>

“Mendung Dini Hari”

“Mendung Dini Hari”

ilustrasi--

Jara itu suka dipuji, diperlakukan dengan lemah lembut, yang apa – apanya dittanya perihal pendapatnya, dipertimbangkan kemaunnya, biar jadi merasa kalo dia itu ada dan dibutuhkan. Jadi, seandainya ditanya perihal belahan jiwa, Jara akan mencari yang memenuhi dua kriteria yang sudah disebutkan. Jara nggak percaya cinta, bukan berarti ia menutup pintu hati, jika ada manusia yang bisa bawa dan tawarkan cinta padanya, mengapa harus Jara tolak?

Kantornya hari ini ramain, sebab kesian kali dalam setahun ini kembali rekan sejawatnya melepas lajang, undangannya diseberkan dengan senyuman cerah, ucapan selamat tak berhenti bergilir datang dari mulut ke mulut. Jara turut bahagia, namun tak ayal ia kecewa, sebab dulu ada yang pernah bawa dirinya juga kedalam cinta sedalam Samudra tapi ia tenggelam tanpa tahu arus pulang, buat dia kesakitan dan terpuruk di jurang laut, sampai akhirnya Jara kembali berdiri dan kali ini bersikeras pada hatinya, tidak ada lagi namanya teman hidup. Sendiri lebih baik dibanding tersakiti.

Dulu ada yang beri ucapan, “Langgeng ya sama Jara, dia anaknya suka overthingking.”

“Iya, terimakasih. Tapi sebelum over, kali ini pikirannya udah lebih dulu dibagi ke saya.”

Jara masih tabu perihal ia yang tiba – tiba merasa sangat malu dan bersemangat dalam satu waktu, yang rasanya bahagia walau hanya dengan menatap wajah pria yang menjanjikannua kehidupan yang lebih bahagia di ranah baru, katanya nanti ada waktu di anatar hiruk pikuknya kota kita akan pulang, sembari berkeluh kesah, kalo ternyata tiap harinya itu lelah. Lalu aka nada hari – hari dimana kita bertengkar kecil perihal hal – hal yang menyatukan isi kepala, menata isi perabot rumah sebab ada anggota keluarga baru yang akan bertumbuh diantara mereka. Dan hingga nanti mereka harus mengungsi di sudut desa, berdua, nikmati masa tua sembari menghirup aroma teh dan kopi di gelas masing – masing, menasehati anak muda perihal jalannya hidup.

Bukan titpikal pria romanti syang beri bunga dan banyak hadiah, tapi perlakuannya yang berusaha selalu ada saat Jara susah, lebih dari cukup dari banyaknya kata cinta yang harus diungkapkan. Pertanyaa sederhana bagaimana harinya berjalan dan waktu yang diluangkan dia kahir pekan untuk dihabiskan bersama, lebih dari cukup untuk menggambarkan kalo nyatanya mereka jatuh cintanya bersama. Itu yang Jara percayai, hingga hari dimana nomornya tak lagi bisa jara hubungi, eksistensinya tak lagi bisa Jara temui.

Hingga, hari dimana Jara dipaksa senyum diantara semraut hati, ia kembali menemui sang pujaan hati, didepan altar dengan dekorasi putih ala mimpinya, yang sayangnya bukan ia digenggamannya. Jara patah hati, lagi – lagi karena ekspetasi. (Bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: