Liang Bua, Rumah Hobbit Flores yang Terus Digali

Liang Bua, Rumah Hobbit Flores yang Terus Digali

                LB 1 adalah perempuan. Itu terlihat dari panggulnya yang besar. Usianya sekitar 20-30 tahun. Secara anatomi, ada kelainan fisik pada kerangka tersebut. Ukurannya begitu kecil. Tingginya hanya 115 sentimeter. Itu kira-kira setinggi panggul orang dewasa. Volume otak kerangka itu hanya 400 cc, sekitar sepertiga otak manusia modern, jauh lebih kecil katimbang otak simpanse.

                Menurut Jatmiko, LB 1 yang akhirnya digolongkan dalam spesies homo floresiensis punya karakter serupa dengan Lucy, fosil manusia tertua berumur 3 juta tahun yang ditemukan di Ethiopia.

                \"Tapi, LB 1 juga punya karakter anatomis manusia modern. Ini yang menjadi kontroversi ahli palaeoantropologis di seluruh dunia sampai sekarang,\" ujar pria 55 tahun tersebut.

                Sebagian ahli percaya bahwa homo floresiensis adalah spesies anyar di percabangan evolusi antara homo erectus (manusia yang pertama berjalan tegak) dengan homo sapiens atau manusia modern. Tapi, ilmuwan yang skeptis cenderung percaya bahwa kerangka kate itu bukan spesies baru. Bisa jadi itu kerangka manusia purba \"bisa juga modern\" yang mengalami kelainan fisik. Misalnya, cebol atau mikrosepali (volume kepala yang mengecil).

                Namun, sebagai orang yang menemukan langsung kerangka tersebut, Jatmiko lebih condong ke pendapat bahwa tulang belulang manusia cebol itu adalah spesies anyar. Yaitu, homo floresiensis alias Hobbit Flores, spesies yang tak ada duanya di belahan dunia mana pun.

                Jatmiko ingat betul, LB 1 ditemukan pada kedalaman 595 cm. Sebelum itu, tak ada satu ahli pun yang menggali hingga kedalaman itu. \"Sebelum mencapai kedalaman itu, ada endapan abu vulkanik dengan ketebalan satu meter,\" tambah pria asli Jogjakarta tersebut.

                Artinya, ada aktivitas vulkanik purba yang memisahkan era Hobbit Flores dengan manusia modern saat ini. Dengan kata lain, kata Jatmiko, kehidupan para Hobbit habis total karena ada letusan gunung api di era tersebut.

                Di kedalaman 6 meter itu, LB 1 tak sendiri. \"Kami juga menemukan individu lain,\" katanya. Jumlahnya enam. Tapi, tulang-tulang mereka tak komplet. Hanya ada fragmen-fragmen rahang, tulang jari, atau femur (tulang paha).

                Bagi Jatmiko, ini mendukung teori bahwa Hobbit Flores bukanlah manusia cacat. Dia adalah spesies baru yang punya tata kehidupan khas di eranya. \"Dia tidak menyendiri. Mereka punya tata kemasyarakatan dan aktivitas kehidupan lainnya. Sebab, di kedalaman itu kami juga menemukan ribuan artefak batu. Jadi, mereka bertani dan meramu seperti manusia modern,\" kata alumnus Universitas Udayana, Bali, dan Magister Universitas Indonesia, Jakarta, tersebut.

                Berdasar temuan itu, tampak bahwa para Hobbit tinggal di zaman yang begitu \"mengerikan\". Sebab, mereka yang kate itu harus berjuang di tengah lingkungan yang juga ditinggali komodo raksasa, tikus raksasa, stegodon atau gajah cebol, hingga marabou atau bangau purba setinggi lebih dari 1,5 meter.

                Sampai sekarang daya tarik homo floresiensis masih begitu kuat. Ahli-ahli kepurbakalaan di seluruh dunia masih terus memperbincangkannya. Benarkah dia spesies baru atau hanya manusia cacat yang kebetulan kerangkanya ditemukan\" Penelitian dan penggalian seperti yang dilakukan Arkenas pun terus berlangsung. Semua bertujuan menggali informasi soal keunikan spesies manusia cebol itu. Diskusi juga masih berlangsung soal apakah para Hobbit punah atau sempat beranak-pinak dan punya keturunan di era modern ini.

                Magnet Liang Bua sebagai tempat penelitian terjadi sejak era 1960-an. Saat itu ada Pastur Theodore Verhoeven yang mengajar warga desa di Liang Bua. Lantaran tak ada fasilitas sekolah, pastur Belanda yang mengajar di Seminari Mataloko, Ngada, Flores, itu memanfaatkan Liang Bua sebagai ruang kelas.

                Saat itulah rohaniwan yang juga arkeolog paro waktu itu tergugah rasa ingin tahunya. Sebab, dia menemukan banyak fragmen tulang manusia dan aneka gerabah. Pada 1965, di sela-sela mengajar, Pastur Verhoeven menggali salah satu bagian lantai Liang Bua. Temuannya cukup mengagetkan. Pada kedalaman kurang dari satu meter, dia menemukan tujuh kerangka manusia modern disertai bekal-bekal kubur berupa periuk, kendi, beliung, manik-manik, dan perunggu dari masa setelah zaman batu atau awal zaman logam.

                Sejak saat itu Liang Bua kondang sebagai tempat kajian arkeologis yang menyimpan berlaksa daya tarik. Berdasar penelitian itu tampak bahwa Liang Bua dihuni manusia modern sejak 10 ribu tahun silam. Jauh sebelum itu, ada Hobbit yang menjadikan gua tersebut sebagai rumah.

                \"Sampai sekarang kami masih temukan jejak-jejak peradaban lampau itu,\" kata Jatmiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: