Bagian 4: “Kata Mahal”
ilustrasi--
“Kepala lo noh yang sesntif kali!” Andai tak ingat bahwa Pria ini calon anggota keluarganya, mungkin Juandra tidak akan segan untuk setidaknya melayangkan satu bogem mentah padanya. Pertengkaran kedunya direspon dengan tawa puas oleh Wanita yang mendengarkan sedari tadi.
“Ju?” Panggil wanita itu menatap Juandra lekat, tersenyum tipis kemudia menepuk kepala Juandra pelan, “Kata maaf itu mahal banget, makanya nggak semua orang bisa bilang maaf. Tapi bukan berarti ada yang sering bilang maaf itu maafnya udah nggak lagi nggak berguna, kita ini nggak bisa menyamakan semua isi hati manusia. Kadang – kadang ada yang bingung buat rusuh di hatinya itu reda dari kata maaf yang banyak ia ucapin. Lo paham maksud gue kan?”
Pertemuan ketiganya mendadak jadi topik yang serius, bahkan Juandra tak terlihat bergerak sedikitpun. Pria yang menganggu Juandra tadi beranjak, juga dengan wanita berambut pendek. Kedunya menautkan lengan, tersenyum hangat satu sama lain, sekali lihat saja, semua orang akan tahu, bahwa duo itu tengah dimabuk cinta.
Ari Hardianah Harahap--
“Ju, ada yang ngajarin gue. alih – alih dibanding gue berharap hidup jadi dia, gue akan bilang ke diri gue, nggak semua orang bisa jadi gue.” Ucap sang wanita pelan beranjak meninggalkan Juandra sendirian. Desir angin kencang, Juandra menutup matanya sesaat, sebab debu dan pasir yang terbawa, kemudian terkekeh pelan.
Apa sih? Memangnya lo tahu apa tentang hidup gue? (bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: