>

1 Meter Lagi, Jambi Siaga Satu

1 Meter Lagi, Jambi Siaga Satu

JAMBI-Provinsi Jambi sudah hampir memasuki siaga satu menghadapi ancaman bencana banjir. Sebab, ketinggian permukaan air Sungai Batanghari sudah mencapai 12,87 Meter.

Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS), Bambang Hidayah mengatakan, kondisi permukaan air memang pasang. Namun, dikatakan dia, penduduk masih aman  terhadap ancaman banjir dan belum mengganggu aktifitas  dan pemukiman masyrakat.

“Apabila ketinggian permukaan air sudah 13,87 Meter, baru kita tetapkan siaga satu bencana banjir,” katanya, saat di konfirmasi harian ini, kemarin. Menurutnya, BWSS setiap hari memantau ketinggian sungai batanghari.

Menurutnya, kondisi air Sungai Batanghari juga tergantung dari Hulu. Apalagi cuaca tidak menentu, sementara kondisi Provinsi Jambi pada dataran rendah. Sedangkan daerah Solok, Sumatera Barat (Pangkal Sungai Batanghari, red), pada dataran tinggi. “Otomatis, kalau daerah hulu pasang, kita juga akan pasang. Karena, kita mendapatkan air kiriman,” tandasnya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jambi, H. Ivan Wirata mengatakan hal yang sama, kondisi ketingian sungai batanghari masih mencapai 12,87 Meter. Apabila ketinggian sudah 13,87, baru di tetapkan Siaga satu.  

                “Kita pantau setiap hari,” tandasnya.

Apabila sudah siaga satu, dikatakan Ivan, BWSS sudah menyaipakn langkah-langkah. Diantaranya, harus menyediakan Kawat Bronjong, Karung, Pompa. “Persiapan ini sudah ada di BWSS,” tandasnya lagi.

                Diakuinya, apabila dilihat daeri kondisi saat ini, daerah yang rawan banjir itu adalah daerah bagian hilir. “Daerah Sabak, kemungkinan jalan akan mudah terendam,” tandasnya.  

                Sekretaris Dewan Sumber Daya Air Nasional, Imam Ansori mengatakan, air itu tersedia karena hujan. Selain itu, saluran dan hutan. “Pengelolaan kota juga menyebabkan banjir itu terjadi,” katanya.

                Untuk itu, dikatakannya, untuk menghindari terjadinya banjir di Kota, Pemerintah harus mengelola tata kota yang baik. Apalagi Degradasi hutan dan lahan masih terus berlanjut, sementara, kapasitas kecepatan untuk melakukan rehabilitasi kurang.

                “Seharusnya, rehabilitasi harus menyalip kerusakan hutan,” katanya.

(fth)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: