>

Dimensi Sosial Puasa Yang Terabaikan

Dimensi Sosial Puasa Yang Terabaikan

Dari sejumlah sifat orang yang bertaqwa dalam ayat di atas, semuanya sarat dimensi sosial, yaitu berhubungan dengan manusia lainnya.

Itulah sebabnya mengapa selama bulan puasa orang yang berpuasa dianjurkan untuk berbuat kebajikan sosial (amal shaleh) dengan ganjaran pahala yang berlipat ganda jauh dari perhitungan perdagangan apapun di dunia ini.

Artinya, menahan makan dan minum saja tidak akan membuat seseorang menjadi tergolong muttaqin, selama dia tidak mampu berprilaku mulia dan mengendalikan jiwa dan raganya dalam kehidupan dan berinteraksi dengan orang lain secara sosial.

Penggabungan antara kesalehan individual dan sosial inilah barangkali yang menjadi impian para shaimin (orang yang berpuasa), yang sering terlupakan. Sehingga latihan selama satu bulan dalam setahun tidak begitu terlihat dalam meningkatkan kualitas keberagamaan kita umat Islam secara sosial dari waktu-waktu.

Dengan demikian Muslim bisa menjadi tauladan dalam kebersihan, kejujuran, kasih sayang, saling menghormati dan menghargai, berkompetisi secara objektif, memimpin secara adil, kaya secara terhormat, miskin punya harga diri, tidak khawatir jika diberi amanah punya harta dan tidak mencari peluang orang lain lalai untuk diambil hartanya, tidak iri dan benci dengan kelebihan orang lain dan tidak memandang rendah terhadap orang yang belum beruntung dan sebagainya. Dari itu semua, mungkin kita bisa memahami mengapa kemudian Allah merahasiakan pahala puasa yang bersifat ukhrawi. “Sesungguhnya puasa bagiKu, Aku sendirilah yang menentukan pahalanya.Semoga puasa Ramadan kita tahun 1434 H ini akan menjadikan kita sebagai muttaqin sesunggunnya yang terlihat secara sosial itu. Amin.

(Penulis : Direktur Eksekutif CSCIIS Jambi & Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: