>

Bagian 5: “Kolase Kita”

Bagian 5: “Kolase Kita”

Ari Hardianah Harahap--

“Ini kenapa deh hidup gue genrenya angst mulu? Apa nggak mau berubah jadi thriller atau horror sekalian, gapapa ga bahagia, asal jangan ada tangis juga tiap harinya.”

-Riana, mangcapek euy kudu sedih mulu-

>>>***<<<

Ada masanya, kadang – kadang sendiri dan kesepian itu jauh lebih baik dibanding ramainya manusia, hangatnya kita, namun tak kunjung temu yang namanya bahagia. Ada masanya pula, sendiri dan kesepian itu menjadi satu diantara keadaan yang paling menyedihkan kita sebagai manusia, sebab manusia itu milyaran, dibelahan bumi manapun pasti ada, lalu mengapa sulit hanya untuk menemukan satu orang, setidaknya tempat kita berbagi tangis ataupun luka sesaat. Riana tidak tahu harus bereaksi seperti apa, hari ini Mama pulang, tapi bukan kerumah, alih – alih Mama yang menghampirinya, Riana lah yang harus lebih dulu melangkah, sebab sesering apapun Riana meminta kedepannya, Mama tidak akan pernah lagi menghampirinya dalam raga yang nyata.

Riana menghirup udara sore yang terasa asri, berteduh diantara pohon – pohon tinggi yang menjulang di antaranya, sore ini rasanya begitu lengang, hanya Riana dan hatinya yang begitu porak poranda oleh kehidupan. Ditaruhnya sebuket bunga, sampai sekarang, Riana tidak pernah tahu apa nama bunga yang selalu ia bawa itu, tepatnya Riana tidak mau tahu, dan tidak ingin pernah tahu.

“Halo Mama…. Maaf ya Riana jarang liat mama lagi, akhir – akhir kantor sibuk banget, Riana juga jadi kurang tidur beberapa hari belakangan ini. Rasanya tu capek banget tau Ma, biasanya Riana pulang bakal ada makanan, sekarang harus serba mandiri, kalo Riana lapar, Riana harus masak dulu, soalnya kalo mau beli terus boros, Ma. Ternyata hidup sendiri itu sulit ya, Ma. Riana jadi nggak bisa apa – apa selain pasrah.” Riana bercerita, berharap sang empu yang diajak bicara benar mendengarnya.

“Mama gimana disana, baik – baik aja kan? Udah nggak sakit lagi kan, Ma? Mama bahagia kan, Ma? Kalo mama bahagia, Riana juga bahagia….” Mata Riana berkaca – kaca, ia gigit belah bibirnya, guna menahan isakan yang akan datang. Tidak lagi, setidaknya jangan setiap Riana bercerita, hanya ada tangis dan luka yang akan didengar Mamanya. “Mama, bahagia kan, Ma?” Riana akhirnya terisak, tangisnya pelan, ia sembunyikan dirinya di antara lututnya.

“Ma, papa jahat ya sama Mama? Sampe Mama nggak betah lebih lama disini sama Riana?” Tanya Riana, sebuah tanya yang tak pernah terjawab oleh siapapun hingga kini. “Tapi, Mama jangan sedih, Riana kan anak mandiri, nggak apa – apa kalo Mama memang lebih bahagia disana, Riana kan hebat, anak mama gituloh.” Ujar Riana, ia usap wajahnya kasar, menghapus sisa – sisa air matanya. Segera Riana berdiri, lebih lama disini hanya akan membuat Riana lebih sesak, lukanya hanya akan semakin menganga tanpa obat. Riana tersenyum kecil, “Riana pamit dulu ya Ma, kapan – kapan Riana balik lagi kesini.” Pamit Riana.

Langkahnya tertunduk, lengang pemakaman semakin membuat Riana tak kuasa, saat ini tiada siapapun yang melihat, jadi apa salahnya untuk jujur pada diri sendiri walau sementara. Riana just being Riana, tidak akan ada yang mengalahkan egois Riana bahkan pada dirinya sendiri.

“Pura – pura kuatnya, udahan dulu gih, Apa nggak capek?”

Riana melebarkan bola matanya, Reno berdiri dengan pakaian serba hitamnya, bahkan tidak melupakan kacamata hitam, Reno tersenyum jumawa, “Kenapa terpesona lo sama abangnya lo yang ganteng ini?” Tanya Reno, Riana mendengus, diam di tempatnya.

Reno berjalan mendekati Riana, memeluk Riana, “nangisnya sama abang, biar adek nggak pernah ngerasa kalo adek tinggal satu – satunya,” Bisik Reno pelan, mengusap rambut Riana lembut.

Jika bisa memilih, Riana akan lebih memilih sendirian dan kesepian, dibanding ia harus kehilangan setiap cinta di hatinya. Ada rasa yang harus ia kubur jauh di dalam hatinya, ada kasih yang tak boleh berkembang di hatinya, Riana harus membuat dirinya mengalah, selalu.

“Sakit…” Bisik Riana parau, “Semuanya sakit…” Akhirnya Riana menangis keras, diantara peluk Reno dan lengangnya pemakaman itu, Riana sakit, seluruhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: