Cerita Mahasiswa Unja Magang di Jerman: Gaji 35 Juta Dipotong 20 Juta tapi..
Suasana di Jerman. 1.047 mahasiswa dari 33 perguruan tinggi di Indonesia mengikuti program magang di Jerman selama periode Oktober hingga Desember 2023 melalui PT SHB dan PT Cvgen-Foto: Istimewa-
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Saat ini heboh berita terkait penetapan 5 tersangka atas kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) berkedok magang mahasiswa ke Jerman.
Program magang ini melibatkan PT SHB dan PT Cvgen. Salah satu guru besar Unja, Prof Sihol Situngkir ikut ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Mengapa magang ini jadi bermasalah? Karena perusahaan ini memberangkatkan hampir 1.047 mahasiswa dari 33 kampus di Indonesia ini, dengan narasi bahwa program ini telah terdaftar dalam program Magang Merdeka Kemendikbud Ristek, padahal realitanya tidak.
"PT SHB menjalin kerja sama dengan universitas yang dituangkan dalam MoU. Dalam MoU tersebut terdapat pernyataan yang menyampaikan bahwa ferien job masuk dalam program merdeka belajar kampus merdeka serta menjanjikan program magang tersebut dapat dikonversikan ke 20 SKS," ujar Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Djuhandani Rahardjo Puro, dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Jambi Ekspres Senin (25/3/2024).
BACA JUGA: Kasus Ferienjob Mahasiswa Unja ke Jerman Disidik Polda Jambi, Ini Klarifikasi Unja
Kemudian, para mahasiswa yang mendaftar kata Djuhandi, juga dipekerjakan secara non prosedural sehingga mengakibatkan mahasiswa tereksploitasi.
Mahasiswa Unja ke Jerman Bermula dari Pesan WA
Jambi Ekspres mencoba mewawancara salah satu mahasiswa Unja yang pernah mengikuti program magang ke Jerman, ia meminta namanya disamarkan, kita panggil saja Bunga.
Bunga mengetahui program magang ini sekitar Maret 2023 lalu, saat itu group WA kampus heboh membahas program magang ini, kemudian juga diumumkan di Instagram kampus.
Karena tertarik, Bunga dan beberapa mahasiswa lainnya kemudian mengikuti sosialisasi yang dilakukan PT Cvgen melalui link zoom.
Bunga tertarik mengikuti program ini karena merasa ini adalah kesempatan baginya untuk bisa magang di luar negeri dan dapat pengalaman baru.
Setelah mendapat izin orangtua, kemudian Bunga mendaftar dengan membayar biaya registrasi sebesar Rp150.000 dan biaya LOA dan work permit sebesar 350 euro atau setara Rp 5.998.856,47 (nilai tukar saat ini Rp 17.139,59).
Setelah semua urusan administrasi selesai, kemudian Bunga berangkat ke Jerman pada Oktober 2023 dengan menggunakan visa bisnis, bersama dengan beberapa mahasiswa Unja lainnya.
Kerja Bagian Paket Rusak Gaji Puluhan Juta
Di Jerman, Bunga ditempatkan di sebuah kota dan tinggal di apartemen. Ia juga langsung bekerja di sebuah perusahaan, sementara temannya yang lain ditempatkan di daerah berbeda dan di perusahaan berbeda.
“Tugas saya adalah package damage, memperbaiki paket yg rusak, namun sejak awal saya telah tahu bahwa pekerjaan yang akan dilakukan adalah pekerjaan yang tidak selaras dengan jurusan saya,” ujar Bunga.
Bunga pribadi tak pernah mempermasalahkan bidang kerja apa pun ia ditempatkan. Karena mahasiswa lokal Jerman pun, banyak yang bekerja paruh waktu di bidang yang tak selaras dengan jurusan di kampus mereka.
Terima Gaji Lalu Dipotong Biaya Bayar Tiket
Selama di Jerman, Bunga dan teman lainnya dari Unja menerima gaji dengan rentang nilai 1.500 hingga 2.000 Euro atau setara Rp 25,7 Juta hingga Rp.34,27 Juta atau hampir Rp35 Juta (nilai tukar saat ini Rp 17.139,59).
Dari gaji itu, kemudian dipotong 500 euro untuk tiket pesawat, 600 euro untuk apartemen, 50-100 untuk pajak atau totalnya sekitar 1.200 euro setara dengan Rp20 Jutaan.
Untuk biaya makan memang tidak termasuk dalam paket magang, namun Bunga masih bisa menutupinya dari sisa gaji yang ia terima, bahkan masih ada sisa.
Apakah Bunga merasa dieksploitasi? “Tergantung sudut pandang, ada mahasiswa yang merasa di ekploitasi. Dan ada mahasiswa yang merasa biasa saja, saya beruntung termasuk yang merasa biasa saja,” lanjut Bunga.
Bunga tak menampik bahwa ada beberapa mahasiswa lain dari perguruan tinggi lain yang mengalami hal yang tidak menyenangkan.
“Seperti tidak dijemput di bandara dan bahkan ditelantarkan. Ada apartemen yang tidak layak. Pemberhentian kerja secara mendadak, gaji yang tidak mencukupi, tapi alhamdulillah saya termasuk yang aman,” ujarnya.
Ia juga beruntung karena di tempatnya magang, ia masih bekerja 8 jam sehari, sesuai standar waktu bekerja di Indonesia, kemudian ia juga masih mendapatkan waktu libur.
“Setiap hari Minggu libur, terkadang ada libur volunteer. Seminggu bisa libur 2 hingga 3 kali, Saat Christmas juga libur selama 3 hari,” lanjutnya.
Capek? Diakuinya memang capek, namun menurutnya itu tak masalah karena saat libur ia bisa manfaatkan untuk jalan-jalan menjelajah negeri Jerman.
“Jadi ngga pernah terbersit ingin pulang cepat juga waktu di sana,” lanjutnya lagi.
Dapat Konversi 20 SKS dari Unja.
Ia beruntung kini sudah Kembali ke Jambi, tepatnya sejak Desember 2023 lalu. Ia juga telah menerima benefit magang dengan konversi 20 SKS dari kampus.
Terkait kini heboh disebut-sebut bahwa program magang yang ia jalani adalah illegal, dikaitkan pula dengan kasus TPPO, Bunga hanya berpesan, bagi mahasiswa lainnya untuk jangan pernah takut mencoba sesuatu yang baru, pun itu magang ke luar negeri.
“Saran saya silahkan mahasiswa mengikuti program lain di bawah naungan Dikti. Karna program ferienjob ini (PT SHB dan PT CVgen) masih banyak problem. Saya rasa penyelenggara ferienjob masih belum siap untuk memberangkatkan dan menjamin keselamatan mahasiswa sebanyak itu untuk dikirim ke negeri yang jauh di sana. Di bawah naungan Dikti kalian pasti akan lebih aman,” saran Bunga lagi.
BACA JUGA:Oknum Guru Besar Unja Jadi Tersangka Kasus ‘Perdagangan’ Mahasiswa ke Jerman
Ia sendiri mengaku tak menyesal pernah ikut program magang di Jerman walaupun kini agensi atau konsultan yang pernah membawanya disebut bermasalah dan illegal.
“Berkat ikut magang kemarin, saya menjadi lebih mandiri, membawa uang saku, dapat teman yang baik, pengalaman yang berharga, mengetahui dunia kerja dan dapat berinteraksi dengan beberapa orang profesional,” tambah Bunga.
Ia juga tidak trauma dengan Jerman, bahkan suatu saat ia berharap bisa Kembali ke sana, melanjutkan kuliah di Jerman maupun di negara lainnya di luar negeri.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: