>

Cerita Rakyat Tentang Makhluk Halus Bernama Masumai Penghuni Gunung Dempo

Cerita Rakyat Tentang Makhluk Halus Bernama Masumai Penghuni Gunung Dempo

Puncak Gunung Dempo terkenal dengan cerita rakyat tentang makhluk halus bernama Masumai penghuni puncak gunung-Tangkap Layar Youtube Rikas Harsa-

JAMBIEKSPRES.CO.ID - Pada zaman dahulu, di Gunung Dempo terdapat lembah yang sangat subur dan luas. Di sana hiduplah Jeme Dempu atau orang Dempo. Mereka tinggal dan mencari makan di lembah yang subur dan sejuk itu.

Namun Jeme Dampu  bukanlah satu-satunya penghuni wilayah Gunung Dempo. Nun di puncak Gunung Dempo, hidup pula makhluk halus yang menghuni wilayah itu. Makhluk halus tersebut dikenal dengan sebutan Masumai, yaitu hantu penunggu Gunung Dempo.

Penampakan Masumai sangat menyeramkan. Badannya tinggi besar, kulitnya hitam dan berbulu, bercula di kepalanya. Matanya besar dan merah.

Hidungnya jugabesar. Tangannya menjuntai ditutupi jubah. Mereka tidak menapak di bumi. Masumai bergerak cepat dan melayang-layang dengan mengibar-ngibarkan jubah hitamnya.

Masumai dapat menyerupai manusia biasa untuk mengelabui manusia yang dijumpainya.

Masumai juga penculik manusia. Orang-orang di sekitar Lembah Dempo takut bilamana Masumai turun gunung dan mulai mencari mangsa.

Hantu Masumai turun gunung saat pagi menjelang fajar dan senja menjelang malam.

Konon manusia yang diculik, setelah dewasa, akan dijadikan sebagai anak buah gerombolan Masumai yang berwujud manusia setengah hantu.

Sementara itu, anak-anak yang diculik akan dijadikan persembahan bagi Puyang Gunung Dempo.

Itulah sebabnya warga Lembah Dempo selalu hidup dan berdiam diri di gua apabila matahari belum menyingsing atau sudah tenggelam. Mereka takut diculik Masumai.

Gerombolan Masumai memiliki pemimpin, yaitu Ratu Masumai. Ia tinggal dan bertapa bersama gerombolannya di puncak Gunung Dempo sejak beribu tahun lalu.

Suatu hari, saat melihat semakin banyak Jeme Dempu tinggal di lembah Gunung Dempo, Ratu Masumai mulai merasa terganggu.
 
Masumai merasa api dan asap yang digunakan oleh manusia untuk memanggang ikan dan daging mengganggu udara di sekitar Gunung Dempo, padahal Masumai sangat menyukai bau embun, tanah, dan wangi-wangian bunga yang tumbuh di Lembah Dempo.

Suatu hari, Gunung Dempo tiba-tiba mengeluarkan letusan api, hal ini membuat hantu Masumai merasa terganggu.

Sejak saat itu mereka rutin memohon kepada penguasa Dempo, yaitu Puyang Gunung Dempo, agar tidak lagi mengeluarkan api dan bongkahan batu serta tidak lagi menyemburkan asap tebal dan aroma belerang yang menyengat.

Mereka juga rutin bertapa dan mengadakan persembahan kepada Puyang Gunung Dempo. Persembahan itu awalnya berupa hewan ternak, seperti kambing, sapi, kerbau, atau rusa dan bunga-bunga wangi beraneka warna.

Namun, sejak manusia mulai mengusik udara pegunungan dengan asap dan bebauan daging panggang, Masumai merasa acara pertapaan mereka diganggu.

Oleh karena itu kemudian Masumai menjadikan anak-anak manusia sebagai korban persembahan. Pada suatu siang, Ratu Masumai memanggil pengawalnya.

“Pengawal, aroma apakah yang menyengat ini?”
tanya Ratu Masumai kepada pengawalnya waktu itu,
“pertapaanku terganggu dan gagal karena aroma ini.”
“Tidak tahu, Ratu,” jawab hantu pengawal Masumai.
“Kalau begitu, cari segera sumbernya!” perintah Ratu
Masumai sambil menahan amarah.
“Baik, Ratu, segera kami laksanakan,” sahut pengawal dengan sigap.

Pengawal yang berwujud hitam besar itu dengan ditemani beberapa pengawal lain segera turun gunung.

Selepas matahari terbenam, mereka mulai melaksanakan aksi pencariannya. Hantu-hantu Masumai itu melayang-layang mengelilingi lembah dan menyusuri sungai-sungai yang mengalir di Lembah Dempo.

Mereka turun gunung saat hari sudah remang-remang. Dengan saksama mereka menajamkan penciuman untuk mencari aroma yang mengganggu udara di sekitar Gunung Dempo.

Namun, sebelum fajar datang, mereka tidak menemukan sumber aroma sinarnya.

Pengawal-pengawal hantu Masumai kembali ke puncak Gunung Dempo dengan tangan kosong karena tidak menemukan satu sumber aroma pun.

Ketika mendapat laporan seperti itu, Ratu Masumai marah. “Mana mungkin tidak ada,” Ratu menyangkal laporan pengawal, “aroma yang sangat menyengat itu datangnya dari bawah sana,” tunjuk Ratu Masumai geram.

Para pengawal terdiam ketakutan karena merasa bersalah. Tiba-tiba aroma yang dicari Ratu Masumai tercium lagi. Kali ini aroma itu lebih menyengat penciuman para Masumai. Mereka saling pandang. Ratu langsung berseru.

“Haiii...apakah kalian juga mencium aroma ini?”
“Yaa...,” serempak para Masumai menjawab.
“Jadi, mereka membuat aroma ini pada saat kita tidak
bisa turun gunung rupanya,” gumam Ratu Masumai kesal.

Bagaimana Ratu Masumai tidak kesal? Masumai adalah hantu malam hari. Ia tidak dapat keluar pada siang hari saat matahari bersinar. Badannya akan lemas bila tersengat sinar matahari.

Namun, gangguan itu datang setiap hari selama satu purnama mereka bertapa.

Akhirnya, pada pagi hari setelah matahari bersinar dengan menahan badannya yang lemas, Masumai pengawal berhasil menemukan sumber aroma menyengat itu.

Dengan badan yang lemas, Masumai pengawal kembali ke puncak gunung dan melaporkannya kepada Ratu Masumai.

Sejak saat itulah, apabila menjelang waktu bertapa tiba, Ratu Masumai memerintahkan pengawalnya menculik menjadi pengganti hewan persembahan karena hewan- hewan telah dipanggang oleh manusia.

Orang tua atau manusia dewasa yang berani keluar gua pada malam hari juga akan menjadi sasaran empuk Masumai.

Mereka akan diculik dan dijadikan makhluk suruhan Masumai. Ingatan manusia itu akan hilang dan mereka akan berperilaku sesuai dengan perintah Masumai.

BACA JUGA:Legenda Batu Puti Sanang Sungai Penuh

Lembah Dempo menjadi tempat yang menakutkan pada waktu petang menjelang malam hingga pagi menjelang fajar menyingsing.

Penculikan anak-anak dan orang dewasa sering terdengar. Meskipun pengawasan terhadap anggota keluarga mereka ketat, masih saja tiba-tiba ada warga yang lenyap.  Peristiwa itu terutama terjadi pada saat menjelang bulan purnama.

Pada awalnya, mereka saling tuduh atas hilangnya anggota keluarga mereka. Mereka mengira anggota keluarga mereka diculik oleh kelompok lain yang tidak suka kepada mereka. Lalu, terjadi penggeledahan di dalam gua.

Akan tetapi, dugaan tersebut rupanya tidak terbukti. Dugaan selanjutnya adalah anggota keluarga mereka hilang akibat dimangsa oleh binatang buas. Lalu, mereka pun melawan binatang buas yang mereka temui.

Kalau tidak berani, mereka akan berusaha menghindar dan masuk gua bila bertemu dengan binatang-binatang buas tersebut.

BACA JUGA:Cerita Asal Usul Angso Duo Jambi Berawal dari Hadiah Pernikahan

Akan tetapi, pada akhirnya mereka menyadari ada makhluk lain yang menjadi penyebab hilangnya anak-anak dan anggota keluarganya.

Pada mulanya, selepas matahari tenggelam, salah satu kelompok dari warga jeme Dempu itu berkumpul mengelilingi perapian kayu di depan sebuah gua.

Mereka sedang berpesta menikmati makan malam dengan memanggang daging rusa tangkapan mereka.

Aroma daging panggang sangat menyengat. Asap api pemanggang daging pun membubung tinggi hingga ke puncak Gunung Dempo.

Tanpa diketahui kapan dan dari mana asalnya, sekonyong-konyong datanglah masumai yang berbadan tinggi, besar, hitam, berbulu, matanya merah, serta kepalanya bercula.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Asal Usul Nama Sungai Batanghari Ciptaan Raja Keling dari India

Tanpa basa-basi masumai mengambil salah satu anak mereka yang masih kecil dan membawanya pergi. Ia lenyap di kegelapan malam. Mereka terkejut sehingga tidak dapat berkutik dan tidak dapat berkata-kata.

Selang beberapa saat, baru mereka tersadar dan berusaha mengejar masumai penculik anak mereka. Begitu cepat bagai angin masumai berlalu. Tidak tampak lagi bayangan bahkan kelebatan sosoknya.

Jejaknya di tanah pun tidak terlihat. Hanya bau wewangian bunga yang ditinggalkan oleh masumai. Keluarga yang ditinggalkan tadi sesaat terkesima oleh bau wangi bunga.

Namun, mereka segera sadar bahwa yang dikejar sudah tidak tampak jejaknya. Kejadian seperti itu kembali terulang hingga berkali-kali. Seluruh warga di Lembah Dempo, baik keturunan Senambun Tue maupun bangsa pendatang, bersetuju bahwa masumailah pelaku penculikan.

Mereka tidak mampu melawan masumai karena masumai memang bukan tandingan mereka. Masumai bergerak secepat kilat.
Penampakan mereka menyeramkan. Mereka juga mampu menghilang. Pendek kata, masumai tidak terlawan oleh manusia.

BACA JUGA:Cara Naik Gunung Dempo Menembus Jalur Lutut Bertemu Dagu Hingga Sampai ke Puncak

Manusia penghuni Lembah Dempo itu akhirnya hafal dengan tanda-tanda kehadiran masumai. Pada masa bulan purnama, bila matahari sudah tidak menampakkan sinarnya, kemudian muncul bebauan wangi bunga, bersiaplah mereka untuk selalu menjaga anggota keluarganya agar anggota keluarganya tidak keluar dari gua karena pada saat itulah masumai mencari korban.

Suasana di kaki Gunung Dempo sangat mencekam bilamana bulan purnama tiba. Malam hari semakin hening. Suasana tetap mencekam hingga fajar terbit.

BACA JUGA:Legenda Asal Usul Danau Kerinci dari Sebutir Telur Naga

Apabila tidak ada orang yang hilang, artinya, pada bulan purnama itu tidak sedang diadakan persembahan.

Akan tetapi, mereka tetap tidak boleh lengah. Setiap senja hingga fajar tiba, apabila ada orang yang sendirian berada di luar gua dan dalam semerbak bau wewangian, masumai akan segera menjadikan orang yang sendirian itu sebagai anak buah masumai, manusia jadi-jadian yang taat kepada masumai.

Keadaan tersebut berlangsung hingga beratus-ratus tahun. Masumai adalah hantu yang selalu menjadi musuh manusia, bahkan menguasai manusia. (*)

Sumber: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV ditulis oleh Dian Susilastri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: