Kisah Hantu Pirau dan Cincin Pinto-pinto Raja Jambi
Ilustrasi rumah warga dikunci menghindari gangguan hantu pirau-Pixabay-
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Cerita rakyat Jambi ini mengisahkan tentang hantu pirau dan Raja Jambi dengan cincin pinto-pintonya.
Pada zaman dahulu, ada seorang Raja Jambi yang berasal dari India bernama Raja Keling.
Suatu hari, negeri Jambi sangat heboh dengan berita tentang kehadiran hantu.
Seluruh rakyat Jambi di wilayah kekuasaan Raja Keling membahas soal ini.
Kata mereka, hantu ini sangat jahat, ia suka menganggu anak-anak dan juga menganggu bayi yang sedang tidur.
Cerita tentang hantu ini kemudian semakin meluas, semua menjadi takut lalu memilih berdiam saja di dalam rumah, menutup rapat pintu dan jendela.
Kemudian oleh rakyat Jambi, hantu itu diberi nama hantu pirau.
Kehadiran hantu pirau benar-benar telah meresahkan semua rakyat. Hingga akhirnya para pemimpin wilayah atau disebut dubalang sepakat mengusir hantu pirau dari wilayah mereka.
Lalu berkumpul lah para dubalang dari wilayah tujuh koto, sembilan koto, dan wilayah batin dua belas.
Mereka lalu menyiapkan sebuah mantra yang diharapkan bisa membuat hantu pirau pergi menjauh.
Lalu berkumpul lah semua dubalang ini di sebuah tanah lapang dan mulai membacakan mantra-mantra.
Namun sayang, bukannya takut, hantu pirau malah semakin marah, mereka semakin gentayangan menganggu anak-anak.
Karena putus asa, kemudian para dubalang ini memutuskan untuk bertemu dengan Raja Jambi, Raja Keling.
Saat bertemu raja, mereka menceritakan semua tentang ketakutan rakyat dan sang raja mendengarkan dengan seksama semua yang disampaikan.
Lalu kemudian keluar titah raja, katanya, semua rakyat Jambi hendaknya segera menyiapkan lukah (alat untuk menangkap ikan).
"Sampaikan kepada semua, siapkan, satu orang satu lukah, kalau di rumahnya ada 5 orang, siapkan 5 lukah!,” perintah raja.
Para dubalang pun terheran-heran. Mereka meminta solusi agar bisa mengusir hantu pirau, tapi kok malah diminta siapkan alat menangkap ikan?
“Lukah harus dibuat di atas bukit,” lanjut raja lagi. Semakin membuat heran para dubalang, kok di bukit, bukahkah lukah itu biasanya di sungai?
“Kalian ikuti semua perintah ini, jangan ada yang membangkang, demi keamanan kita semua," lanjut sang raja.
Kemudian para dubalang pun akhirnya mengangguk dan siap menerima perintah.
Lalu mereka pulang ke wilayah kekuasaanya masing-masing dan membawa pesan sang raja dan disampaikan ke semua rakyat.
Awalnya rakyat Jambi bingung, namun akhirnya mereka mengikuti perintah sang raja lalu beramai-ramai mereka membuat lukah di atas bukit.
Lukah yang sudah jadi kemudian disusun di atas bukit.
Hari pertama, hantu pirau masih saja menganggu anak-anak rakyat Jambi, hari kedua hingga hari keenam, masih sama, Hantu Pirau masih bebas bergentayangan.
Hingga akhirnya, pada hari ketujuh, sesuatu terjadi di atas bukit.
Tiba-tiba beberapa lukah di atas bukit diisi oleh makhluk berukuran kecil dan bisa berbicara.
Masyarakat mendengar suara mereka berteriak minta tolong dari tumpukan lukah-lukah di atas bukit.
Kemudian bergegas para dubalang dibantu rakyat Jambi membawa lukah berisi makhluk kecil itu ke hadapan raja.
Saat diperlihatkan, sang raja langsung yakin bahwa itulah makhluk jahat yang disebut-sebut sebagai Hantu Pirau selama ini.
Lalu raja memerintahkan kepada pengawalnya untuk menyiapkan pedang yang sangat tajam untuk memotong hantu pirau.
Mendengar perintah itu, hantu pirau pun langsung berteriak.
“Ampuun tuan raja, ampuun, kami berjanji tak akan mengangggu lagi anak anak Jambi, tolong lepas kami,”
Berulang-ulang gerombolan hantu pirau di dalam lukah itu berteriak dan minta ampun.
Kemudian sang raja pun menjawab. “Aku akan mengampuni kalian dengan dua syarat,” ujarnya.
Syarat pertama, mereka harus segera meninggalkan wilayah Jambi dan tidak lagi mengganggu rakyat Jambi dan anak-anak Jambi.
Syarat kedua, mereka harus harus menyerahkan cincin pinto-pinto, yaitu sebuah cincin yang bisa mengabulkan satu permintaan manusia.
Hantu Pirau pun kemudian setuju dengan syarat-syarat sang raja. Mereka berjanji akan pergi dari negeri Jambi dan menyerahkan cincin pinto-pinto kepada sang raja.
Akhirnya, Hantu Pirau pun dilepas, keluar dari lukah dan tak pernah lagi kembali ke Jambi.
Waktu berlalu, hari demi hari, tak terasa sudah satu tahun lamanya. Tiba-tiba saja raja teringat dengan cincin pinto-pinto yang dimilikinya.
Kemudian terbersit keinginan, agar cincin pinto-pinto bisa menjadikan kampung halamannya di India, dipenuhi dengan batu mutiara, permata dan juga intan berlian.
Batu-batu berharga itu harus muncul saat ia mudik ke India tiga bulan lagi.
Benar saja, saat sang raja pulang ke India ia menemukan banyak sekali batu-batu mahal bertebaran di sekitar kampung halamannya.
Ia pun menjadi kalap, semua batu-batu itu kemudian ia kumpulkan dan jual hingga akhirnya ia menjadi kaya raya.
Saat uang telah terkumpul banyak, ia ingin kembali ke Jambi dan membawa semua harta bendanya ke Jambi.
Namun sayang, sang raja tak bisa lagi kembali ke Jambi. Ia sudah terlanjur meminta, bahwa ia ingin punya banyak batu mahal, namun ia lupa menambah permintaan lainnya yaitu bisa kembali lagi ke Jambi.
Sang raja kemudian menjadi sedih, ia telah kehilangan jabatannya sebagai Raja Jambi.
Akhirnya kerajaan Jambi diambil alih oleh putranya yang bernama Sultan Baring.
Di bawah kepemimpinan Sultan Baring, Jambi telah berubah menjadi negeri yang tenang dan makmur, karena ternyata di bumi Jambi juga berlimpah banyak sekali emas.
Pesan dari cerita rakyat Jambi ini: bergotong royong dan kompak lah selalu agar bisa menjadi kuat bisa melawan kejahatan. Dan jangan terlalu tamak karena itu bisa merugikan diri kita sendiri. (***)
Sumber: Ditulis berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat Jambi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: