Rancang Desain Bangunan ‘Anti Gangguan Mental’ Tiga Mahasiswa UI Raih Juara 2 Dunia

Rancang Desain Bangunan ‘Anti Gangguan Mental’ Tiga Mahasiswa UI Raih Juara 2 Dunia

Tiga mahasiswa Departemen Arsitektur UI, Alfira Kurniawati, Shafira Izzatunnisa, dan Yasyfina Aflah meraih juara 2 dunia-Foto: Dok Humas UI-

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Tiada hentinya prestasi mahasiswa UI (Universitas Indonesia) di tingkat internasional. Kali ini tiga mahasiswa Depatemen Arsitektur UI meraih juara 2 dunia setelah sukses mendesain bangunan ‘anti gangguan mental’.

 

Tiga mahasiswa UI tersebut adalah Alfira Kurniawati, Shafira Izzatunnisa, dan Yasyfina Aflah.

 

Mereka melahirkan ide desain yang dapat meningkatkan interaksi manusia dengan alam sehingga bisa memulihkan gangguan permasalahan mental penghuninya.

 

Tiga mahasiswa UI ini merancang desain perumahan kota berbasis arsitektur dan interior biofilik. Struktur bangunan yang diciptakan berupa hunian ruang hijau, dan juga wadah interaksi.

 

Berkat rancangan tersebut, tiga mahasiswa UI ini kemudian meraih juara 2 berkompetisi dengan 216 entri dari seluruh dunia.

 

BACA JUGA:Segini Uang Kuliah di ITB yang Harus Disiapkan Peserta Lulus SNBP, Ada Skema Cicilan Hingga Kuliah Gratis

 

BACA JUGA:Tanpa Tes! UI Izinkan Siswa yang Masih Sekolah Ambil Mata Kuliah di UI, 2 Tahun Bisa Jadi Sarjana. Ini Alurnya

 

Nama kompetisinya yaitu Yearning to Breathe International Design Competition 2022, yang diselenggarakan oleh Archiol Competition. Pemenang diumumkan pada 11 Maret 2023 lalu.

 

Latar belakang merancang bangunan ini dilatarbelakangi oleh studi kesehatan terkait peningkatan stres yang berakibat pada peningkatan gangguan mental pada masyarakat perkotaan sehingga menurunnya interaksi antara manusia dan alam.

 

Ketiga mahasiswa UI ini berkompetisi di bawah bimbingan Guru Besar Departemen Arsitektur FTUI, Prof. Ir. Evawani Ellisa, M.Eng., Ph.D., Arsitek Profesional, Baiq Lisa Wahyulina, S.T., M.Ars., IAI., dan Asisten Dosen, Aulia Urrorhmah, S.Ars.

 

“Kebanyakan masyarakat kota tinggal dalam area hunian yang padat dengan ruang hijau yang sangat terbatas dan tingkat polusi udara dan suara yang tinggi. Hal ini berakibat pada tingginya tingkat stres dan rasa terisolasi para penghuninya.

 

"Tim kami tertarik untuk mencoba mengusulkan ide intervensi di wilayah kota-kota besar di Asia Tenggara termasuk Indonesia, yang banyak didominasi bangunan tipe ruko. Beeophile merupakan konsep yang sederhana yang bukan hanya mengatasi tampilan kumpulan ruko-ruko yang membosankan namun juga membuatnya menjadi lebih hidup sehingga penghuni dan alam dapat saling terkoneksi dan membawa dampak positif pada kesehatan mental mereka,” ujar Prof. Evawani Ellisa seperti dikutip Jambi Ekspres dari ui.ac.id.

 

Rancangan tiga mahasiswa UI ini sekaligus menjadi jawaban atas padatnya pembangunan ruko-ruko berstruktur beton di perkotaan dengan memanfaatkan unsur modul-modul biofilia untuk mengadakan menghadirkan ruang hijau pada bangunan.

 

BACA JUGA:Pak! Anak Saya Pintar di Sekolah tapi Kok Nggak Lulus di UI? Ini Jawaban Wakil Rektor Universitas Indonesia

 

BACA JUGA:Bukan Jalur SNBP tapi UI Banyak Terima Mahasiswa Baru 2023 Melalui Jalur Ini

 

“Ruang hijau ini dibangun pada ruang-ruang kosong yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh para penghuni, seperti pada façade (ruang vertikal) bangunan ruko dan area rooftop (ruang horizontal),” lanjut Alfira.

 

Tim FTUI menggunakan konsep Biofilik yang digunakan untuk meningkatkan konektivitas manusia dengan alam baik secara langsung maupun tidak langsung.

 

Pada rancangan Beeophile, modul biofilia merupakan entitas tambahan di sisi bidang vertikal bangunan yang terhubung dengan unit hunian utama untuk menambah jumlah ruang hijau.

 

Akan tetapi, karena module saja tidak cukup. Maka desain Beeophile juga memanfaatkan negative space atau ruang-ruang yang tidak terpakai dengan ukuran besar seperti rooftop, atau ruang-ruang terbengkalai di area parkir.

 

Diharapkan dengan bertambahnya ruang-ruang hijau diantara barisan ruko yang mendominasi perkotaan maka tingkat stress para penghuninya bisa diredam.

 

Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., mengapresiasi prestasi tiga mahasiswa UI ini.

 

BACA JUGA:6 Jalur Masuk UGM Tanpa Tes Tidak Wajib Sertifikat Prestasi

 

“Konsep yang dibawa oleh mahasiswa Departemen Arsitektur FTUI dengan menggunakan konsep biofilia adalah upaya solutif untuk meningkatkan koneksi visual serta nonvisual antara manusia dan alam. Interaksi manusia dan alam yang baik akan berdampak pada kesehatan mental. Selamat atas raihan prestasinya. Semoga konsep yang digagas dapat diimplementasikan dan membawa dampak yang unggul bagi masyarakat.” ujar Dekan FTUI. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: