Ternyata Ada Kendala Lain dalam Pembangunan Jalan Tol Sumatera, Tak Sekedar Urusan Pembebasan Lahan tapi..

Ternyata Ada Kendala Lain dalam Pembangunan Jalan Tol Sumatera, Tak Sekedar Urusan Pembebasan Lahan tapi..

Mega proyek Jalan Tol Trans Sumatera dihadapi dengan berbagai persoalan di lapangan termasuk pembebasan lahan. Foto : Dok BPJT --

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Pembangunan mega proyek Jalan Tol Trans Sumatera ternyata menghadapi beberapa kendala. 

 

Tak hanya persoalan pembebasan lahan di berbagai wilayah, namun persoalan lain yang tak kalah penting yang dihadapi pengembang adalah saat proses konstruksi berlangsung di lapangan. 

 

Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) mencatat, kondisi lahan jadi masalah yang dihadapi pengembang saat pembangunan.

 

Selain sulit dijangkau, pembangunan jalan tol di Sumatera juga dihadapi dengan lahan yang permukaannya beda dengan tanah-tanah umumnya di ruas jalan tol Pulau Jawa. 

 

Tak sedikit pengembang menemukan lokasi lahan tol dengan kondisi tanah aslinya yang lunak dan berair atau biasa disebut tanah rawa. 

 

Litbang memang mencatat, luas lahan rawa di Indonesia adalah sekitar 34,12 juta ha, terdiri atas lahan rawa pasang surut 8,92 juta ha dan lahan rawa lebak 25,20 juta ha. 

 

Dan lokasi lahan rawa ini banyak tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

 

Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan, khusus di Sumatera, situasi  ini jadi tantangan pihak kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaannya.

 

Ia mencontohkan pelaksanaan pembangunan Jalan Tol Palembang - Indralaya, lokasi pekerjaan dipenuhi tanah rawa yang berair. 

 

Akhirnya jalur tol Palembang-Indraya menerapkan teknologi khusus, tujuannya agar proses pekerjaan konstruksi bisa cepat di lapangan. 

 

Kementerian PUPR bersama PT Hutama Karya (Persero) kemudian putar otak dengan menerapkan teknologi Vacuum Consolidation Method (VCM) pada pembangunan Jalan Tol Palembang – Simpang Indralaya. 

 

Teknologi  ini baru pertama kali digunakan di Indonesia yakni di tol Palembang – Simpang Indralaya.

Nama teknologinya adalah Vacuum Consolidation Method (VCM).

 

Ini merupakan terobosan baru dalam pelaksanaan konstruksi Jalan Tol di Indonesia dan telah sukses diterapkan pertama kali saat proses konstruksi pembangunan Jalan Tol Palembang - Indralaya.

 

Apa tujuan penggunaan teknologi ini? Ternyata untuk mengurangi kadar air maupun kadar udara dalam tanah. 

 

Jalan tol trans Sumatera khususnya tol terpaksa  menggunakan teknologi ini gegara kondisi tanahnya yang rawa dengan medan yang berat.

 

Hadirnya teknologi VCM akhirnya bisa mempercepat penurunan dan meningkatkan daya dukung tanah asli yang lunak karena ada proses pemompaan vakum pada tanah yang dimaksudkan.

 

Teknologi juga diklaim ramah lingkungan karena perbaikan tanah bersifat mekanis dan tidak menggunakan bahan-bahan kimia.

 

Kelebihan lainnya teknologi ini memiliki gangguan yang rendah terhadap kegiatan pekerjaan lainnya, bahkan dapat melakukan overlap dengan pekerjaan lain sehingga jadwal konstruksi secara keseluruhan dapat dipersingkat.

 

Seperti kita ketahui, sambungan jalan tol trans Sumatera dimulai dari Provinsi Lampung hingga ke provinsi paling ujung Sumatera yaitu Aceh. 

 

Sumatera akan dibentang oleh 24 ruas jalan tol dengan total panjang mencapai 2.836 km dan ditargetkan bisa beroperasi penuh pada tahun 2025 mendatang. 

 

Hingga Desember 2022 telah beroperasi sekitar 549 km tahap 1 jalan tol trans Sumatera di beberapa Provinsi diantaranya Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Utara dan Aceh.

 

Ruas jalan tol trans Sumatera yang masih dalam tahap konstruksi ada 515 km.  Sehingga total ruas jalan tol yang sudah beroperasi dan sedang dalam tahap konstruksi yang tergabung dalam tahap I sepanjang 1.064 Km.

 

Pada tahap II,  ditargetkan tol  sepanjang 574 Km bisa mulai dikerjakan. Tahap II akan fokus pada jalan tol  Betung-Tempino-Jambi dengan panjang 169 Km, jalan tol Jambi-Rengat bentangannya 197 Km dan jalan tol Rengat-Pekanbaru sepanjang 207 Km. 

 

Sementara itu anak perusahaan PT Hutama Karya (Persero) yakni PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) telah menyelesaikan konstruksi jalan tol sepanjang 60 Km ruas Jalan Tol Trans Sumatera.

 

Diantaranya Jalan Tol Binjai-Stabat (12 km), Jalan Tol Bengkulu-Taba Penanjung (17 km), dan Jalan Tol Pekanbaru-Bangkinang (31 km).

 

Adapun seksi jalan tol trans Sumatera lain yang masih dikerjakan HKI yakni Tol Binjai-Pangkalan Brandan (46 km), Tol Indralaya-Prabumulih (65 km) dan telah selesai dan diresmikan Presiden Jokowi baru-baru ini yaitu Tol Pekanbaru-Bangkinang.

 

Adapun di tahun 2023, HKI masih konsentrasi menyelesaikan ruas-ruas jalan tol trans Sumatera lainnya seperti  Tol Indralaya - Prabumulih yang diperkirakan akan selesai pada bulan Maret 2023.

 

Dalam rilis resminya, Direktur Utama HKI Aji Prasetyanti mengatakan, Tantangan menyelesaikan ruas-ruas jalan tol trans Sumatera cukup bervariasi.  Di proyek Tol Binjai-Pangkalan Brandan Zona II-IV misalnya, pihak HKI  harus menghadapi tantangan terkait anomali tanah, kontur yang ekstrem dan curah hujan yang cukup tinggi. 

 

Sementara, dalam Proyek Pembangunan Jalan Tol Indralaya Prabumulih, HKI harus mampu mengatasi tantangan terkait tanah rawa yang cukup panjang di daerah pembangunan jalan tol tersebut dan tanah lunak di ujung trase. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: