koreografer Surabaya Diaztiarni, tubuh mereka meliuk-liuk mengikuti irama musik tradisional kontemporer yang mengiringi. Misalnya gerakan menekuk lutut atau yang dikenal dengan mendak, keduanya bisa melakukannya dengan rapi.
Dua penari itu adalah Jilly Knol dari Belanda dan Xiomara Djosiannie Somowidjojo dari Suriname, Amerika Selatan. Mereka merupakan bagian dari program BSBI 2014 yang dihelat setiap tahun oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI. Program yang dimulai pada 2003 tersebut diberikan kepada warga negara asing. Penerima beasiswa mendapat kesempatan belajar seni dan budaya Indonesia selama empat bulan.
Tahun ini 60 peserta program itu dibagi di lima kota. Selain Surabaya, ada yang tinggal di Solo, Bandung, Denpasar, dan Makassar. Selama di Indonesia, mereka mempelajari berbagai seni budaya di kota masing-masing. Puncaknya, ke-60 peserta akan dikumpulkan di Jogjakarta pada 19 Juni dalam acara Indonesia Channel 2014. Mereka diminta mempersembahkan kesenian yang sudah dipelajari.
Kelompok Surabaya, misalnya, mempelajari tari Suramadu secara khusus di Studio Tydif pimpinan Diaztiarni. Selain Jilly Knol dan Xiomara, kelompok Surabaya juga diikuti Hari Haralampiev (Bulgaria), Petar Staminirovic (Serbia), Pissuda Seeon (Thailand), Stephany Sagit (Kaledonia Baru), Sanjay (India), Thipphongphat Manivong (Laos), Teboratake Uein (Kiribati), Waad Meliti (Tunisia), Zehao Li (Tiongkok), serta Baliya Tiakh Alqadri (Indonesia).
Sejauh ini kelompok Surabaya sudah cukup menguasai tari karya Diaztiarni itu. Mereka sudah hafal setiap gerakan tarian khas Surabaya tersebut. \"Tari tradisional Indonesia sangat indah dan dinamis. Saya ingin mengajarkannya kepada teman-teman saya di Suriname nanti,\" ujar Xio \"panggilan Xiomara\" saat ditemui di sela-sela latihan di Studio Tydif Selasa lalu (20/5).
Belajar tari tradisional Indonesia memang bukan perkara sulit bagi Xio. Pasalnya, perempuan kelahiran Suriname, 5 Februari 1992, tersebut adalah penari di negaranya. Xio bahkan bisa menari Bali, tari saman, dan Sparkling Surabaya.
\"Bu Diaz (panggilan Diaztiarni, guru tari yang juga pencipta tari Sparkling Surabaya, Red) sempat surprised mengetahui bagaimana saya bisa tari Sparkling Surabaya,\" ungkap istri Rugerie Amadmoestar tersebut dalam bahasa Inggris.
Ternyata, tari itu dipelajari dari temannya yang bernama Esther di Suriname. Esther pernah mendapat BSBI dan juga ditempatkan di Surabaya. Di samping itu, Xio memang tertarik mempelajari segala sesuatu yang berbau Indonesia. Bagaimana tidak, dia punya darah keturunan Indonesia. Kakek-nenek buyutnya dulu orang Jawa yang ikut dibuang ke Suriname saat pendudukan Belanda.
Hebatnya, hingga kini Xio \"generasi keempat orang Jawa di Suriname\" masih bisa melafalkan bahasa Jawa lumayan lancar. \"Aku sitik-sitik iso boso Jowo (Saya sedikit-sedikit bisa bahasa Jawa, Red),\" ujarnya dengan bahasa Jawa ngoko (kasar).
Xio juga pandai menyanyikan lagu-lagu Jawa, misalnya Rek Ayo Rek dan Bocah Bagus. Di Suriname memang kesenian Jawa masih terpelihara dengan baik. Banyak kesenian tradisional dan makanan khas Jawa yang terus dilestarikan orang-orang keturunan Jawa di sana. Padahal, di sana tidak ada sekolah khusus yang mengajari orang keturunan Jawa berbahasa Jawa atau mengajarkan tari dan lagu Jawa.
\"Bocah Bagus itu lagu yang sangat populer di Suriname. Kalau Rek Ayo Rek saya belajar dari teman saya orang Indonesia,\" imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: