Legenda Asal Mula Negeri Lempur Kerinci

Legenda Asal Mula Negeri Lempur Kerinci

Negeri Lempur-Dok: jadesta.kemenparekraf.go.id-

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Dahulu kala, di sebuah negeri yang dikelilingi hutan belantara, terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pamuncak Tiga Kaum.

Kerajaan ini sangat megah, sesuai namanya, ada kata Tiga, kerajaan ini pun dipimpin oleh tiga bersaudara yang bernama Pamuncak Rencong Talang, Pamuncak Tanjung Seri, dan Pamuncak Koto Tapus.

Masing-masing memiliki batas wilayah kekuasaannya masing-masing.

Suatu hari, hasil panen rakyat di wilayah kekuasaan Pamuncak Rencong Talang sungguh melimpah, tanah dan cuaca di daerahnya sangat bersahabat sehingga membuat hasil panen menjadi sangat banyak.

Karena senang, Pamuncak Rencong Talang kemudian berniat mengadakan sebuah pesta syukur atas  panen yang diperoleh oleh rakyat di bawah kekuasaannya, dengan mengundang kerabat dan keluarganya.

BACA JUGA:Danau Gunung Tujuh Bersinar di Tengah Kawasan Situs Warisan Dunia

Undangan pun kemudian disebar, namun sayang, Pamuncak Tanjung Seri suadara Pamuncak Rencong Talang menyatakan tak bisa hadir.

Namun ia tetap menghormati pesta saudaranya itu dengan mengirim utusan istri dan juga anak perempuannya yang cantik jelita.

Istri dan anak Pamuncak Tanjung Seri kemudian melakukan perjalanan hingga akhirnya sampai dengan selamat di negeri Pamuncak Rencong Talang.

Karena semua telah berkumpul, termasuk dari pihak saudara satunya lagi, Pamuncak Koto Tapus, kemudian diputuskan kenduri (pesta) harus meriah, diselenggarakan selama tiga hari tiga malam.

Hari pertama dan kedua pesta, semua berkumpul kecuali anak perempuan Pamuncak Tanjung Seri. Pestanya sangat meriah, semua rakyat berkumpul.

Kemudian pada hari ketiga, menjadi sangat spesial karena putri Pamuncak Tanjung Seri ikut turun ke tengah pesta. Karena kecantikannya, semua mata pun tertuju pada putri Pamuncak Tanjung Seri itu.

Bukan orang lokal dan tak pernah berjumpa, semua menjadi terpesona dengan kecantikan Putri Pamuncak Tanjung Seri. Hingga akhirnya beberapa pemuda negeri pun mencoba mendekati putri yang cantik jelita tersebut.

Tak terasa, pesta terus berlangsung, musik dan tarian  tradisional mengiringi pesta hingga tak terasa malam telah semakin larut, bahkan tak disadari telah hendak menjelang pagi.

Ayam pun mulai berkokok. Sang ibu yang menyadari bahwa mereka harus kembali ke wilayah kekuasaan Pamuncak Tanjung Seri, bergegas memanggil putrinya, mengajak untuk segera pulang.

Namun sayang, asyik berpesta dan dikelilingi banyak pemuda yang mengaguminya, sang putri malah acuh dan mengabaikan ajakan ibunya.

Meihat anaknya yang acuh, sang ibu kembali memanggilnya dan memintanya untuk segera berhenti berpesta dan segera berkemas.

Karena sibuk memanggil, lalu salah satu pemuda bertanya kepada putri Pamuncak Tanjung Seri. “Hai gadis jelita, siapakah gerangan perempuan tua yang sibuk mengajakmu pulang dari tadi?,” tanya salah satu pemuda.

Kemudian Putri Pamuncak Tanjung Seri langsung menjawab, “Ooh Itu pembantuku!,” ujarnya ketus.

Alangkah kagetnya sang ibu mendengar pernyataan anaknya itu. Sedih berkecamuk semua terpaksa ia tahan. Rasa sakit hati terpaksa ia redam.

Hari pun sudah siang, matahari telah terbit. Akhirnya Istri dan putri Pamuncak Tanjung Seri memutuskan untuk kembali ke wilayah mereka.

BACA JUGA:Asal Mula Kaum Yahudi Hingga Terbentuk Negara Israel dan Menguasai Wilayah Palestina

Sepanjang perjalanan, masing-masing hanya diam, sang ibu masih sedih dan sang anak masih dongkol karena merasa ibunya terlalu banyak mengatur kehidupannya.

Tak terasa, perjalanan terus dilanjutkan dengan kecamuk di masing-masing perasaan mereka.

Kemudian sampailah mereka di suatu daerah, antara Pulau Sangkar dan Lolo. Di sini terlihat banyak rawa-rawa yang berlumpur.

Dengan perasaan yang masih sakit, tiba-tiba sang ibu berdoa agar rawa-rawa berlumpur itu mau menelan anak perempuannya yang durhaka itu.

Tak diduga, rupanya doa sang ibu langsung dikabulkan. Tiba-tiba kaki putrinya terjerat masuk ke rawa berlumpur.

Rawa yang ia pikir dangkal ternyata malah sulit untuk dilepas. Makin lama makin tenggelam, hingga akhirnya hampir separuh badannya telah terbenam di dalam lumpur.

“Ibuu..ibuuu tolong aku, toloong buu,” sang putri berteriak dengan kencang mohon pertolongan.

Namun sayang, sang ibu yang  sudah terlanjur sakit hati tak mau membantu. “Bukankah aku pembantumu, bukan ibumu?” jawab sang ibu.

BACA JUGA:Benarkah Kerinci Tempat Turun Nabi Adam Pertama Kali di Bumi?

Sang putri terus meraung-raung, ia tak berhenti berteriak  terus meminta tolong. “Ibu Tolong...kau adalah ibuku, aku berjanji tak akan lagi melawan dan durhaka kepadamu, tolong bu aku sebentar lagi akan tenggelam di lumpur ini,” lanjut sang putri.

Puas berteriak dan bermohon, sang ibu tetap tak mau membantu. Ia memang telah bertekad tak akan memaafkan anaknya itu.

Hatinya sudah lelah, karena bukan sekali saja putrinya itu berlaku buruk kepadanya, namun telah sering membuat hatinya terluka dan sedih.

Lalu sang ibu mendekat ke putrinya yang sudah nyaris tenggelam untuk mengambil sebuah selendang dan sebuah gelang yang masih dipakai oleh sang putri.

Selendang itu bernama Selendang Jambi.

Lalu kemudian putri pun tenggelam ke dalam lumpur, lalu menghilang dari pandangan.

Gelang dan selendang Jambi itu dibuang oleh sang ibu ke dalam dua tebat yang berbeda, yang kini diberi nama Tebat Gelang dan Tebat Jambi.

BACA JUGA:Legenda Batu Panjang Sungai Penuh

BACA JUGA:Legenda Asal Usul Danau Kerinci dari Sebutir Telur Naga

Kabar kisah anak durhaka ini kemudian tersiar ke suluruh wilayah Kerajaan Pamuncak Tiga Kaum.

Lalu oleh masyarakat setempat daerahnya itu diberi nama Negeri Lempur yang kini berada di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci.

Nilai yang terkandung dari Legenda Asal Mula Negeri Lempur ini adalah, penting menanamkan rasa hormat kepada orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan kita, sebagaimana ini juga tercantum dalam nilai-nilai ajaran Agama Islam. (*)

Sumber: Disadur dari berbagai sumber

BACA JUGA:Kisah Hantu Pirau dan Cincin Pinto-pinto Raja Jambi

BACA JUGA:Legenda Batu Puti Sanang Sungai Penuh

BACA JUGA:600 Tahun Lalu Tari Rangguk Kerinci untuk Memuja Arwah, Pernah Ditampilkan di Depan Presiden Soekarno

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: