Bagian 4: “Bertahan Di Status Jomblo Menahun”

Selasa 19-07-2022,07:10 WIB
Editor : novantosetya

Sebenarnya, ini bagian yang harusnya ada di awal, cuma karena aku kurang fokus, outlinenya jadi keacak gini, I’m Sorry. Bagian ini pernah kalian baca di Oneshoot di lapak Simpang Lima Kota Cinta, itu spoiler aku lapak Zona Tanpa Batas. Kalo kalian mau baca ulang, itu oke banget, kalo nggak, bagian selanjutnya masih tetap nyambung kok. Happy Reading guys!

“Sama bukan berarti selamanya, masih ada mungkin sementara. Sedang ‘kita’ dalam perbedaan apapun pasti berakhir dengan kata yang sama”

>>>***<<<

Akhir – akhir ini lagu dari penyanyi tanah air dengan judul “Hati – Hati di Jalan” sedang digandrungi oleh orang – orang di sekitar Rojer, seringkali Rojer dengar lagu itu diputar di Kafe, Mall, bahkan di radio mobil saat Rojer tidak sengaja mencuri dengar kala lampu merah di jalan. Rojer bukan penikmat lagu – lagu mellow apapun suasana hatinya, mau sedih, mau bahagia lagu – lagu rock lah yang akan menjadi teman setianya, bahkan Rojer tidak dapat menghitung berapa kali ia akan dilempar vas bunga oleh ibunya sebab memutar lagu – lagu dengan suara teriakan serak – serak itu saat memenuhi seisi rumah mereka, mengingatnya Rojer tertawa kecil.

“Mikirin apaan nih? Ketawa – ketawa sendiri aja.” Seseorang turut bergabung bersamanya, di meja dengan kapasitas pas – pasan yang hanya dapat menampung dua orang itu, Rojer dan orang itu berhadap – hadapan. Tidak banyak yang berubah, sejak terkahir kali Rojer menemuinya tiga bulan yang lalu. Rambut yang tertata klimis, outfit hitamnya dan jam tangan tua miliknya. Rojer hampir tak mendapati sedikitpun perubahan kecuali sepatu orang itu yang terus saja berubah lebih sporty mungkin. Bagaiman kesan maskulin dan manly tersebut dapat menyatu dengan kesan yang santai pada pria yang pernah menjadi mantan kekasihnya ini?

“Lo makin hari makin tampan aja, lama – lama gue bisa jatuh cinta, lagi.” Komentar Rojer yang dibalas dengusan oleh pria di depannya ini, “Gue harap sih iya, biar perjalanan gue dua setengah jam nggak sia – sia. Minimal gue bisa ngasih calon mantu buat Mama.” Balas orang itu, ia sruput Americano yang baru saja diletakkan oleh pramusaji di meja mereka.

“Arya, Arya. Move on dong lo, gue udah mau nikah nih!” Ujar Rojer, menebak – nebak siapa pria yang sedari tadi bersama Rojer? Arya Sanggara. Tidak ada pria yang Rojer kenali hingga kedalam hati terbusuknya kecuali Arya Sanggara, bahkan Rojer tau fakta jika Arya dengan badan kekarnya itu sangat takut terhadap badut yang sering berjoget di pinggir jalan. Rojer tidak mendapati satu balasan pun kecuali gedikan bahu Arya yang tampak acuh tak acuh, Rojer berdecih tidak senang.

“Jadi?” Arya akhirnya membuka mulutnya, menanyakan maksud undangan makan dengan kedok ‘Temu Kangen Mantan Rasa Teman’. Rojer berbinar senang, mengeluarkan kertas tebal berwarna coklat Dessert Sand dengan glitter gold di sekelilingnya, diikat dengan pita berwarna Tawny yang memperjelas kesan Vintage pada hal yang Rojer semati dengan kata, undangan pernikahan miliknya.

“Seminggu lagi, gue sama Bagas nikah, akadnya di bandung, tapi kalo buat resepsi kita ngadain di jakarta. Lo harus datang!” Ujar Rojer Bahagia memberi undangan itu pada Arya, Rojer cukup cemas saat Arya tidak menunjukkan ekspresi apapun selain tatapan kosong terhadap undangan yang baru saja ia berikan.

“Arya?” Panggil Rojer dengan nada bertanya pada Arya, Arya tertawa kecil kemudian tersenyum manis, walau samar Rojer dapat melihat raut lega di wajah Arya, entah benar atau tidaknya Rojer hanya meyakini instingnya kini.

“Turut bahagia, gue pasti datang.”

Rojer tidak pernah menyadari raut bahagia yang berpancar di wajahnya tak seiras dengan senyum paksa orang di seberangnya, diantara mekarnya bahagia Rojer, ada hati yang remuk redam, sakit diantara kerumunan manusia.

***

Arya membaca dua nama yang tersemat, Rosandra Kanaya dan Bagas Kalindra. Nama si perempuan pernah tersemat beberapa tahun didalam hidupnya, sebelum akhirnya hubungan mereka kandas tanpa sisa. Tidak ada yang istimewa diantara perpisahan keduanya selain kata bijak nan dewasa yang terlontar dari mulut mereka masing – masing, sebuah kepura – puraan yang menyembunyikan sakit. Sebenarnya salah Arya, dalam tahun – tahun yang sudah ia jalani bersama Rojer, belum ada kepastian yang berani ia utarakan. Tidak tentang sebuah pernikahan atau pun sebuah pertunangan. Arya benar – benar menjadi pengecut.

Arya kembali memesan segelas Americano, terhitung tiga Americano yang sudah ia minum sejak kepergian Rojer setengah jam yang lalu. Arya menatap nama Bagas Kalindra dengan tatapan kosong, betapa irinya Arya pada laki – laki yang dalam waktu kurun seminggu lagi berubah statusnya menjadi suami Rosa, wanita pujaan hatinya. Seringkali, dalam beberapa waktu Arya membandingkan dirinya dengan Seorang Kalindra itu, tidak ada yang membuatnya harus insecure kecuali tentang sebuah keberanian untuk mengambil keputusan. Tidak sepertinya, Bagas menawarkan apa yang Rosa butuhkan, sebuah pernikahan dan sebuah keluarga kecil yang bahagia. Tidak seperti Arya yang terus terjabak dalam bayang – bayang kehilangan. Mencintai hanya akan membuat Arya merasa sakit yang teramat sewaktu kehilangan tiba, dan mencintai Rojer membuat Arya takut untuk merasa sakit, setidaknya hal itu yang ia yakini sekarang.

Arya menghela nafas, ia ambali sebatang rokok dari sakunya, memantik dan mengisapnya berulang kali. Arya menjadi orang yang mengingkari janjinya, rokok yang katanya sentuh untuk di haram, malah menjadi candu untuknya. Arya menikmati sepi dihatinya, terjebak diantara kerumunan orang – orang, jadi begini rasanya merasa kesepian di dalam keramaian. Semestanya rasanya tengah mendukung kegalauan Arya, lagu yang terputar seolah menyindirnya habis – habisan.

Kukira kita asam dan garam

Dan kita bertemu di belanga

Kisah yang ternyata tak seindah itu

“Ternyata banyaknya kesamaan juga tak membuat kita berada dalam satu tujuan ya Rosa?”

Dan lagi – lagi, Arya harus terjebak dengan status lamanya, Jomblo Menahun, Jomblo bertahun – tahun. (bersambung)

Tags : #arya
Kategori :