Cerita Asal Usul Angso Duo Jambi Berawal dari Hadiah Pernikahan
Sungai Batanghari kini disebrangi Jembatan Gentala Arasy di Kota Jambi--
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja bernama Rang Kayo Hitam.
Rang Kayo Hitam adalah raja yang pemberani, gagah dan juga sakti.
Suatu hari, Rang Kayo Hitam muda jatuh cinta dengan seorang putri Temenggung Merah Mato. Nama putri itu adalah Mayang Mangurai.
Rupanya, rasa kagum Rang Kayo Hitam mendapat respon baik dari keluarga Temenggung Merah Mato, hingga akhirnya mereka semua setuju Mayang Mangurai dilamar oleh sang raja.
Hingga akhirnya, dilaksanakan pesta pernikahan yang mewah dan sangat meriah. Seluruh rakyat bersuka cita ikut merayakan kebahagiaan sang raja dengan Putri Mayang Mangurai.
Mereka mengadakan pesta pernikahan yang sangat besar. Tamu dari berbagai negeri pun turut hadi ke pesta itu.
Hadiah-hadiah pun membanjiri pesta pernikahan mereka. Berbagai jenis hadiah datang dan diberikan para tamu.
Namun ada satu hadiah yang paling menarik dari pesta pernikahan ini, yaitu sepasang angsa putih dan sebuah perahu kajang lako yang terbuat dari kayu.
Raja Rang Kayo Hitam dan Putri Mayang Mangurai heran, siapa gerangan yang memberikan hadiah menarik ini.
Kemudian mereka terkejut, rupanya yang memberi hadiah dua angsa dan perahu itu adalah ibu dan ayah dari Mayang Mangurai.
“Sengaja kami berikan hadiah ini, angso duo dan perahu kajang lako, untuk bekal kalian nanti nak,” ujar Temenggung Merah Mato didampingi istrinya.
“Kira-kira nanti angsa ini untuk apa ibu?,” tanya Putri Mayang dengan penuh rasa penasaran.
“Nanti saja ibu jelaskan, setelah pesta usai, sekarang bersenang-senanglah dulu kalian di tengah pesta meriah ini,” jawab sang ibu.
Hari sudah gelap, pesta pun telah usai. Kemudian Rang Kayo Hitam bersama istrinya Mayang Mangurai langsung menghadap Temenggung Merah Mato dan istrinya.
Mereka masih penasaran dengan hadiah yang tadi siang mereka terima.
Setelah duduk bersama dalam sebuah ruangan, kemudian ibu Mayang Mangurai menjelaskan makna dari kado mereka.
“Besok, kalian lepaskanlah dua angsa ini ke Sungai Batanghari, kalian ikuti dari belakang dengan perahu kajang lako, kemana angsa ini pergi, jika nanti ia naik ke daratan, kalian berhentilah di sana,” ujar sang ibu.
“Lantas apa yang harus kami lakukan setelah itu?,” tanya Mayang Mangurai penasaran.
“Nanti daratan mana yang akan dipilih angso duo ini untuk bersarang dan bertelur, maka di sanalah kalian tinggal, kalian buatlah kerajaan baru di sana,” jawab sang ibu.
Kemudian Rang Kayo Hitam dan Mayang Mangurai setuju dengan saran itu.
Malam itu mereka kemudian mulai berkemas, membawa beberapa pakaian dan sedikit stok makanan.
Keesokan harinya, saat matahari mulai terbit, Rang Kayo Hitam kemudian melepas dua angsa hadiah dari mertuanya itu ke Sungai Batanghari.
Mereka pun mengikuti dari belakang perjalanan sepasang angsa itu dengan perahu kajang lako.
Bukan perjalanan yang mudah, sepanjang perjalanan mereka menghadapi beberapa kondisi cuaca yang tidak bersahabat.
Terkadang panas, kemudian hujan dan badai, namun dua angsa itu terus berenang dan tak juga berhenti.
Telah berhari-hari perjalanan mereka lakukan, kegelapan di tengah malam, namun perjalanan tak juga berhenti, angsa putih terus mengarahkan mereka untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah beberapa hari, Putri Mayang Mangurai sudah sangat lelah, ia merasa pusing karena telah berhari-hari terombang ambing di derasnya arus Sungai Batanghari.
Namun Rang Kayo Hitam meminta Mayang Mangurai untuk tetap bertahan sampai nanti waktunya dua angsa ini menepi, sesuai perintah orangtua mereka.
Hingga akhirnya, saat menjelang siang hari, dua angsa ini akhirnya menepi di sebuah daratan yang sangat luas. Tanahnya merah, banyak sekali pohon-pohon rindang.
Dua angsa putih itu kemudian melompat ke daratan itu, dan langsung mengibaskan sayapnya, pertanda mungkin sudah lelah selama perjalanan.
BACA JUGA:Legenda Asal Usul Danau Kerinci dari Sebutir Telur Naga
BACA JUGA:Legenda Nyi Roro Kidul, Sosok Penunggu Laut Selatan Jawa
Dua angsa ini kemudian langsung mencari tempat yang nyaman di bawah pohon tak jauh dari pinggir sungai, membuat sarang di sana.
Rang Kayo Hitam dan Putri Mayang Mangurai kemudian ikut turun, mereka mengamati angsa itu, rupanya angsa betinanya langsung bertelur di sarang yang baru saja mereka buat.
“Inilah berarti tempat yang dimaksud oleh ibu, kita berarti tinggal di sini, ayo kita turunkan dulu semua barang kita,” ujar Rang Kayo Hitam.
Akhirnya Rang Kayo Hitam dan Mayang Mangurai, beristirahat dan keesokan harinya mereka mulai membersihkan lahan dan mulai membangun tempat tinggal.
Hingga lama-kelamaan, Rang Kayo Hitam berhasil membangun kerajaan yang besar dan kuat di negeri Jambi.
Mereka berdua berhasil membawa negeri Jambi menjadi negeri yang makmur dan rakyatnya sejahtera. Rang Kayo Hitam menjadi Raja Jambi, sementaranya Mayang Mangurai menjadi permaisurinya.
BACA JUGA:Legenda Asal Mula Negeri Lempur Kerinci
BACA JUGA:Legenda Batu Puti Sanang Sungai Penuh
Lalu Raja Rang Kayo Hitam menjadikan Angso Duo sebagai simbol Negeri Jambi dan simbol kerajaannya. Mereka pun kemudian hidup bahagia.
Pesan Moral cerita rakyat Jambi Angso Duo: ikuti nasehat orang tua karena saran dan petunjuk orang tua akan sangat berguna bagi kesuksesan kita.
Jangan lelah berjuang sampai tujuan kita tercapai, karena orang yang mau berjuang pasti akan sukses. (***)
Sumber: Cerita ditulis berdasarkan cerita masyarakat Jambi
BACA JUGA:Kisah Hantu Pirau dan Cincin Pinto-pinto Raja Jambi
BACA JUGA:Legenda Batu Panjang Sungai Penuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: