Ke Malaysia, Naik Sepeda Lipat Nonton MotoGP di Sirkuit Sepang

Ke Malaysia, Naik Sepeda Lipat Nonton MotoGP di Sirkuit Sepang

 Sudah tak terhitung banyaknya nonton Formula 1 dan MotoGP di Sepang, kontributor Jawa Pos DEWO PRATOMO punya cara baru supaya tidak bosan: Naik sepeda lipat dari kota ke sirkuit. Ini baru pengalaman beda!

 

 Saya punya sepeda lipat kesayangan. Sebuah Brompton S 6 L warna merah. Sepeda itu sudah punya banyak hiasan \"mahal\". Bukan aksesori, melainkan bubuhan tanda tangan pembalap-pembalap kelas dunia.

 Pada Maret lalu, saya membawa beberapa komponennya nonton Formula 1 di Sirkuit Sepang, Malaysia. Jadi, sadelnya bertanda tangan Lewis Hamilton, bintang McLaren-Mercedes. Pompa sepeda diteken Christian Horner, bos tim papan atas Red Bull-Renault.

 Tidak tertinggal, waktu itu helm saya ditandatangani bintang muda baru F1: Sergio Perez.

 Hanya, waktu itu sepedanya masih di rumah di Surabaya. Baru kali ini sepedanya yang ikut ke Sirkuit Sepang.

 Untuk event MotoGP Malaysia akhir pekan lalu (19\"21 Oktober), saya memang berniat membawa Brompton tersebut ke Sepang. Setelah belasan kali ke sirkuit itu, saya ingin punya pengalaman yang berbeda. Saya berniat selalu menaikinya selama di Kuala Lumpur, dan menaikinya menuju Sirkuit Sepang, yang berjarak sekitar 70 km dari kota.

 Perjalanan ini juga semakin diniati, setelah mendapat inspirasi ekstra dari kelompok Surabaya Road Bike Community (SRBC). Akhir pekan lalu, lebih dari 60 orang peserta komunitas tersebut juga ke Malaysia, menjajal rute-rute menantang. Termasuk mendaki Genting Highland.

 Inspirasi lain adalah film Premium Rush. Gaya saya mirip yang ditampilkan dalam film tersebut: \"Nakal\" dan banyak akal.

 Tidak, saya tidak berniat mengayuh sepeda dari KL ke Sepang. Saya bawa sepeda lipat yang bisa diajak naik kereta, monorel, dan lain-lain.

 Mendarat di Low Cost Carrier Terminal (LCCT), Jumat (19/10), saya dijemput teman baik saya, yang dulu pernah jadi pejabat tinggi di Sirkuit Sepang. Dari sana, saya tidak minta langsung dibawa ke KL. Saya minta diajak keliling kawasan sekitar Kuala Lumpur International Airport (KLIA), mencoba menghafalkan jalan menuju Sirkuit Sepang. Letak sirkuit memang berdekatan dengan bandara internasional megah tersebut.

 Setelah agak hafal, baru ke KL. Di kamar hotel, saya langsung membongkar koper. Saya keluarkan sepeda, saya buka lipatannya, pasang sadelnya, dan memompa bannya.

 Petang itu, saya langsung sepedaan keliling pusat Kota KL. Walau suasana tidaklah ideal. Macet di mana-mana, plus hujan lebat terus mengguyur. Makan malam chicken rice (ayam Hainan) favorit saya di salah satu ujung Jalan Bukit Bintang, sepeda saya mendapat banyak perhatian. Lucu terlipat, diparkir di sebelah meja tempat saya duduk makan.

 Hujan-hujan, saya tetap keliling malam itu. Sambil terus melaju penuh kehati-hatian karena trotoar licin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: