What If : “Seandainya bisa balik…”

What If : “Seandainya bisa balik…”

Ari Hardianah Harahap--

“Kalo ada yang harus disesali itu, kenapa kita nggak bisa lebih baik dari kemari.”

-Riana-

>>>***<<<

“Ssshh, pelanlah sedikit.”

“Ini terasa lebih seperti kau ingin memperparah dibanding ingin mengobati,” lanjut Orion.

“Aww… kau ikhlas tidak sih?”

“Hei! Ini sakit,”

“Jangan terlalu kuat menekannya, perih tau!”

Riana hanya mengerlingkan matanya mendengarkan ocehan Orion selama dia mengomperes lebam di wajah Orion dan mengolesi salep di sudut bibir Orion yang robek.

Riana meringis pelan melihat lebam dan luka di wajah Orion. Ayolah, yang benar saja. Riana tidak merasa mengeluarkan seluruh tenaganya untuk memukul Orion, dia hanya sedikit kelepasan saja dan dampaknya benar – benar parah di wajah Orion.

“Selesai!” Ucap Riana lega. Sangat menyebalkan mendengar keluhan Orion sedari tadi, belum lagi Orion masih menatapnya dengan tatapan permusuhan dan aura yang menguar terasa sangat mencekam. Awalnya Riana berniat mengabaikan itu hingga akhirnya dia mengalah untuk meminta maaf.

“Baiklah, aku minta maaf untuk yang tadi,” ujar Riana pelan bahkan terkesan seperti berbisik.

Orion melirik Riana sekilas disampingnya, seperti hari – hari sebelumnya, Riana akan tetap sama. Memang tidak bisa dikatakan jika Riana dan Orion bersama tidak akan ada pertengkaran, hampir disetiap kebersamaan mereka selalu diisi dengan pertengkaran dan perdebatan, dari itu masalah kecil hingga masalah besar yang terkadang benar – benar tidak masuk akal.

Setiap pertengkaran mereka, maka dipastikan Riana tidak akan pernah absen untuk memukul Orion, percayalah luka yang diwajah Orion saat ini tidak seberapa dengan Riana yang pernah mematahkan tangan kanannya setengah tahun lalu. Walau begitu, Riana juga tak pernah melawatkan harinya untuk merawat Orion dan menemani Orion di setiap waktunya.

Orion mengehela nafas pelan setelah mengamati Riana beberapa saat, permintaan maaf Riana yang nyaris seperti berbisik itupun bukan tak terdengar oleh Orion. Hanya saja Orion tahu Riana tengah menyembunyikan suara getirnya yang ingin menangis, bahkan tangan Riana yang gemetar juga tak luput dari perhatian Orion sebaik apapun Riana menyembunyikannya.

Namun, sepintas ide jahil terlintas di benak Orion, tentu saja dirinya tahu satu satunya kelemahan Riana. Riana tidak akan pernah bisa melihat orang – orang yang ia sayangi merasa kecewa terhadap dirinya, Riana akan sangat menyesal dan menangis sepanjang hari.

“Kau benar – benar tega membuat ku seperti ini.” Ujar Orion dengan nada suara bergetar yang ia buat – buat belum lagi sengaja menundukkan wajahnya agar terlihat sesedih mungkin dengan sedikit raut wajah kecewa.

Melihat respon Orion, Riana begitu terkejut. Pasalnya tak pernah sekalipun Orion menunjukkan rasa kecewanya pada Riana, bahkan setelah Riana mematahkan tangannya dan menghilangkan barang peninggalan ibu Orion.

Apakah sebegitu sakitnya hingga Orion terlihat putus asa? Riana merasa sesaat terkecat dengan Orion, bahkan rasanya menarik nafas saja sangat sulit, dia butuh oksigen dan kemana semua larinya Oksigen. Wajah Riana pucat, dengan mata memerah menahan tangis. Riana meremas rok merahnya menyembunyikan tangannya yang gemetar. Sedangkan Orion, dibalik wajah kecewa dan putus asanya, tersembunyi senyum puas dan raut geli melihat respon Riana.

“Aku benar – benar minta maaf” Ujar Riana dengan suara bergetar kali ini Riana benar – benar merasa bersalah pada Orion.

“Aku janji aku tidak akan memukulmu lagi,” lanjut Riana lagi. Orion hanya diam tidak membalas ucapan Riana, dan hal itu membuat Riana semakin kalang kabut.

“Orion,” Panggil Riana, Orion masih diam tak menyahuti.

“Orion, maafin Riana”

“Orion, Riana janji nggak akan gitu lagi ke Orion,”

“Orion, Maafin Riana, Maafin Riana Orion,”

Damn it!

Orion tidak akan tega jika seperti ini, mendapati Riana memanggilnya dengan nama saja itu sudah membuatnya terkejut ditambah lagi Riana seperti memohon, hal pantang yang sangat dilakukan Riana.

“Orion, Hiks…Maafin Riana,” kali ini Riana tidak dapat menahan tangisnya dan sedikit mengguncang lengan Orion, bersikap memohon.

Astaga!

Kali ini Orion yang kalang kabut, dia tidak berharap respon Riana akan seperti ini. Dia pikir Riana tidak akan peduli mengingat dirinya dan memilih marah lalu mengabaikkannya. Jika seperti ini dirinya yang merasa sangat bersalah.

“Hei, jangan menangis! Aku tidak serius mengatakannya. Jangan menangis!” Ujar Orion sambil mengipasi wajah Riana dengan tangannya, entah apa gunanya.

Riana semakin menangis dan Orion semakin dibuat kalap, jika begini Orion janji tidak akan pernah begitu lagi pada Riana seumur hidupnya.

Orion tidak tahu bagaimana ia harus membuat Riana tenang, hingga satu ide terpintas di kepala Orion.

“Need a hug?” Tanya Orion,

Mendengar pertanyaan Orion, Riana hanya menatap Orion, tidak menjawab hanya masih terus menangis dan akhirnya Orion sendirilah yang berinisiatif untuk memeluk Riana.

“Hei Medusa, bukankah ini terlalu klise untuk kita, bahkan umur kita baru sebelas tahun.” Ujar Orion masih memeluk Riana dan mengusap rambut Riana.

“Diam kau!” Ucap Riana, masih sedikit sesegukan sisa tangisnya.

“Apakah kita akan jatuh cinta lalu menikah hanya karena sebuah pelukan di masa kecil?” Tanya Orion sambil terkekeh kecil.

“masih 6 tahun lagi untuk 17 tahun, minimal itu umur yang pas untuk merasakan apa itu cinta?” jawab Riana masih sedikit terisak.

“Apa salah jika sekarang?”

“Tidak, hanya saja tidak bagus untuk kita”

“hanya untuk kau Medusa, tidak untukku,”

Riana melepaskan pelukan Orion dan menata Orion sinis,

“Aku tidak ingin orang – orang menggunjingku dengan kata kata ‘masih kecil sudah mikir begituan’ lagipula itu tidak dibenerkan menurut ku,” ucap Riana dengan tangan yang bersedakap.

“Itu hanya Opini, bagaimana jika iya? Lagipula konteks apa yang ada di dalam kata mikir begituan?” Tanya Orion

“Jangan berpura – pura bodoh, jika iya aku berharap kau bodoh selamanya.” Sarkas Riana.

“Terimakasih untuk pujiannya,” Balas Orion,

“Apa kau tengan merasakannya hingga kau bertanya seperti itu? Pada siapa?” Tanya Riana kali ini penasaran, bagaiman seorang titisan Lucifer seperti Orion bisa merasakan hal seperti itu, Yah, you Know what I mean guys

“Ituuu…” Orion sengaja menggantungkan ucapannya menikmati Riana yang menunggu dengan sangat tidak sabaran.

“Rahasia” Lanjut Orion, yang membuat Riana seketika ingin mencincang tubuhnya dan menjadikan Orion sebagaik kudapan untuk ikan piranha.

Melihat tatapan Riana, Orion tertawa lepas, dulu kedunya bisa jadi sumber tawa, hingga lupa apa namanya itu luka juga kecewa, semoga kedepannya juga, sebab dunia kadang melucu tidak melihat situasi dan kondisi, tau – taunya telah memperkeruh suasana hati. (bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: