Mengupas Fenomena Calon Tunggal, KOPIPEDE Jambi Gelar FGD
Mengupas Fenomena Calon Tunggal, KOPIPEDE Jambi Gelar FGD--
JAMBI,JAMBIEKSPRES.CO.ID - Komunitas Peduli Pemilu dan Demokrasi (KOPIPEDE) Provinsi Jambi melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan Tema “How Democracies Die, Fenomena Calon Tunggal Pilkada Serentak 2024,”. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Rabu-Kamis, 14-15/08/2024 di Sanubari Hotel.
FGD ini menghadirkan narasumber yakni, Ari Juniarman (Komisioner BAWASLU Provinsi Jambi ), Fahrul Rozi ( Komisioner KPU Provinsi Jambi), Desi Arianto (Founder KOPIPEDE) dan M. Aris (Penggiat Pemilu/JaDI) serta dimoderatori langsung oleh M. Farisi, selaku Ketua Kopipede. Untuk peserta terdiri darii delegasi 18 partai-partai nasional, relawan bakal calon Gubernur dan anggota KOPIPEDE.
Kegiatan FGD ini di buka oleh Wadir intelkam Polda Jambi AKBP S. Bagus Santoso, S.I.K., M.H. Dalam sambutannya mengatakan bahwa penegak hukum berharap Pilkada nanti berjalan dengan damai, jujur dan adil. "Melalui kegiatan FGD ini dapat dijadikan landasan pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat nantinya dan bisa menciptakan demokrasi yang sehat," katanya.
FGD diawali dengan pemaparan para narasumber dan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab. M. Aris salah satu narasumber memaparkan data dimana pilkada calon tunggal trennya semakin naik setiap ada pilkada dan petahana yang melawan kotak kosong semua nya menang. aturannya yang memang adalah mendapatkan 50 % plus 1 dari suara sah yang telah dihitung.
Fahrul Rozi komisioner KPU Provinsi Jambi, mengatakan apabila terjadi satu pasangan calon, maka nantinya dalam surat suara akan terdapat kotak kosong dan kotak pasangan calon. Apabila dalam perhitungan suara ternyata lebih banyak memilih kotak kosong, maka untuk daerah pemilihan tersebut akan di pimpin oleh Penjabat Kepala Daerah selama 5 tahun ke depan.
Saat diskusi semua perwakilan partai politik sepakat bahwa demokrasi harus dijalankan dengan sehat, ada auto kritik bagi parpol untuk melakukan kaderisasi dengan baik dan proses rekrutmen calon yang lebih transparan dan demokratis. Di akhir diskusi semua sepakat tidak mendukung adanya pilkada calon tunggal atau melawan kotak kosong. (*/kar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: