DISWAY BARU

Anak Anak Nipah

Anak Anak Nipah

Anak Anak Nipah--

 

“Malluru, kau saja yang panjat, aku takut digigit Gerenggo! ” Ridwan berkata sambil menjaga jarak dari pohon jambu bol milik Salah seorang warga yang ditanam dan berbuah rimbun tidak jauh dari jalan desa. Ridwan takut dikeroyok semut merah yang memang suka di pohon ini karenadedaunannya yang lebar, sangat bagus dibuat sarang semut merah.

 

Tanpa banyak bantah, aku pun memanjat dahan demi dahan untuk menggapai buah-buah yang ranum berwarna merah tua. Aku mulai merasakan cubitan cubitan kecil di betis dan lengan. Semakin lama semakin ramai hingga sampai ke pundak dan tengkuk. Dahan yang ramai dengan warna merah melambai-lambai, membuatku menahan perih gigitan semut merah. Ku petik sebanyak yang ku bisa. Cubitan semakin nakal sampai menjelajah jauh ke dalam celana. “Dag tahan lagi aku, Cukuplah itu ya, pungutlah" Teriak ku dari atas sambil menggosok betis dan lengan yang penuh dengan Gerenggo. Bau khas semut merah mencucuk hidung ketika lima ekor ku pijit di tangan.

 

”Woy..!!! Ciya ko nonnok !!! " Suara seorang tua tua dari kejauhan berjalan ke arah kami sambil menenteng pelepah kelapa. Ungkapan dalam bahasa Bugis yang berarti, segera turun kalo tidak mau nanti kena hukum.

 

“gawat, Mal, yang punya kebun marah" Ucap ridwan mulai panik

 

Aku melompat dari dahan ke tiga, dan buru-buru membantu ridwan memungut buah jambu sebisa yang dapat. Sepatu karet tapi terlihat seperti sepatu bola tak sempat lagi aku pasang, ransel merk alpina warna hitam ku raih dengan tangan kanan dan mengambil langkah seribu berdua Ridwan.

 

Kami tidak berhenti berlari, hinga tal sadar aku lewati rumahku sendiri, bahkan melewati gudang dan pabrik penggilingan padi, melewati rumah jembatan yang mana ada Pak Leman menunggu untuk disetorkan satu tembang dangdut, sampai di depan rumah Pak Siga, baru lah kami berhenti dengan baju seragam merah putih yang kuyup, ngos-ngosan, memegang lutut yang gemetaran.

 

”Mampir dulu minum, sini" Tangan Pak Siga melambai menawarkan air putih. Tak pikir lama lami pun menaiki tangga kayu rumah Pak Siga. Dua gelas air ku teguk habis. Tuan rumah kembali ke dalam mengambil sesuatu, kami saling pandang.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait