Bagian 11: “Bingung”

Bagian 11: “Bingung”

Ari Hardianah Harahap--

“Pengen buat kisah yang bagus, tapi feelnya dapat di awal doang, kalo mau sampe akhir dunia becandanya suka kelewatan”

>>>***<<<

Kian larut, lautan manusia kian hidup. Entah bagaimana harus dijelaskan tapi malam adalah suasana yang pas untuk segalanya. Entah apapun itu, tapi percayalah bahwa malam akan menjadi waktu yang sangat tepat. Hiruk pikuk manusia yang berpesta – ria menikmati setiap tegukan sampanye yang disajikan, meneguk seakan itu bukan apa – apa. Layaknya dengan terbiasa bahwa itu adalah sebagian dari dirinya. Malam itu tidak akan pernah menjadi waktu yang sepi, hasrat dan nafsu bergabung menjadi satu, akal sehat pun kadang tak terpakai jika telah tepat waktunya.

Anehnya, setiap manusia candu akan hal itu. Entah bisa dikatakan setiap manusia, tapi setidaknya akan kukatakan bahwa setiap manusia pernah tergoda akan liarnya sisi malam. Tidak berbeda dengan dua insan yang tengah bingung akan diri sendiri, berputar dalam pikiran masing – masing, menghabiskan tenaga berperang dengan diri sendiri. Harus kukatan keduanya atau hanya salah satunya, entahlah tapi kuharap ini segera selesai. Setidaknya mereka bisa tidur dengan tenang.

Masing masing dari mereka hanya terus menatap dan menunggu, bingung bagaimana caranya untuk memulai atau menyelesaikan. Memulai semuanya dari awal atau mengakhirinya tanpa kepastian, terjebak dalam semu dan awang – awang membiarkan diri merasa bebas namun disaat yang sama terus terjebak dan semakian dalam menggali lubang kegelapan yang nantinya akan menghantarkan kepada kehancuran tiada batas.

Riana ayo pulang?” Reno mengajak Riana, hanya saja semakin larut semakian Riana tidak mengenali sekitarnya bahkan seisinya, rumahnya telah porak poranda, lalu pulang yang mana yang lelaki ini maksud pada Riana.

“Kemana?” Tanya Riana, Reno tersenyum. 

“Kamunya mau kemana?” Tanya Reno.

“Ketempat yang hangat, ramai, nyaman dan bahagia.” Jawab Riana enteng, Reno tersenyum sumir, berjalannya waktu, setiap orang akan berubah, Reno mengerti hal itu. Namun, melihat Riana, Reno selalu saja hatinya mencelos, jika bisa, biar Riana menjadi satu – satunya manusia yang tidak terpengaruh oleh waktu. Biar Reno saja, jangan Riana, sebab melihat yang dikasihi menjadi yang paling di benci itu sakitnya luar biasa,

“Iya kita cari tempat yang paling nyaman…nanti.” (bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: