Aroma Pecco Tempat Pegawai Belanda Istirahat Setelah Lelah Mengawasi Buruh Kebun Teh Bekerja
Kawasan Aroma Pecco berada di tengah hamparan kebun teh Kayu Aro, dulunya jadi tempat favorit pegawai Belanda beristirahat-Foto: Dona Piscesika/Jambi Ekspres-
KERINCI, JAMBIEKSPRES.DISWAY.ID - Aroma Pecco dulu dijadikan tempat istirahat pegawai Belanda setelah lelah mengawasi buruh perkebunan teh Kayu Aro bekerja.
Aroma Pecco dirancang di tengah kebun teh dengan danau buatan, di atasnya ditumbuhi tanaman teratai. Dari Aroma Pecco terlihat jelas hamparan kebun teh yang berbukit-bukit dengan latar Gunung Kerinci yang tinggi menjulang.
Aroma Pecco bermakna wangi pucuk daun teh. Konon di lokasi ini dulunya sering dimanfaatkan oleh pegawai Belanda yang bekerja di perusahaan swasta pengelola perkebunan teh Kayu Aro sejak tahun 1920an.
Kebun teh Kayu Aro awal mulanya dikelola oleh perusahaan swasta milik Belanda yang berbasis di Amsterdam. Perusahaan itu bernama NV. HVA atau Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam.
Mereka membuka kebun Teh Kayu Aro Kerinci 105 tahun silam. Tahun 1920 perusahaan swasta Belanda itu mulai membabat hutan di kaki gunung Kerinci di Kayu Aro. Tahun 1923 mulai menanam bibit teh dan tahun 1925 mendirikan pabrik teh.
Belanda bahkan mendatangkan mesin buatan Jerman yang menggunakan tenaga uap untuk mengolah pucuk teh kayu aro.
Keseriusan Belanda dengan Kebun Teh Kayu Aro terlihat pasca mengetahui ternyata kualitas pucuk teh yang tumbuh di sini kualitasnya sangat tinggi, digemari oleh lidah-lidah bangsawan di Eropa.
Jika dulu Aroma Pecco sering dijadikan para pegawai Belanda untuk tempat menghabiskan waktu istirahat, kini tempat ini menjadi lokasi wisata yang bisa dinikmati keindahannya oleh siapa saja.
Libur Idul Adha Aroma Pecco Sepi
Aroma Pecco di musim libur Idul Adha tahun 2025 ini sepi pengunjung.
Salah satu petugas di Aroma Pecco yang biasa dipanggil Pak De menjelaskan, ia yakin kunjungan yang anjlok ini erat kaitannya dengan perekonomian yang kini lesu.
"Harga hasil panen pertanian anjlok, cabe sekilo tak sampai Rp13 ribu, semua lesu," ujar Pak De.
Ia merasakan tingkat kunjungan libur Idul Adha tahun ini adalah yang paling parah sejak tiga tahun terakhir. Biasanya tamu-tamu yang berkunjung berasal dari berbagai daerah.
"Walau tidak dari luar, minimal warga Kerinci ramai ke sini, sekarang malah sepi semua, ya dari Kerinci ya dari luar Kerinci, hilang semua," keluhnya lagi. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


