Bagian 14: “We Fail to be Happy Ending”

Bagian 14: “We Fail to be Happy Ending”

ilustrasi--

“Je,” Panggil Magenta, dengan tangan bergetar Magenta menangkup wajah Jeje yang kini terasa sangat dingin. Magenta memperhatikan Jeje seksama, Wajah itu pucat dengan bibir yang membiru, di suduh pelipis dan keningnya tampak bekas luka yang sepertinya baru saja Jeje dapati. Jeje tampak tenang, tidak dengan Magenta yang tampak khawatir, cemas, takut, perasaan Magenta Carut marut.

“Jeje…” Tangis Magenta, disatukannya keningnya pada kening Jeje. Dulu tiap Magenta sedih, Jeje akan melakukan hal yang sama padanya, katanya guna untuk menyalurkan kekuatannya, “Bangun Je,” suruh Magenta dengan nada suara bergetar.

“Je, Katanya mau salurin kekuatan, ayo salurin! Magenta lagi sedih.” Suruh Magenta lagi, namun tidak ada jawaban seperti biasa yang ia harapkan, tidak ada pelukan seperti biasa yang ia dapatkan.

“Je, Magenta kangen Jeje karena nggak bisa ketemu Jeje akhir – akhir ini,” Adu Magenta dengan tangis yang semakin kencang, “Sekarang kenapa Magenta ketemu Jeje dalam keadaan gini?” Magenta benar – benar tidak sanggup, sulit untuk dirinya menerima bahwa ia kehilangan Jeje, sahabatnya. Tidak, Magenta juga kehilangan cintanya.

Magenta terkulai lemas di samping brankar Jeje, dirinya meraung keras dengan teriakan pilu, memberitahu semesta bahwa luka yang kini didapatinya menghancurkannya hingga titik dimana ia tak bisa lagi untuk berdiri, dirinya tak sanggup lagi untuk berjuang lebih. 

“JEJE!!!” Teriak Magenta pilu, “gimana sama Magenta? gimana sama Cipta? Magenta nggak bisa kalo Jeje nggak ada disamping Magenta!” Ujar Magenta kesal dengan tangis deras, “Magenta butuh Jeje.” Gumam Magenta pelan, Magenta merasa sesak dengan keadaannya, berulang kali ia pukul kuat dadanya namun Magenta tidak merasa lega sama sekali.

Sakit, sangat sakit. Hati Magenta Hancur, kehidupannya tak lagi sama, dunianya runtuh. Bagi Magenta, Jeje bukan hanya sahabatnya, Jeje bukan hanya temannya, Jeje itu kehidupannya, Jeje itu Cinta pertamanya. Jeje itu orang yang pertama kali menerima dan menghargainya.

“Jeje, bangun, Jangan tinggalin Magenta!” bisik Magenta pelan, selimut yang menutupi Jeje ia remas kuat, menyalurkan segala sakit yang ia rasa. Berapa kali lagi Magenta harus kehilangan? Apakah kehilangan keluarganya tidak cukup? Apa ia juga harus kehilangan cintanya?

“Jeje,” lirih Magenta pelan, isakannya tertahan, perkataan kali ini tak boleh terucap dengan nada duka, ia harus tampak ceria, dengan senyum yang dipaksakan, Magenta menghapus keras air matanya, “Magenta nggak bisa larang Jeje kalo Jeje beneren mau istirahat, Magenta berharap Jeje istirahat yang tenang. Dunia ini bener – bener nggak nyaman ya Je, sampe Jeje aja tega ninggalian Magenta buat ngadepin semuanya sendirian.”

Menahan tangis tak semudah yang Magenta bayangkan, dipaksa baik kala ia tengah benar – benar hancur bukanlah sesuatu yang dapat ia pertahankan, “Magenta janji sama Jeje, Magenta bakal kuat, soal Cipta. Jeje masih ingat nggak waktu Jeje bilang titip Cipta sama Magenta. Magenta nggak janji Je, karena Magenta sendiri mulai merasa kehilangan diri Magenta, “ isak Magenta dengan senyum yang masih terus ia paksakan, “Untuk Jeje , Cipta itu segalanya. Lalu untuk Jeje, Magenta ini apa?” tanya Magenta.

“Kalo nanti kita masih bisa ketemu lagi, Jeje harus jawab Magenta ini apa untuk Jeje!” suruh Magenta dengan nada suara yang penuh canda, sesakit ini tertawa dalam duka. “Maaf Magenta terlambat bilang ini Je, Magenta sayang Jeje, Mage—gen” Magenta benar – benar tak sanggup untuk mengatakan kalimatnya seharusnya kalimat ini dikatakan saat Jeje masih dapat melihat dan mendengarnya.

“Magenta Cinta Jeje,” Tangis Magenta pecah, ia tak lagi dapat menahan sesak yang ia rasa. Dirinya kecewa pada dirinya sendiri, keadaan terus membuatnya terasa sulit, dimana tuhan saat ini? Magenta ingin sekali bertanya mengapa ia terus mendapati luka yang bertubi – tubi, mengapa ia terus merasa kecewa tanpa pernah usai?

“Jeje, Magenta pamit”

“Jeje, untuk segala yang pernah kita lalui, terimakasih.”

Terimakasih untuk segala kisah yang kini berakhir dan terimakasih untuk segala kenangan yang tertinggal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: