Bagian 14: “Postpone Reality”
Ari Hardianah Harahap--
"Sa, pelan pelan tarik nafas buang. Jangan marah marah mulu, cepat tua lo." Sundra masih menahan Arisa dalam peluknya, memberi pengertian dengan pelan dan menenangkan. "Sa, lo itu udah jadi manusia yang berguna banget. Gua nggak habis pikir kenapa lo bisa berpikira lo nggak berguna. Coba lo telaah lagi, kucing - kucing di jalanan yang sering lo kasih makan, anak anak di panti yang sering lo kunjungi, temen temen yang sering lo bantuin prnya. Kehadiran lo tu berguna banget buat mereka. Lo wujud syukur yang mereka temui sebagai manusia. Hampa yang lo rasain sekarang itu cuma bentuk haus, kalo lo juga ingin sama hebatnya dengan orang yang dimata lo itu hebat. Bahkan tanpa lo jadi dia, lo udah hebat dimata orang lain Sa. Hadir lo itu berguna dan ditunggu sama kehidupan yang lain, Sa"
Arisa diam, kalah telak dengan penjelasan Sundra. Arisa keras kepala, tapi jika Sundra yang bicara, ia selalu kalah telak, laki laki itu selalu berhasil mencabik cabik harga dirinya. Bahkan tanpa harus bersusah payah, hanya dengan beberapa kata saja, Sundra selalu berhasil menyadarkannya.
"Kalo gitu lo juga?" Tanya Arisa.
"Apa?" Bingung Sundra.
"Manusia yang butuh hadirnya gua" Batin Arisa. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: