Kekerasan Personel Polri, Jangan Jadi Tradisi
JAKARTA - Kekerasan yang dilakukan personel Polri masih menyeruak. Setelah sempat terjadi kekerasan yang mengemparkan Akademi Kepolisian (Akpol) yang menewaskan Brigdatar Adam, kini tiga anggota Polda Gorontalo dipukuli tiga orang seniornya. Bahkan, sempat viral adanya video yang diduga merupakan kejadian pemukulan tersebut.
Polri masih berkutat dengan kekerasan yang terjadi diantara anggotanya. Setelah Akpol sempat berbenah diri karena monumen duka cita Brigdatar Adam, ternyata masih banyak personel yang belum menyadari tidak ada manfaatnya kekerasan di lingkungan Polri.
Asisten Sumber Daya Manusia (As SDM) Kapolri Irjen Arief Sulistyanto menuturkan, ketiga korban berpangkat Bripda dengan inisial HM, MAM dan FZ. Lalu, pelakunya tiga orang juga berpangkat Bripda dengan inisial ST, AL, dan WD. ”Ini kekerasan senior ke junior lagi,” terangnya.
Salah satu korban, lanjutnya, mengalami kondisi sakit yang menyulitkannya untuk makan. Menurutnya, ketiga pelaku sedang dalam pemeriksaan untuk mengetahui bagaimana kejadian tersebut. ”Sudah ada laporan soal kejadian tersebut. Tiga orang senior ini juga sudah ditahan dan akan diberikan sanksi,” papar jenderal berbintang dua tersebut.
Dia menegaskan, kekerasan semacam itu tidak boleh menjadi tradisi di lingkungan Polri. Kekerasan ini harus ditekan dan tidak diperbolehkan untuk menggerogoti Polri. ”Jangan jadi budaya, maka harus ditindak tegas,” jelasnya.
Ada berbagai langkah yang bisa dilakukan, selain tindakan tegas berupa sanksi. Setiap anggota lintas angkatan ini juga perlu untuk diberikan pemahaman bahwa kekerasan bukanlah bagian dari kepolisian. ”Polisi itu humanis, bukan menggunakan kekerasan,” ujarnya.
Menurutnya, dalam pendidikan kepolisian, tidak ada lagi kekerasan yang dilakukan. Sehingga, sebenarnya budaya kekerasan itu telah ditekan semaksimal mungkin. ”Kalau sesame polisi melakukan kekerasan itu justru merugikan Polri,” tuturnya.
Dia berharap, kedepan tidak ada lagi personel yang melakukan tindakan kekerasan. ”Kekerasan itu harus ditinggalkan, kita ini melayani masyarakat harus dengan lembut. Kalau sering melakukan kekerasan, tentu sangat bisa mempengaruhi pelayanan. Hentikan,” tegasnya.
(idr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: