Bagian 9: “Jam Tangan dan Bulan”

Bagian 9: “Jam Tangan dan Bulan”

Ari Hardianah Harahap--

“Rasanya nggak perlu abadi, tapi langkahnya harus selalu sama – sama, selamanya”

-Abian, fix bulol kan?-

>>>***<<<

Malam itu Abian memanggil Saka tengah malam ke rumahnya, sebenarnya Abian dan Saka itu berupa sahabat dekat, teman sekolah menengah yang bertemu sebagai atasan dan bawahan kembali, dan kerena itu terkadang Saka berani sedikit kurang ajar pada Abian. Lagipula, lingkar pertemanan Abian sangat sedikit, rata – rata dari mereka hanya berhubungan saat harus membahas harga pasar saham, investasi dan segalanya yang berhubungan uang dan keuntungan. Padahal jauh dalam lubuk hati Abian, ada masanya ia ingin sekedar cerita berbagi penat, tentang jenuhnya ia hari ini di kantornya, perihal wanita yang Ia cintai tengah marah, berbagai macam hal remeh temeh, dan untungnya Saka dan sifatnya itu sedikit memberi warna pada kehidupan Abian yang terasa begitu monoton.

“Pak Bos! Ngotak dikit dong kalo mau manggil saya, mentang – mentang saya jomblo manggil saya seenaknya, saya juga butuh istirahat! Buta Pak Bos liat jam?!” Protes Saka saat ia membuka pintu apartemen Abian yang tengah menggelangkan kepalanya, “Dimana – mana adab bertamu itu salam dulu,” Tegur Abian yang tidak diindahkan oleh Saka yang sudah duduk di sofanya.

“Pak Bos harus saya bilang ke Tata kah buat minjamin kacanya? Dimana – mana kalo mau nelfon orang itu liat jam dulu!” Abian tidak lagi merespon perkataan Saka, “Pak Bos harus ingat ya, Pak Bos ini sudah termasuk mengeksploitasi karyawan tidak berdaya seperti saya, untung aja nih ya Pak Bos, ini demi teman dan sahabat seperjuangan saya, kalo nggak demi Tata saya juga ogah?!” Ujar Saka menggebu – gebu.

Abian menaikkan sebelah alisanya, “Suka kamu sama Tata?” tanya Abian dengan nada datar. Saka yang memang tidak peka dengan keadaan, malah mengangguk semangat, “Sukalah, cewe cantik, penuh semangat, mandiri dan enerjik kayak Tata siapa yang nggak suka sih Pak Bos?!” Tutur Saka semangat, “Nih, andai si Tata nggak punya pawang ya pak Bos, udah saya pepet Pak Bos. Sayang spek Tata itu kaya Pak Bos,” Dengus Saka malas di akhir kalimat, walau sempat marah dengan perkataan Saka tentang ia yang menyukai Tata. Abian tersenyum senang mendengar kalimat akhir Saka, secara tidak langsung Saka memberinya petunjuk bahwa Tata turut jatuh dalam pesonanya, walau Saka mengatakan kalimat itu dengan dengusan malas, bagi Abian itu masih pujian.

Saka mengeluarkan berbagai katalog, agenda mereka malam ini adalah memilih hadiah untuk Tata saat Abian akan mengungkapkan perasaanya esok di kencan kesekian mereka. Banyak yang Saka bawa, dari katalog perhiasan bahkan Saka menjelaskan berbagai arti dan maknanya, sayangnya dari sekian banyak yang Saka bawakan, Abian tidak terlihat tertarik sekalipun.

“Ini terkahir pak bos, saya udah nggak punya ide.” Saka memberikan katalog jam tangan pada Abian, kemudian meninggalkan Abian sendirian menuju dapur. Cuma Abian yang tamunya disuruh mandiri untuk berbagai hal. Abain membuka katalog itu, hingga pandangannya jatuh pada jam tangan berwarna rose gold itu. Warnanya mirip dengan warna kala bulan tengah purnama, juga secantik Tata, Mytha Purnama. Satu – satunya yang Abian harapkan dari Tata adalah jangan sampai ada sebuah pengkhianatan diantara mereka. Dan jam tangan ini, Abian tujukan pada Tata, berharap sang empu tahu bahwa Abian ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama wanita itu, meniti langkah di setiap suka dan duka tanpa pernah melapas pelukan dan genggaman yang ada diantara mereka. Abian ingin selalu Tata disisinya, memberikan seluruh waktu yang Abian punya jika bisa hanya untuk Tata.

Sebelumnya Abian memutuskan untuk mengungkap perasaanya dengan kata ‘The Sky Beuatiful Isn’t it?’ yang artinya sebuah ungkapan cinta, tapi setelahnya Abian merubahnya, Cinta itu masih sebuah rasa, dia dan Tata itu manusia yang hatinya bisa saja berubah – ubah, mengikat Tata hanya dengan kata cinta tidak akan cukup membuat Tata terus ada di sisinya. Akhirnya Abian menggatinya, berharap jika Tata tidak perlu mencintainya sedalam itu, cukup Abian yang mencintai Tata sejatuh – jatuhnya, tapi tolong jadikan Abian sandaran sepenuhnya, agar Abian tak lagi merasa sepi dan hampa. Agar nanti di lelahnya, ia aka mengingat, rumah yang hangat itu didalamnya ada seseorang yang begitu menanti kehadirannya, didalam rumah itu ada seseorang yang begitu nyaman bersamanya.

Tata…tolong jaga diri baik – baik, sebab Abian ini tak lagi punya pilihan. Sebab tiadanya Tata adalah akhir paling kelam bagi Abian. (bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: